Di kediaman kyai Abdullah,,, para wanita yang sudah selesai sholat dhuhur, mereka kemudian duduk di ruang keluarga dan mengobrol dengan hangat di ruangan yang cukup luas tersebut sambil menunggu para lelaki yang belum pulang dari masjid.
Aida dengan dibantu dua orang santri putri, tengah menyiapkan makan siang untuk para tamu nya. Dan Fira langsung beranjak, berinisiatif untuk ikut membantu menyiapkan makanan.
"Sudah dik Fira, Dik Fira duduk saja sama yang lain," cegah Aida dengan halus, ketika Fira mengikuti nya menuju dapur.
"Enggak apa-apa kok mbak, Fira di rumah juga biasa bantu-bantu. Enggak enak kalau cuma duduk aja, sedangkan mbak Aida sibuk gini," balas Fira dengan tersenyum manis.
"Dik Fira semester berapa?' Tanya Aida, mencoba mengakrabkan diri.
"Semester lima mbak," balas Fira, dan Aida mengangguk-angguk.
"Ning Aida, ini minuman nya mau air putih saja atau dibuatkan es?" Tanya mbak santri, yang menghentikan obrolan Aida dan Fira.
"Biasa minum es enggak dik?" Tanya Aida kepada Fira.
"Air putih saja mbak," balas Fira seraya menatap mbak santri yang tadi bertanya.
Dan mereka kemudian kembali menyibukkan diri masing-masing, Fira dan Aida pun melanjutkan obrolan nya yang sempat terjeda.
Sedangkan di ruang keluarga, obrolan hangat juga terdengar dari para mama tersebut. "Jeng nyai putra nya apa cuma satu?" Tanya oma Sekar, yang penasaran karena hanya melihat gus Umar saja sejak pertama kali datang tadi.
"Tidak bu, ada dua orang. Gus Umar itu anak pertama, sedangkan adik nya perempuan dan sekarang masih kuliah di Semarang. Ning Laila seumuran dengan nak Aida, istri nya gus Umar." Terang nyai Robi'ah.
"Oh,, ibu pikir cuma satu, kok dari tadi kami tidak melihat nya," oma Sekar tersenyum lebar, "Alhamdulillah ya jeng nyai, lengkap sudah kebahagiaan sampean dan mas yai," lanjut oma Sekar.
"Alhamdulillah bu," balas nyai Robi'ah seraya tersenyum.
"Putri nya semester berapa mbak nyai?" Tanya bunda Fatima, yang ikut penasaran.
"Semester tujuh mbak Fatima, lagi banyak-banyak nya tugas jadi jarang pulang. Dan minggu depan kata nya mau berangkat KKN, maka nya tadi pagi telepon minta di sambangi di kosan," balas nyai Robi'ah.
"Oh, berarti cuma beda satu tahun ya sama Zaki? Zaki juga baru wisuda bulan lalu mbak nyai, dan langsung berangkat kemari," terang bunda Fatima, dan nyai Robi'ah mengangguk.
Sebenarnya, masih banyak yang ingin ditanyakan bunda Fatima. Tapi suara salam dari arah ruang tamu, mengurungkan niat nya.
"Assalamu'alaikum,," ucap salam para lelaki yang baru pulang dari masjid, terdengar memasuki kediaman kyai Abdullah tersebut.
"Maaf, saya mau manggil para bapak dulu biar sekalian gabung sama kita untuk makan siang," tutur nyai Robi'ah, seraya beranjak. Dan di saat yang sama, semua makanan pun telah tersaji di ruang keluarga.
Tak berapa lama, nyai Robi'ah telah kembali dengan diiringi kyai Abdullah dan semua keluarga Zaki. Dan gus Umar berjalan paling belakang bersama Zaki, kang Musthofa, kang Baharuddin dan kang Bukhori yang juga di ajak untuk makan siang bersama.
Setelah semuanya duduk lesehan di ruang keluarga dengan mengelilingi makanan yang beraneka ragam, kyai Abdullah dan nyai Robi'ah segera mempersilahkan tamu nya untuk menikmati makan siang tersebut.
"Monggo-monggo, silahkan.. daharane seadanya ini," tutur kyai Abdullah.
"Wah, ini sudah sangat lengkap mas yai. Ada gudeg nya juga, mantap ini.. kelangenan saya ini mas. Kalau makan sama gudeg gini, saya jadi ingat waktu masih kuliah dulu. Hampir tiap hari, makan nya sama gudeg," terang opa Sultan, seraya tersenyum.
"Pak Sultan dulu, apa kuliah di Yogya?" Tebak kyai Abdullah, dan opa Sultan mengangguk-angguk.
"Benar mas yai, kuliah di sana dan kecantol sama gadis lokal tapi rasa internasional," balas opa Sultan dengan bercanda, hingga mengundang tawa dari semua yang berada di sana.
"Silahkan di coba pak Sultan, ini gudeg nya spesial buatan istri nya gus Umar. InsyaAllah rasa nya tidak mengecewakan," tutur nyai Robi'ah, yang memuji sang menantu. Gus Umar melirik sang istri dan tersenyum penuh arti, hingga membuat Aida tersipu malu.
"Nanti malam, masakin yang spesial lagi ya sayang,,, tapi makanan spesial khusus untuk ku," pinta gus Umar berbisik, seraya meremas pelan paha sang istri dan wajah Aida langsung merona merah.
"Apaan sih kak, udah ah.. Aida mau mengambilkan makanan dulu untuk kakak," lirih Aida, dengan jantung berdebar-debar. Ya, meski usia pernikahan mereka telah satu tahun lebih tapi setiap perlakuan manis gus Umar, tetap saja mampu mendebarkan jantung nya.
Para wanita, mulai mengambilkan makanan untuk suami masing-masing termasuk Aida. Dan Fira mengambilkan makanan untuk abang nya, Zaki dan juga sang adik, Annas. Sedangkan om Alex dilayani oleh bunda Fatima, setelah bunda nya Zaki tersebut melayani sang suami terlebih dahulu, karena tempat duduk mereka berdekatan.
"Ayo kang Mus, kang Din, kang Ri,, silahkan ambil sendiri, jangan sungkan-sungkan," titah kyai Abdullah, dan ketiga santri senior tersebut sejenak mengalihkan perhatian nya dari Fira yang sejak pertama melihat gadis itu mereka di buat kagum dengan kecantikan wajah adik dari Zaki tersebut.
Mereka bertiga segera mengambil makanan secara bergantian, sambil sesekali mencuri pandang kearah Fira.
Kemudian semua nya mulai menikmati menu makan siang dengan lahap, diiringi dengan obrolan ringan yang hangat dan penuh rasa kekeluargaan.
Om Alex juga nampak terlibat obrolan dengan kang Musthofa dan kedua orang teman nya, "oh, murah sekali ya biaya mondok di sini? Jadi, mereka hanya bayar untuk uang makan nya saja? Tempat tinggal, air, listrik dan sebagainya gratis? Termasuk biaya pendidikan mengikuti pembelajaran agama, juga gratis?" Tanya om Alex yang nampak terkejut dengan kenyataan yang dia dengar barusan.
Kang Musthofa mengangguk, "benar om, semua nya gratis."
"Lantas, para ustadz nya dapat bayaran dari mana? Untuk biaya perawatan pesantren dan pembangunan nya juga,, uang dari mana?" Lanjut om Alex bertanya, karena masih penasaran dengan bagaimana roda kehidupan pesantren tetap bisa berjalan meski semua di gratiskan.
"Untuk bisaroh para ustadz seperti kami, di tanggung sama pak kyai pribadi dari hasil kebun, ternak juga tambak milik beliau. Sedangkan untuk perawatan dan pembangunan pesantren, dapat dari para alumni yang dengan suka rela menyumbang setiap mereka memiliki rizqi lebih," terang kang Musthofa, yang tahu detail semua tentang pesantren karena dia adalah santri senior dan sekaligus lurah pondok.
__bisaroh adalah istilah yang biasa digunakan oleh kalangan pesantren untuk menyebut gaji atau bayaran sebagai bentuk ucapan terima kasih__
Om Alex nampak mengangguk-anggukkan kepala.
"Pondok juga menggratiskan biaya makan untuk santri yang berasal dari keluarga tidak mampu, dan anak-anak yatim. Bahkan, kami juga memberi uang saku kepada mereka setiap bulan nya agar mereka bisa jajan seperti hal nya santri yang lain meskipun jumlah nya tak banyak," lanjut kang Bukhori selaku bendahara pondok, ikut menjelaskan.
Kembali om Alex mengangguk-angguk, "iya kang, nanti saya minta nomor rekening pondok ya. InsyaAllah setiap bulan kami akan transfer untuk tambah-tambah biaya operasional pondok dan uang saku untuk para santri yang membutuhkan." Pinta om Alex, "keluarga besar kami menggalang dana untuk kegiatan sosial setiap bulan nya, dan biasa nya kami alokasikan untuk yayasan pendidikan milik kakek Ilyas yang dikelola oleh sahabat nya dan beberapa pesantren serta panti asuhan di sekitar Jakarta. Dan mulai bulan depan, InsyaAllah pesantren ini juga akan kami anggarkan." Lanjut om Alex dengan sungguh-sungguh.
Sedangkan Gus Umar yang duduk tak jauh dari om Alex dan ketiga santri senior tersebut tersenyum, "makasih om Alex, semoga membawa berkah untuk kita semua. Untuk para santri dan juga untuk keluarga besar om Alex," ucap gus Umar.
"Ya gus, aamiin,,,"
Zaki yang juga ikut mendengarkan pembicaraan om Alex serta ketiga teman sekamar nya itu mengangguk angguk, sangat setuju dengan usul om Alex tadi. Zaki kemudian teringat, ketika dia memperhatikan yayasan pendidikan dari perpustakaan yang berada di lantai dua masjid. Dan Zaki berbisik pada om Alex, untuk merencanakan sesuatu.
Dan om Alex mengangguk mendengar kan bisikan rencana Zaki tersebut.
🌸🌸🌸🌸🌸 bersambung 🌸🌸🌸🌸🌸
Moga hari ini bisa double up kembali ya bestie,,, 😊
Yuk, sambil nunggu bang Zaki up kembali, mampir dimari yah,,,
Novel karya : Sun_Flower95
Judul : Serpihan Hati Yang Disia-siakan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Cah Dangsambuh
semua karya temen kakak yg di tawarkan di sini di liat dari judulnya aja udah menggetarkan hati ingin segera di baca semua tapi aku harus konsisten karya kakak ku libas dulu insya allah nanti kebaca semua walau telat ,,maklum emak emak banyak kerjaanya semua harus imbang
2023-07-17
1
Ita rahmawati
dh lah bang zaki mah sm laila aj...keluarga kalian juga udh cocok bgt lho 🥰🥰
2023-06-07
1
Rapa Rasha
bang Zaki kok bisik2 kan q gk denger jadinya
2023-02-03
1