Sejak pertengkaran malam itu, Deavenny menjadi hilang hasrat dengan suaminya. Sudah satu minggu mereka tidak melakukan penyatuan tubuh. Itu adalah salah satu aksi protes supaya Marvel mau berubah pikiran. Tapi tetap saja prianya tak goyah dengan keputusan.
Deavenny tidak mau melakukan ide gila yang beberapa hari lalu terlintas dalam pikirannya. Ia tidak mau mengandung kecuali anak suaminya. Tapi, belum ada ilham kelicikan yang merasuki, sehingga selalu saja mendapatkan jalan buntu dalam mencapai tujuannya.
“Sepertinya aku kurang jalan-jalan,” gumam Deavenny seraya mengacak-acak rambut. Sejak pagi sampai siang, ia hanya duduk termenung di sofa tanpa melakukan apa pun. Jenuh juga hanya berdiam diri.
Suasana penthouse itu sangat sepi, Marvel berangkat bekerja. Deavenny bersiap-siap untuk keluar seorang diri. Ia terkejut keluar dari penthouse dan mendapati dua pria berpakaian setelan jas hitam rapi. “Ck! Siapa yang menugaskan kalian?” tanyanya pada bodyguard yang baru dilihat.
“Tuan Marvel,” jawab salah satunya.
Deavenny menghela napas kasar. Hidup menjadi keluarga kaya ternyata tak bisa bebas melakukan sesuka hati. Ketika masih lajang, Daddynya selalu mengawasi dengan menempatkan bodyguard. Sekarang pun suaminya melakukan hal sama.
Kaki Deavenny mengayun begitu saja, wajahnya ditekuk karena sebal. Ia hendak membuka pintu mobil, ingin mengendarai sendiri. Tapi, sudah ada tangan salah satu bodyguard yang mencegah.
“Saya yang akan mengantarkan Anda, Nona.” Bodyguard tersebut mengambil alih kunci dari tangan Deavenny.
Deavenny melotot, beginilah tak nyamannya kalau segala sesuatu dibatasi. “Ck! Menyebalkan.”
Bodygurad itu membukakan pintu untuk Nona Deavenny. “Silahkan masuk.”
Dengan wajah yang terlihat jelas penuh kekesalan, Deavenny duduk di kursi belakang. “Untung saja suami dan Daddyku tak mengatur bagaimana caraku bernapas.” Ia menyandarkan kepala, hanya bisa pasrah.
“Anda ingin pergi ke mana, Nona?”
“Mall.”
“Baik.”
Kendaraan tersebut melaju menuju tempat yang diinginkan Deavenny. Ia segera turun dan memperingatkan bodyguardnya. “Jaga jarak kalian denganku, lima meter, aku ingin jalan-jalan tanpa menjadi pusat perhatian orang lain, paham?”
Dua pria itu hanya mengangguk, mereka menunggu Deavenny berjalan di depan, barulah mengekor sesuai jarak yang diminta.
Deavenny datang ke mall bukan untuk berbelanja barang-barang branded. Dia hanya melihat, tidak ada kewajiban juga masuk ke sana harus membeli. Cukup memasang wajah tak tahu malu saja.
Deavenny keluar dan masuk di berbagai store barang ternama. Tapi tak ada satu produk pun yang dibeli, sampai membuat orang-orang di sana melihat ke arahnya.
“Mereka seperti menyaksikan kuman sedang berjalan di mall saja,” gumam Deavenny yang tak nyaman kalau menjadi pusat perhatian. Sudahlah, memang tak cocok ia menjalani hari layaknya orang kaya yang senang menghabiskan uang.
Deavenny tahu bagaimana sulitnya mencari pundi-pundi kekayaan. Sehingga dia tidak mau menghabiskan uang suaminya untuk barang-barang yang tidak terlalu penting.
Melanjutkan menyusuri setiap lantai di mall tersebut, Deavenny akhirnya berhenti di sebuah toko yang menjual gelato. “Makan es krim sepertinya enak.”
Deavenny masuk, memesan, dan duduk seorang diri. “Teman tak punya, anak tak ada, suami sibuk bekerja. Jadi, apa gunanya aku masih bernapas di dunia ini, ya?” gumamnya seraya menikmati setiap suap es krim dengan rasa cokelat mint.
“Tidak ada gunanya.” Tiba-tiba ada suara Lewis yang menyahut, dan tanpa izin, ia langsung duduk di depan Deavenny.
...*****...
...Atuhhhh si Lewis kalo ngomong jangan terlalu jujur napa, kasian kan anak orang jadi sadar diri...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Sela Defi
aku penasaran kelicikan seprti ap yg bklan deavenny lakuin secra kaka dan daddy nya jga licik🤣🤣🤣🤣
2022-12-07
1
Cattleya
ujung pengaman nya bolongin, dea 👍😘
2022-11-22
1
🌈Rainbow🪂
Pembinor beraksi
2022-11-16
0