Sepulang dari kediaman gus Umar, hari sudah menjelang maghrib. Zaki kembali ke kamar hanya untuk menyimpan kamus dan kitab yang telah diberikan oleh gus Umar, dan Zaki kemudian segera bergegas menuju masjid menyusul teman-teman yang satu kamar dengan nya yang sudah terlebih dahulu berada di masjid untuk menantikan kumandang adzan.
Tak berapa lama setelah Zaki berada di sana, kang Baharuddin yang memiliki suara merdu mengumandangkan panggilan untuk sholat maghrib tersebut. Zaki mendengarkan dengan seksama alunan adzan maghrib, yang terdengar sangat indah itu.
Ya, baru kali ini Zaki benar-benar mendengarkan dengan seksama lafadz-lafadz yang dikumandangkan dalam adzan. Dan hati pemuda itu bergetar memahami makna dari panggilan tersebut, hingga tanpa Zaki sadari crystal bening jatuh dari sudut netra nya.
Selama ini, Zaki hanya sambil lalu saja saat mendengarkan Mirza, adik sepupu nya ketika sedang mengumandangkan adzan ketika diri nya ikut sholat berjamaah di kediaman keluarga Alamsyah ataupun di kediaman keluarga Antonio. Sedangkan di rumah nya sendiri, di Singapura, jika keluarga Zaki hendak berjamaah, tidak di dahului adzan terlebih dahulu tetapi langsung iqamah.
Zaki masih duduk terpekur di tempat nya, bahkan ketika masjid telah penuh dengan para santri yang hendak berjamaah, Zaki masih terdiam. Barulah ketika kang Baharuddin membaca iqomah, Zaki tersadar dari lamunan nya dan segera ikut berdiri untuk menunaikan ibadah sholat maghrib berjamaah yang di imami oleh kyai Abdullah.
Zaki langsung membaca niat dan segera mengikuti gerakan sang imam, tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri. Hingga putra ayah Yusuf itu tak menyadari, siapa yang sholat di samping nya. Dan barulah ketika mengucapkan salam dan hendak bersalaman dengan sesama jamaah, Zaki melihat gus Umar yang duduk di sebelah nya sedang tersenyum hangat kepada nya.
"Dik, nanti bakda maghrib di suruh ke ndalem sama abah," lirih gus Umar, sesaat setelah mereka selesai membaca wirid dan berdoa.
Zaki mengangguk patuh, dan setelah itu kedua pemuda yang usia nya berbeda sekitar empat tahun itu kemudian sama-sama berdiri untuk menunaikan ibadah sholat sunnah bakdiyah.
Kyai Abdullah, dan santri senior yang lain juga nampak melaksanakan sholat sunnah tersebut. Sedangkan para santri junior, langsung duduk dengan berbaris rapi untuk mengantri hendak setoran mengaji binnadhor Al-Qur'an kepada kang Musthofa.
Hanya santri putra yang jamaah dan mengaji di masjid, karena santri putri berjamaah bersama nyai Robi'ah di aula khusus santri putri di dalam komplek pondokan putri.
Usai sholat sunnah, Zaki mengikuti langkah gus Umar menuju serambi masjid dan mereka berdua duduk di sana sambil menunggu kyai Abdullah menyelesaikan wirid nya.
Tengah menunggu, Zaki bertanya, "ada apa ya kak, kok Abah manggil Zaki?"
Gus Umar hanya tersenyum seraya mengedikkan bahu nya, dan Zaki pun tak bertanya lebih lanjut.
Mereka kemudian membicarakan hal lain, seputar pembelajaran yang harus Zaki lalui agar bisa segera membaca dan memahami kitab kuning.
"Ayo nak Zaki, gus,, kita ke rumah," ajak kyai Abdullah yang tau-tau sudah ada di belakang mereka, yang kemudian menghentikan obrolan kedua nya.
Zaki dan gus Umar berjalan perlahan di samping kanan dan kiri kyai kharismatik tersebut, untuk menuju ke kediaman kyai Abdullah.
"Masuk nak Zaki," titah kyai Abdullah, dan Zaki hanya bisa menurut mengikuti kemauan kyai pengasuh pondok pesantren tempat dimana diri nya saat ini sedang menuntut ilmu.
"Umi," panggil kyai Abdullah pada sang istri.
"Nggih bah, sudah siap. Monggo,," nyai Robi'ah yang baru saja keluar, langsung mempersilahkan sajg suami untuk masuk kedalam dengan isyarat tangan nya.
"Mari nak Zaki, kita makan malam dulu," titah nyai Robi'ah, yang membuat Zaki menjadi sungkan.
Zaki menatap gus Umar untuk meminta penjelasan, namun pemuda berwajah tenang itu hanya tersenyum.
"Ayo nak Zaki, umi dan istri nya gus Umar sudah masak spesial untuk kita semua," ajak kyai Abdullah, ketika melihat Zaki tak juga beranjak dari tempat nya.
"Ayo,," gus Umar memeluk pundak Zaki yang sudah dianggap nya sebagai adik itu dan mengajak pemuda tampan idola baru para santri putri untuk masuk kedalam.
Setiba nya di ruang makan, tempat dimana tadi pagi Zaki sarapan,, meja itu telah penuh dengan berbagai macam masakan khas Jawa. Aida yang memang pandai memasak, dengan di bantu oleh nyai Robi'ah yang juga senang memasak ternyata benar telah menyiapkan semuanya seperti yang dikatakan oleh kyai Abdullah tadi.
Zaki duduk di samping gus Umar, sedangkan kyai Abdullah duduk tepat di hadapan Zaki. Aida yang juga sudah berada di sana, sejak selesai sholat berjamaah bersama nyai Robi'ah di aula putri,, tengah sibuk membuatkan teh hangat untuk mereka semua.
"Ayo nak Zaki, silahkan," tutur nyai Robi'ah, ketika ibu nyai berusia paruh baya yang masih terlihat cantik itu sudah mengambilkan nasi dan lauk untuk kyai Abdullah dan untuk diri nya sendiri.
"Kak Umar dulu umi," tolak Zaki dengan halus.
"Gus Umar kalau ndak dilayani istri nya, mending ndak makan dia," balas kyai Abdullah seraya melirik sang putra, dan gus Umar hanya tersenyum.
"Ya sama tho, seperti abah." Balas nyai Robi'ah membela sang putra.
"Monggo nak Zaki, sampean duluan saja. Gus Umar masih nunggu istri nya," kembali nyai Robi'ah mempersilahkan Zaki untuk segera mengambil makanan, dan Zaki hanya bisa menurut patuh.
Tepat setelah Zaki selesai mengambil makanan, Aida juga sudah selesai membuat teh dan segera menyuguhkan teh manis tersebut kepada semua orang yang berada di meja makan tersebut.
"Ini teh hijau untuk umi," ucap Aida, seraya menyimpan teh khusus untuk nyai Robi'ah itu di hadapan sang ibu mertua.
"Makasih nak, duduk dan layani suami mu. Biar teh nya abah dan nak Zaki, umi yang memberikan nya," titah nyai Robi'ah, Aida mengangguk dan kemudian segera duduk di samping kanan sang suami.
"Mau sama lauk apa kak?" Tanya Aida dengan lembut.
"Apa aja dik, aku manut," balas gus Umar.
Mereka kemudian menikmati makan malam dengan hangat, sambil sesekali bercengkrama. Kyai Abdullah banyak memberikan wejangan kepada Zaki, bagaimana tentang hidup bermasyarakat di lingkungan pesantren, juga bagaimana jika Zaki sudah berumah tangga nanti.
"Nak Zaki harus pandai-pandai membawa diri, karena nak Zaki ini adalah calon menantu kyai. Pasti nak Zaki nanti nya juga akan menjadi contoh bagi para santri, di tempat mertua nak Zaki," pungkas kyai Abdullah, Zaki mengangguk-angguk. Keyakinan pemuda itu untuk bisa mendapatkan Delia semakin besar, apalagi keluarga kyai Abdullah juga sepenuhnya mendukung.
Tepat ketika mereka semua telah menyelesaikan makan malam, ponsel nyai Robi'ah yang di simpan di atas meja ruang keluarga berdering dengan nyaring.
"Sopo tho kae, wengi-wengi kok yo telpon," gumam nyai Robi'ah. __siapa sih, malam-malam telepon?___
"Biar Aida yang mengambilkan ponsel umi," Aida segera bangkit dan menuju sumber suara.
"Yo paling anakmu wedok tho mi, kangen paling karo umine sing ayu," goda kyai Abdullah seraya mengerling pada sang istri, membuat gus Umar tersenyum simpul sedangkan Zaki tersenyum kecut. __"paling anak gadis mu mi yang kangen sama umi nya yang cantik"__
"Enggak anak, enggak abah,, enggak di Jakarta, enggak di rumah Singapura,, sama aja ternyata, suami-suami yang bucin sama istri," bisik Zaki dalam hati.
Aida telah kembali dengan membawa ponsel di tangan nya, yang masih saja berdering, "Telepon dari Laila mi," Aida memberikan telepon tersebut kepada nyai Robi'ah.
Dan ketika tombol hijau di geser ke atas dan tombol load speaker di aktifkan, suara manja Laila dari seberang sana langsung nyerocos tanpa jeda. "Assalamu'alaikum umiii,, lama banget tho mi enggak di angkat-angkat? Pasti umi lagi senang-senang ya sama abah? Atau, umi lagi dahar enak sama abah, kak Umar dan kakak ipar? Aah, umi jahat,,, umi enggak ingat apa, di kosan Laila cuma makan sama mi instan. Sampai kurus kering tau mi, Laila di sini?"
Semua orang tersenyum mendengar celotehan Laila, termasuk Zaki.
🌸🌸🌸🌸🌸 bersambung 🌸🌸🌸🌸🌸
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Rapa Rasha
tetep lanjut
2023-02-03
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓼𝓪𝔂𝓪 𝓫𝓮𝓻𝓱𝓪𝓻𝓪𝓹 𝓩𝓪𝓴𝓲 𝓮𝓷𝓰𝓰𝓪𝓴 𝓫𝓮𝓻 𝓳𝓸𝓭𝓸𝓱 𝓼𝓪𝓶𝓪 𝓓𝓮𝓵𝓲𝓪 𝓽𝓱𝓸𝓻🤲🤲🤲🤲🤲🤲🤲
2022-10-27
1
lanjut
2022-09-10
2