Waktu terus bergulir, hari berganti dan minggu pun berlalu. Zaki setiap hari nya selalu menjalankan rutinitas dengan tertib, mulai dari bangun tidur di sepertiga malam untuk menjalankan sholat tahajjud dilanjutkan dengan tadarus Al-Qur'an, kemudian mengikuti sholat shubuh berjamaah yang dilanjutkan dengan belajar privat pada gus Umar, dan berakhir di malam hari dengan mengikuti pengajian diniyah du aula pesantren hingga jam setengah sepuluh malam.
Praktis, Zaki sama sekali tak memiliki waktu untuk berleha-leha atau bermalas-malasan. Zaki terlihat sangat menikmati kehidupan nya yang sederhana dengan segala kegiatan belajar yang padat tersebut dengan penuh semangat. Hal itu Zaki lakukan, hanya demi mengejar cinta nya pada seorang gadis putri dari kyai pengasuh pondok pesantren, Delia Zahwa.
Tanpa terasa, satu bulan telah Zaki lewati dengan belajar agama di pesantren Nurul Ulum milik kyai Abdullah tersebut. Dan selama itu pula, Zaki menjaga jarak dan komunikasi dengan keluarga tercinta, teman-teman dan juga sang pujaan hati.
Zaki menyempatkan waktu menghubungi mereka hanya setiap hari jum'at, dan itu artinya hanya seminggu sekali. Dan dari komunikasi tersebut, Zaki masih meyakini bahwa Delia juga mendukung dan menanti diri nya untuk dapat segera menyelesaikan tantangan dari sang abi.
Namun berbeda dengan ayah Yusuf yang nampak selalu gelisah, dan merasa tidak tenang hati nya dengan keputusan sang putra yang nekat menepi dan belajar ke pesantren demi seorang gadis.
"Bun, besok kita mengunjungi abang ke pesantren ya. Sudah satu bulan abang di sana, dan kita sama sekali belum pernah bersilaturahmi dengan pak kyai nya abang," pinta ayah Yusuf, ketika mereka baru saja menyelesaikan makan malam bersama.
"Oma ikut ya?" Pinta oma Sekar, yang juga sudah sangat rindu dengan cucu pertama nya itu.
"Opa juga ikut," opa Sultan yang merasa kehilangan teman bermain catur itu oun, tak mau ketinggalan dan ingin ikut menyambangi Zaki di pesantren.
"Hore, besok adik ketemu sama abang,,," seru Annas dengan riang. Adik laki-laki kesayangan Zaki itu memang sudah sangat merindukan abang nya, Annas bahkan sering bertanya pada sang bunda, kapan abang sulung nya itu akan kembali ke rumah? Tapi ayah Yusuf yang super sibuk, belum memiliki waktu luang untuk mengunjungi Zaki di pesantren, hingga genap satu bulan ini Zaki meninggalkan rumah.
"Kalau Fira ajak Delia, kira-kira dia mau apa enggak ya bun?" Tanya Fira pada sang bunda.
"Coba aja kak, kali aja dia bisa dan mau. Abang pasti sangat senang kalau Delia ikut menyambangi," balas bunda Fatima, dan Fira mengangguk.
Fira kemudian meraih ponsel nya yang tergeletak di atas meja makan, tepat di samping piring kotor bekas dia makan. Adik perempuan Zaki itu kemudian mendial nomor Delia, dan terdengar nada sambung, tut,, tut,, tut,,,
Pada deringan ketiga, telepon Fira di terima dan terdengar suara seorang gadis mengucap salam. "Assalamu'alaikum Fir,,"
"Wa'alaikumsalam Del, kamu lagi apa? Udah makan malam belum? Ingat ya, jangan telat makan," Tanya Fira seraya mengingatkan sahabat sekaligus kekasih abang nya itu dengan penuh perhatian, sesuai pesan Zaki sebelum berangkat ke pesantren.
"Aku baru saja selesai makan, dan rencana setelah ini mau ngerjain tugas," balas Delia dengan jelas.
"Oh ya Del, kalau besok ikut kami ke Jawa bisa kan? Kami mau mengunjungi abang di pesantren, kamu ikut ya?" Pinta Fira yang langsung pada intinya.
"Emm,, gimana ya Fir,," sejenak Delia menjeda ucapan nya, seperti nya Delia sedang menimbang-nimbang.
"Sebenernya aku juga pengin sih Fir, tapi kan aku harus minta ijin dulu sama abi dan umi. Dan aku yakin banget, mereka enggak bakalan kasih aku ijin deh Fir," lanjut Delia dengan nada suara nya yang terdengar penuh penyesalan.
"Yah Del, padahal kami sangat berharap besok kamu mau ikut bersama kami? Demi untuk menyemangati bang Zaki Del,,,?" Fira merajuk.
"Sorry Fir, aku enggak bisa kalau pergi tanpa ijin dari orang tua?" Delia masih kekeuh dengan pendirian nya.
Ayah Yusuf yang bisa mendengar percakapan Fira dan Delia karena mode load speaker yang sengaja Fira aktifkan tadi, menghela nafas panjang seraya geleng-geleng kepala.
"Kak,," panggil ayah Yusuf pelan pada putri nya, seraya memberi isyarat dengan gelengan kepala agar Fira tidak memaksa gadis di seberang sana.
Dan Fira mengangguk mengerti.
"Baiklah Del, aku cuma mau bilang itu aja kok. Silahkan di lanjut mengerjakan tugas nya, assalamu'alaikum," Fira segera menutup telepon nya, tanpa menunggu jawaban salam dari Delia.
"Bunda dengar kan? Apa menurut bunda, gadis seperti Delia itu pantas untuk di perjuangan kan abang sampai sebegitu nya?" Ayah Yusuf menatap sang istri, yang juga nampak kecewa mendengar penolakan Delia.
"Ayah masih inget betul dengan sikap bunda dulu yang memberikan dukungan sepenuhnya pada ayah, ketika papa memberikan tantangan pada ayah kala itu. Tapi sekarang? Apa yang gadis itu lakukan?" Ayah Yusuf benar-benar nampak kecewa pada Delia.
"Mungkin, bentuk dukungan nya beda bang Yusuf,,, jangan su'udzon dulu?" Lirih oma Sekar seraya menatap putra menantu nya dengan tatapan teduh.
"Oma benar ayah, jangan berburuk sangka dulu lah sama Delia." Timpal Fira, yang masih meyakini bahwa Delia juga sungguh-sungguh mencintai abang nya.
"Ya sudah, dengan hadir nya kita meski tanpa gadis itu,,, opa yakin, bang Zaki juga pasti sudah sangat senang. Ayo kita istirahat sekarang, besok pagi kita akan melakukan perjalanan jauh," pungkas opa Sultan seraya beranjak, untuk mengurai suasana yang sedikit tegang tersebut.
Mereka semua pun kemudian bubar dan kembali ke kamar masing-masing untuk segera beristirahat, agar besok pagi bisa bangun dengan kondisi tubuh yang segar bugar.
*****
Sementara di dalam kamar apartemen, setelah menerima telepon dari Fira.. Delia terdiam di tempat nya.
"Jujur, aku juga ingin bisa ikut mengunjungi dan melihat bang Zaki di sana. Memberi nya dukungan dan semangat, agar bang Zaki bisa segera menyelesaikan tantangan dari Abi sebelum putra kyai Asyhari pulang dari Mesir dan melamar ku." Netra Delia kini berkaca-kaca.
"Aku tak bisa menolak keinginan abi dan juga eyang jika bang Zaki gagal,, karena pesantren kami memang membutuhkan penerus abi, sedangkan kak Najwa dan suami nya kini sudah disibukkan dengan pesantren milik nya sendiri. Dan hanya aku, satu-satu nya harapan mereka saat ini." Delia bermonolog dengan diri nya sendiri.
"Tapi aku juga enggak mau di jodohkan,,, apalagi, aku belum pernah mengenal ataupun bertemu dengan putra kyai Asyhari tersebut?" Air mata Delia akhirnya tak dapat terbendung lagi, luruh dan membasahi pipi nya yang putih bersih.
Delia menyeka air mata nya dengan kasar, "aku tahu, sejak awal aku telah menjaga hati agar tidak jatuh cinta pada bang Zaki. Karena aku sadar, bahwa kehidupan ku sudah di atur oleh orang tua. Tapi,, melihat kesungguhan bang Zaki dalam membuktikan cinta nya pada ku, membuat ku kagum dan bersimpati."
"Dan setelah apa yang dilakukan nya sekarang, dengan sungguh-sungguh belajar ilmu agama di pesantren sebagaimana yang di syarat kan oleh abi, akankah aku sanggup melihat bang Zaki kecewa nanti nya?" Kembali air mata Delia luruh, seiring tubuh nya yang luruh dan merosot kebawah. Delia terduduk di lantai apartemen nya, dengan menangis tersedu.
"Aku enggak tahu, apakah ini cinta, atau hanyalah kekaguman semata? Tapi yang jelas, aku bahagia ada lelaki yang mau berjuang dengan begitu besar nya demi untuk mendapatkan restu dari orang tua ku."
🌸🌸🌸🌸🌸 bersambung 🌸🌸🌸🌸🌸
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
sherly
keluargamu dr dulu asik menjdoohkan saja, Zahwa hrsnya bilang donk ke Zaki kalo kamu tu dah dijodohkan, jgn kasi harapan kalo emang ngk ada yg bisa diharap... kasian ya bang Zaki tp ngk juga deh kan jd memperdalam ilmu agama
2023-11-17
1
Ita rahmawati
tuh kn pasti ujung² ttep dijodohin deliany ..pasti bang zaki sm laila nih 😁 tau sendiri keluarga delia it eh sesepuhny kan kang maksa dri zamanny umar juga sm zahra,ngotot bgt dia 😏😏😏😔😔😔
2023-06-07
1
Rapa Rasha
kak ortu nya Delia itu gimana sih memberi syarat pada bang Zaki tpi dia punya niatan mau jodohin Delia sama orang lain gimana ceritanya
2023-02-03
1