Bakda sholat ashar, Zaki kembali belajar privat dengan gus Umar. Kali ini, bukan di ruang tamu kediaman putra pertama kyai Abdullah tersebut. Namun di teras samping, di antara kediaman kyai Abdullah dan kediaman gus Umar.
Di lahan kosong yang tak terlalu luas itu, terdapat sebuah gazebo yang terletak tepat di tengah-tengah nya, yang biasa digunakan oleh kyai Abdullah beserta keluarga untuk bercengkrama dan menghabiskan waktu di kala senggang.
Terdapat pula kolam ikan kecil dengan air mancur yang gemericik, di kanan kiri kolam berbagai bunga tumbuh dengan subur yang menambah keasrian tempat tersebut.
Sedangkan di pinggir lahan, di tanami berbagai macam sayuran dalam polybag serta tanaman apotik hidup.
"Wah, tempat nya asyik banget kak. Zaki jadi teringat dengan kediaman kakek." Ucap Zaki dengan netra berbinar, yang langsung merasa nyaman berada di tempat tersebut.
"Oh ya, syukur lah jika dik Zaki senang." Balas gus Umar seraya tersenyum, "karena yang utama dalam belajar adalah kenyamanan, ketenangan dan suasana hati yang senang. Jika itu sudah di dapat, InsyaAllah akan lebih mudah dalam menerima dan memahami ilmu baru," lanjut gus Umar.
Zaki mengangguk, "di kediaman kakek, kami juga sering mendiskusikan berbagai hal di gazebo seperti ini kak. Terkadang, ide baru juga tercetus pada saat kita sedang ngobrol santai," timpal Zaki.
Gus Umar tersenyum dan menatap Zaki, "kakak sengaja mengajak dik Zaki kemari, biar dik Zaki enggak bosan." Kembali Zaki mengangguk-angguk.
"Di tempat terbuka seperti ini, biasa nya pikiran akan menjadi lebih fresh sehingga kita tidak mudah jenuh. Dan jika dik Zaki lebih senang belajar di tempat seperti ini, setiap hari kita bisa belajar di sini," tawar gus Umar.
"Iya kak, Zaki lebih senang belajar di tempat terbuka seperti ini." Balas Zaki dengan sangat antusias.
Nampak Aida berjalan mendekat seraya membawa air mineral dan kitab-kitab yang sudah di minta gus Umar sebelum nya, "ini kitab nya kak," ucap Aida dengan senyum nya yang khas, yang selalu bisa mengalihkan perhatian gus Umar.
"Makasih sayang," balas gus Umar dengan manis, seraya menerima kitab-kitab tersebut dari tangan sang istri.
"Maaf mas Zaki, ada nya baru air mineral. Untuk kopi, nanti InsyaAllah menyusul setelah belajar nya selesai," ucap Aida, seraya menyimpan dua botol kecil air mineral di hadapan Zaki dan di hadapan sang suami.
"Enggak perlu repot ning, kak," balas Zaki, seraya menatap gus Umar dan ning Aida bergantian. "Zaki kemari niat nya mau belajar, dan kalau setiap saat disuguhi kopi dan camilan,, nanti pulang-pulang Zaki bisa gendut," lanjut Zaki seraya terkekeh, yang disambut gus Umar dengan terkekeh pula.
Sedangkan Aida hanya tersenyum, "ya enggak lah mas Zaki, masak cuma minum kopi sama makan gorengan bisa langsung gendut?" Protes Aida.
"Monggo, silahkan di lanjut belajar nya," ucap Aida kemudian, "kak, Aida masuk dulu ya?" Pamit Aida, seraya beranjak dan gus Umar menyempatkan mengelus lengan sang istri sebelum Aida turun dari gazebo.
"Maaf kak, boleh Zaki bertanya?" Zaki menatap gus Umar, seraya tersenyum malu.
Gus Umar mengernyit, "ada apa dik?"
"Maaf sebelumnya, karena ini tidak ada kaitannya dengan pelajaran." Zaki merasa sungkan, tapi rasa penasaran nya yang begitu besar membuat Zaki membuang jauh rasa sungkan tersebut.
"Kak Umar dan istri, apakah belum lama menikah?" Tanya Zaki akhirnya, menuntaskan rasa penasaran nya.
"Kurang lebih satu tahun dik, kenapa?" Balas dan tanya gus Umar.
Zaki menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "eh, enggak kak. Emm,, kok kayak masih baru aja. Sikap kakak selalu romantis sama istri," balas Zaki, dan gus Umar mengulas senyum lebar.
"Perjalanan kami untuk bisa bersama-sama seperti sekarang ini, sangat lah berliku dik. Dan kakak hanya ingin menunjukkan rasa syukur, atas apa yang telah Allah anugerah kan kepada kakak. Yaitu dengan bentuk memberikan perhatian-perhatian kecil dan memberi limpahan kasih sayang yang tulus pada istri kakak," balas gus Umar seraya menerawang jauh, teringat masa lalu nya dan sang istri yang sama-sama tidak mudah untuk dijalani.
Zaki mengangguk-angguk.
"Nanti jika dik Zaki telah lulus ujian ini dan dapat menikahi wanita yang dik Zaki idam-idamkan,, dik Zaki juga pasti akan melakukan hal yang sama, dengan apa yang kakak lakukan pada istri. Mencintai, menyayangi, dan ingin menjaga istri selama nya," lanjut gus Umar, dan Zaki tersenyum lebar. Pemuda itu membayangkan, suatu saat dapat bersanding dengan Delia,, gadis pujaan hati nya.
Sejenak kedua nya sama-sama terdiam, masing-masing masih dengan mengulas senyuman di bibir,, membayangkan wanita yang dicintai, dengan iringan suara gemericik air dan desau angin yang menerpa atap rumbia gazebo tersebut.
"Mari kak, bisa kita mulai," ucap Zaki kemudian.
"Yakin? Sudah enggak ada yang ingin ditanyakan lagi?" Goda gus Umar, dan Zaki pun menggeleng seraya tersenyum.
Gus Umar pun memulai membuka pelajaran nya di sore hari ini, yang di fokuskan pada menghafal kosakata bahasa Arab.
Pemuda kharismatik itu menyodorkan sebuah kamus tebal kepada Zaki, "ini untuk dik Zaki," ucap gus Umar.
"Kamus lengkap bahasa Arab," gumam Zaki membaca judul pada cover kamus tersebut.
Gus Umar mengangguk, "salah satu dasar agar dapat membaca kitab kuning dengan baik dan lancar adalah harus memiliki mufradat atau kosakata bahasa Arab yang cukup. Untuk itulah, dik Zaki harus memperbanyak menghafal kosakata bahasa Arab," terang gus Umar, dan Zaki mengangguk-angguk.
"Selain agar dapat lanyah dalam membaca kitab kuning, sesungguhnya mempelajari ilmu bahasa Arab ini adalah sebuah kewajiban yang sangat mulia. Karena kita akan dapat memahami dengan baik makna dan kandungan Al-Qur'an serta As-sunnah, dengan bahasa Arab," lanjut gus Umar.
Kembali Zaki mengangguk-angguk.
"Dik Zaki bisa memulai menghafal kosakata dari yang paling sederhana, atau hal yang paling dik Zaki sukai. Karena jika kita belajar hal-hal yang kita senangi, pastilah akan lebih mudah. Bukan kah begitu dik Zaki?" Tanya gus Umar, dan Zaki mengangguk seraya tersenyum.
"Benar kak, rasa nya akan lebih bersemangat," balas Zaki.
Gus Umar mengangguk, "tak perlu banyak-banyak dik, bertahap saja dan yang penting harus fokus dan di ulang-ulang. Karena pada hakekatnya, belajar itu adalah mengulang."
"Dik Zaki juga harus memperbanyak tadarus Al-Qur'an, karena tujuan belajar membaca kitab arab gundul adalah untuk memahami makna Al-Qur'an dan As-sunnah."
Gus Umar menyodorkan kembali satu kitab tebal ke hadapan Zaki, "dik Zaki baca juga kitab Hadits ini."
"Shahih Bukhori Musim?" Zaki menatap gus Umar, setelah membaca judul besar pada cover kitab tersebut.
Gus Umar mengangguk, "benar dik, karena sudah semestinya seorang penuntut ilmu itu meluangkan waktu untuk membaca sabda-sabda manusia terbaik sepanjang masa. Menelaah lembaran-lembaran nasehat dan pelajaran yang beliau wariskan kepada kita, umatnya." Pungkas gus Umar, mengakhiri pertemuan pertama dalam pembelajaran ilmu bahasa Arab sore ini. __source : Artikel Muslim.or.id__
Gus Umar kemudian memanggil sang istri, "dik Aida sayang,,,," dan beberapa saat kemudian, Aida muncul dari pintu samping sudah dengan membawa baki yang di atas nya terdapat dua cangkir kopi, sepiring kacang rebus dan toples berisi ceriping singkong.
"Kak, tadi kan Zaki udah bilang,, enggak perlu repot-repot kayak gini? Air putih ini, juga udah cukup kak?" Protes Zaki.
Gus Umar menggeleng, "sama sekali enggak repot, dan ini adalah rizqi kamu dik dan enggak boleh di tolak." Balas gus Umar seraya membantu sang istri meletakkan cangkir kopi milik Zaki, di hadapan pemuda yang sedang belajar ilmu agama dengan penuh semangat itu.
"Duduk sini dik," titah gus Umar, pada sang istri ketika Aida hendak segera berlalu.
Aida pun kemudian mendudukkan diri nya, tepat di tempat kosong yang tadi di tepuk oleh sang suami.
"Monggo mas Zaki, silahkan di minum," Aida dengan ramah mempersilahkan Zaki untuk menikmati kopi buatan tangan nya.
"Dik Zaki, ini ceriping singkong yang bikin istri ku sendiri lho. Uenak lho ini dik, lain daripada yang lain." Gus Umar membuka tutup toples yang berisi ceriping singkong tersebut, seraya memuji olahan sang istri.
Zaki tersenyum mendengar gombalan gus Umar untuk istri nya itu, dan kemudian mengambil ceriping tersebut.
"Karena ini di buat dengan sepenuh hati dan ditaburi dengan bumbu cinta, nggih tho sayang?" Lanjut gus Umar seraya tersenyum manis kearah sang istri, hingga membuat wajah Aida merona merah.
Sedangkan Zaki, hanya mengulum senyum. "Aku harus belajar sungguh-sungguh, agar bisa cepat lanyah membaca kitab kuning dan segera menikahi dik Delia," bisik Zaki dalam hati.
🌸🌸🌸🌸🌸 bersambung 🌸🌸🌸🌸🌸
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Ita rahmawati
manis bgt ya umar sm aida 🥰🥰 sbnerny suamiku juga manis bgy suka godain trus tp kok ak ny yg geli gtu y klo dirayu² 🤭 berasa gmna gtu wong ank ku yg pertm aj dh SMA jd kn malu klo dilihat ank 😅 apalg yg kecil hadeuh suka cemburu klo bpkny dket² sm ibuny 🤦♀️
2023-06-07
1
Rapa Rasha
ayo semangat bang zaki
2023-02-03
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓰𝓸𝓶𝓫𝓪𝓵𝓪𝓷 𝓰𝓾𝓼 𝓤𝓶𝓪𝓻 𝓫𝓲𝓴𝓲𝓷 𝓫𝓪𝓹𝓮𝓻 𝓼𝓪𝔂𝓪 𝓽𝓱𝓸𝓻 𝓴𝓪𝓷 𝓳𝓭 𝓴𝓪𝓷𝓰𝓮𝓷 𝓼𝓪𝓶𝓪 𝓹𝓪𝓴𝓼𝓾 𝓹𝓭𝓱𝓵 𝓵𝓰 𝓴𝓮𝓻𝓳𝓪 𝓷𝓲𝓱🤭🤭🤭🤭🤭🤭
2022-10-27
1