Part 4

Marvel menghubungi saudara iparnya untuk menanyakan apakah Deavenny berkunjung ke tempat mereka atau tidak. Dia menceritakan kalau sempat terjadi cecok kecil hingga menyebabkan Deavenny keluar di malam hari menggunakan mobil sendiri. Tapi, semua menjawab kata yang sama yaitu tidak.

Delavar mencegah saat Marvel hendak memutus panggilan. “Tunggu, Deavenny keluar memakai mobilnya sendiri? Pemberian Daddyku?”

“Iya.”

“Kau hubungi saja orang di Cosa Nostra, Daddyku pasti memasang pelacak di mobil putri kesayangannya. Mereka tahu di mana lokasi Deavenny saat ini,” jelas Delavar.

“Siapa yang bisa ku hubungi?”

“Biasanya aku selalu mengandalkan Roxy.”

“Berikan aku nomor ponselnya.”

“Oke, wait.” Delavar mengirimkan sebuah kontak melalui pesan whatsapp. “Sudah, jangan bertengkar lagi dengan Deavenny, apa lagi sampai ketahuan Daddyku, bisa bisa habis babak belur kalau membuat putri kesayangannya menangis.”

“Aku sudah tahu,” sahut Marvel. Ia menyudahi panggilan tersebut.

Marvel menepikan mobil untuk menghubungi Roxy. Dia lebih baik menelepon agar lebih cepat.

“Ya?” sapa Roxy dengan suara tegas.

“Aku butuh bantuanmu.”

Tanpa bertanya, Roxy langsung mengenali suara tersebut. Dia menjauhkan telepon sebentar untuk berdecak. “Sebenarnya aku ini harus melayani siapa? Tuan Delavar? Tuan Dariush? Atau Tuan Marvel? Ketika ada masalah, semua selalu meminta bantuanku, seperti Cosa Nostra tak ada orang lain yang bisa diandalkan saja.” Ia mengeluarkan unek-unek terlebih dahulu karena setiap kali salah satu anggota keluarga pendiri Cosa Nostra membutuhkan sesuatu, pasti berakhir menghubungi dirinya.

Tapi, yasudahlah, namanya juga bekerja dengan orang. Meskipun tak jelas siapa yang perlu dia layani. Roxy pada akhirnya menanggapi Marvel. “Bantuan apa?”

“Tolong lacak mobil istriku, sekarang berada di mana. Katanya, Daddy Davis memasang pelacak di kendaraan Deavenny,” pinta Marvel.

“Tunggu sebentar.” Roxy melihat daftar nama keluarga Dominique beserta mobil tiap masing-masing orang. “Mercedez Benz S class Maybach S lima ratus delapan puluh, benar itu mobil yang dipakai Nona Deavenny?”

“Ya.”

Roxy terdiam karena dia membuka sebuah aplikasi. Melihat lokasi terakhir mobil tersebut. “Taman kota, Nona Deavenny berhenti di sana.”

“Oke, kabari aku kalau dia bergerak.” Marvel segera melajukan kendaraan roda empat tersebut. Lokasinya saat ini dengan Deavenny lumayan menempuh waktu sepuluh menit.

Marvel bernapas lega saat melihat mobil Deavenny masih terparkir di dekat taman kota. Ia segera turun untuk mencari keberadaan istri tercintanya, walaupun cahaya di sana remang-remang.

Baru juga beberapa kali melangkah, Marvel langsung dikejutkan dengan Deavenny yang sedang dicengkeram oleh seorang pria. Buru-buru ia menghampiri wanitanya.

“Lepaskan istriku!” sentak Marvel, melepaskan tangan pria itu secara paksa. Ia langsung menghalangi tubuh Deavenny, menatap kesal ke arah depan. “Kau? Tidak jera dengan hukumanmu di penjara? Masih mau menyakiti wanitaku lagi?”

Lewis menaikkan sebelah alis karena Marvel baru datang tapi sudah menuduhnya. Tapi, melihat wajah kesal orang lain adalah kesenangan tersendiri baginya. “Untuk apa menyakiti wanitamu, kalau dengan menyakitimu justru bisa melukai dua orang sekaligus?” Ia tersenyum mengejek.

“Dengar, jangan pernah kau menampakkan batang hidungmu di depanku atau Deavenny lagi!” ancam Marvel. “Pergunakanlah kehidupanmu dengan baik, tanpa mengusik rumah tangga orang lain!”

“Seharusnya kau kurung saja wanitamu jika tak boleh bertemu denganku secara sengaja ataupun tidak. Jangan menyalahkan dan membatasi orang lain untuk bepergian, karena dunia ini bukan milikmu!” Lewis mendorong dada Marvel, wajahnya nampak mengejek.

...*****...

...Kurung kaya ayam aja Vel, siapa tau bisa betelor tu binimu wkwkwk...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***