Part 17

“Kau menuduhku mencampur minumanmu dengan obat-obatan?” Deavenny membalas dengan suara yang terdengar sedih, wajah pun ditekuk agar lebih menjiwai rasa sakit hati mendengar ucapan Marvel.

“Aku tak mengatakan seperti itu,” balas Marvel seraya mendekati ranjang.

Tapi, Deavenny melengos, merebahkan tubuh dengan meringkuk. Menenggelamkan diri ke dalam selimut. “Tapi ucapanmu terdengar seakan aku melakukan kejahatan padamu dengan memberikan obat-obatan.”

Salah satu jurus andalan supaya tak diinterogasi lagi. Menangis. Deavenny sesegukan, sengaja dikeraskan suara memilukan itu supaya Marvel mendengar.

Marvel menghela napas, segera mendekati Deavenny, dan ikut menutupi tubuh polosnya dengan selimut. Dia mengusap lengan sang istri dengan penuh perasaan. “Maaf, aku tak bermaksud seperti itu. Jangan menangis.” Ia memeluk wanitanya, selalu memilih untuk mengalah ketika terjadi pertengkaran supaya tidak berlarut-larut.

Deavenny diam-diam mengulas senyum karena rencananya hari ini berhasil. Dia tak perlu pusing memikirkan jawaban untuk berkilah lagi. Tapi, suatu saat pasti akan mengatakan yang sejujurnya pada Marvel, ketika program hamilnya sudah berhasil.

...........

Lima hari berlalu, Deavenny sedang diajak suaminya jalan-jalan menikmati kota agar tidak bosan terus di penthouse. Marvel menggenggam tangan istri begitu erat saat menyusuri jalanan pusat Helsinki.

“Kau senang ku ajak pergi?” tanya Marvel seraya mengecup permukaan kulit istrinya. Kemesraan itu dia perlihatkan pada semuanya, seakan menunjukkan kalau mereka tetap bisa hidup bahagia walaupun hanya berdua tanpa seorang anak dalam rumah tangganya.

“Senang, apa lagi kau membelikan aku es krim,” jawab Deavenny seraya menikmati gelato dalam cone.

“Mau mencari tempat duduk untuk menikmati es krimmu?” tawar Marvel. Mereka tak mendapatkan tempat duduk ketika membeli dessert itu karena sudah terlalu penuh.

“Boleh jika ada tempat, kalau tidak pun tak masalah. Kita bisa duduk di sembarang lokasi, pinggir toko mungkin,” cetus Deavenny memberikan ide.

Membuat Marvel terkekeh dan mengacak-acak rambut istrinya. “Tidak boleh sembarangan duduk di toko orang. Tapi sepertinya semua tempat sedang penuh, bagaimana kalau kita kembali ke mobil saja? Nanti bisa dilanjutkan jalan lagi kalau sudah selesai.”

“Sudahlah, daripada bingung masalah duduk, makan saja sambil berdiri.” Deavenny menyodorkan cone ke arah suaminya. “Kau mau bantu habiskan?”

“Sudah kenyang?”

“Iya, terlalu manis.”

Marvel baru mau menerima kalau istrinya sudah tak mau memakan lagi. Padahal masih ada setengah sisanya. “Berarti kau sama seperti es krim ini,” gombalnya seraya menoel hidung Deavenny.

“Sama-sama manis maksudmu?” tebak Deavenny yang sudah tahu godaan klasik itu.

“Bukan.”

“Lalu?”

“Kau dan es krim ini sama-sama berakhir untukku.” Marvel mengerlingkan mata sebelah dengan sangat genit.

Membuat Deavenny tersipu dan menyenggol lengan suaminya. “Bisa saja kau menggodaku.”

Marvel senang jika bisa membuat Deavenny bahagia. Segera menghabiskan waffle cone, dia langsung merangkul wanitanya. Sesungguhnya ia berusaha keras untuk menunjukkan pada istrinya kalau hidup berdua pun tetap bisa senang. Tentu saja supaya Deavenny berhenti memikirkan ingin hamil dan mempunyai anak dengannya.

Marvel mengajak Deavenny untuk ke danau kota. Mereka tidak menghabiskan akhir pekan ke luar negeri atau tempat-tempat yang biasa didatangi oleh kaum elit. Kalau yang di sekitar saja ada yang bagus, untuk apa pergi jauh-jauh, toh mereka bisa membantu perekonomian warga setempat yang berjualan juga di toko sekitar sana.

Merasa lelah, Deavenny duduk saja di kursi yang kosong walaupun yang tersisa hanya cukup untuk satu orang. “Sebentar, ya. Kakiku pegal sekali.”

“Iya, istirahatlah.” Marvel berjongkok di depan istrinya, membantu memijat kaki Deavenny supaya mengurangi rasa pegal. “Enak?”

Deavenny mengangguk, Marvel memang seperti itu. Sekali dirinya mengeluh pegal, pasti langsung dipijat tanpa diminta.

Sedang menikmati setiap tekanan yang diberikan oleh suami, ponsel Deavenny tiba-tiba berbunyi. Dia segera mengeluarkan dari dalam tas. Melihat nama yang tertera di sana, ia melirik sebentar ke arah suami. Takut saja kalau ketahuan. ‘Dokter Hillary menelepon disaat yang tak tepat,’ gerutunya dalam hati.

“Kenapa hanya dilihat saja? Angkatlah, siapa tahu penting,” titah Marvel.

...*****...

...Jangan lupa nguping Vel, istrimu si otak minimalis itu lagi kerasukan setan licik. Nanti kamu menyesal loh kalo gak segera tau rencana jahat istrimu yang suka mencuri itu...

Terpopuler

Comments

ibeth wati

ibeth wati

dea sama Marvel LBH tua Dea ya klo tidak salah ingat

2024-05-09

1

hobihoba.94

hobihoba.94

perbedaan umur mereka berapa yah? tuaan si Dea kan yah

2023-08-15

0

neng ade

neng ade

aku juga khawatir sih karena kondisi Dea yg sangat beresiko utk hamil .. apakah akan ketahuan sm Marvell mengingat mertua nya sangat menjaga Dea ..

2023-01-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!