Bakda dhuhur, Tidak ada jadwal kegiatan pengajian di pondok pesantren tersebut. Dan Zaki memilih menghabiskan waktu nya, untuk membaca-baca buku di perpustakaan pesantren yang ada di lantai dua tepat nya di teras samping Masjid.
Zaki memilih bacaan yang ringan, yang mudah dia pahami sendiri. Dan setelah mendapatkan buku yang dirasa cocok, bergegas Zaki membawa buku tersebut menuju meja baca yang ada di sisi perpustakaan.
Hanya Zaki satu-satu nya orang yang berada di perpustakaan tersebut, sehingga pemuda berhidung mancung itu bebas memilih tempat duduk. Dan Zaki memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela kaca, yang langsung bisa melihat kearah Yayasan Pendidikan..
Sebelum membaca, Zaki mengamati sekolahan milik kyai Abdullah tersebut. Kening Zaki mengernyit, entah apa yang ada di benak nya.
Zaki kemudian mengalihkan perhatian pada buku yang sudah ada di hadapan nya, dan santri baru itu mulai membuka buku yang sudah dia pilih. Buku Muslim Preneur yang saat ini menjadi pilihan Zaki.
Zaki mulai membaca resensi buku tersebut, dan Zaki mengangguk-angguk membaca lembar pertama nya.
'Rasulullah tidak pernah mengajarkan umatnya untuk hidup bermalas-malasan. Artinya, bahwa setiap mukmin harus berusaha untuk menggapai kebahagiaan hidup nya di dunia dan akhirat.'
'Kebahagiaan di dunia umumnya diukur dengan banyaknya harta, sementara kebahagiaan di akhirat diukur dengan intensitas pahala. Jadi tidak benar jika menjadi kaya itu hina, tapi justru mulia jika tujuan nya adalah agar bermanfaat bagi sesama.'
Zaki terus menekuni buku tersebut, lembar demi lembar dia baca dengan seksama. Sesekali pemuda itu mengangguk-angguk, terkadang kening nya mengernyit dalam dan kadang pemuda tampan itu tersenyum hingga menambah kadar ketampanan nya menjadi berkali-kali lipat.
Hingga tanpa terasa, hampir dua jam Zaki berada di sana seorang diri. Dan dengan suasana yang sunyi itu, Zaki benar-benar bisa memahami isi buku tersebut.
Zaki melirik jam dinding yang menggantung di sisi tembok, jarum jam menunjukkan pukul dua kurang lima menit. Zaki kemudian membatasi lembar yang sudah dibaca nya dengan lipatan kecil, karena esok siang Zaki berencana untuk kembali ke perpustakaan dan membaca buku itu lagi hingga tuntas.
Zaki menimang-nimang buku tersebut, "buku ini isi nya sangat bagus, cocok jika aku berikan sebagai kado ulang tahun buat dek Kevin bulan depan. Meski aku tak bisa ikut merayakan ulang tahun nya, tapi aku yakin.. buku ini lebih berarti dan bisa menggantikan ketidakhadiran ku di sana," gumam Zaki dalam hati.
"Aku akan pesan secara online, dan mengirimkan nya ke kantor dek Zaki sebagai surprise," lanjut Zaki seraya tersenyum, tiba-tiba perasaan rindu nya pada orang-orang terkasih menyeruak begitu saja. Zaki rindu pada ayah dan bunda, pada oma dan opa, juga pada kedua adik nya.
Zaki juga rindu pada kekompakan keluarga besar Antonio, yang selalu penuh canda dan tawa.. juga rindu pada adik sepupu dan teman-teman nya yang menyenangkan itu.
Pikiran kini ini teringat akan sang adik yaitu Fira, yang sedang menjalin hubungan jarak jauh dengan Dion, sahabat dari adik sepupu nya. Dan Zaki kini dapat merasakan apa yang Fira rasakan, karena saat ini Zaki mengalami nya sendiri, yang sekarang harus berjauhan dengan Delia,, meskipun kisah cinta mereka berdua sangat lah berbeda.
Fira dan Dion telah mendapatkan restu dari kedua belah pihak keluarga, dan kedua nya juga saling mencintai. Sedangkan Zaki, masih harus berjuang untuk mendapatkan restu dari orang tua sang pujaan hati, pun hingga saat ini,, Zaki belum pernah mendengar Delia menjawab pernyataan cinta nya.
Gadis itu hanya menjawab pernyataan cinta Zaki dengan senyuman dan kalau pun Delia mau berbicara, Delia hanya mengatakan 'terserah abi'.
Namun dari cerita Fira, Zaki memiliki keyakinan bahwa Delia juga mencintai nya. Hanya saja, Zaki harus berjuang dahulu untuk mendapatkan restu dari abi nya Delia,, barulah setelah itu, Delia baru bisa menerima cinta Zaki.
"Bismillah,, InsyaAllah aku bisa menyelesaikan ini tepat waktu," bisik Zaki dengan penuh keyakinan, dan pemuda itu kemudian segera beranjak.
"Aku enggak boleh melo, perpisahan ini hanyalah sementara. Hanya satu tahun, toh lebaran nanti aku juga bisa pulang dan berkumpul bersama keluarga ku. Keluarga yang selalu kompak, keluarga yang terkadang absurd nya enggak ketulungan, saling menjahili meski sejati nya kami tetap saling menyayangi," lirih Zaki, menguatkan kembali tekad nya yang sejenak melemah karena di dera rasa rindu pada keluarga tercinta.
Zaki segera beranjak dari tempat duduk nya dan dengan cepat berjalan kearah rak buku untuk mengembalikan buku tersebut di tempat semula. Setelah memastikan semua nya rapi kembali seperti sedia kala, bangku yang di duduki Zaki tadi juga sudah dirapikan,, pemuda berbadan atletis yang saat ini masih mengenakan baju koko, sarung dan lengkap dengan peci hitam yang bertengger di kepala nya itu kemudian bergegas meninggalkan perpustakaan.
Dengan langkah pasti Zaki menuruni anak tangga, dan menuju ke serambi masjid untuk mengambil sandal nya.
Ketika Zaki tiba di serambi masjid, berbarengan dengan siswa sekolah yang baru saja bubar.
Zaki berhenti sejenak, karena jalan menuju arah komplek pondokan sedang ramai oleh siswa-siswi yang baru pulang dan saling berebut agar bisa lebih dahulu cepat sampai di pondokan.
Mungkin karena mereka ingin segera beristirahat dan berganti pakaian karena sudah merasa gerah dengan cuaca yang sangat panas seperti ini, atau mungkin karena perut mereka telah keroncongan dan cacing yang berada dalam perut sudah demo minta dipenuhi hak-hak nya.
Zaki jadi ingat, bahwa diri nya juga belum makan siang. Dan tiba-tiba saja perut nya pun terasa keroncongan, "sebaiknya, aku segera ke kamar. Kang Bukhori dan yang lain pasti mencari ku," gumam Zaki, dan Zaki segera memakai sandal nya.
Baru saja Zaki hendak melangkah, ada suara riuh dari arah belakang Zaki hingga membuat santri yang penampilan serta postur tubuh nya paling menonjol itu menoleh ke belakang.
"Sumpah, kalau dari dekat gini,, mas nya makin ganteng," ucap salah seorang gadis yang baru saja pulang sekolah itu. Dia adalah gadis yang sama, yang tadi ikut berjamaah di masjid.
"Kamu bener Luk, dia sebelas dua belas sama gus Umar," timpal gadis, yang di sebut teman-teman nya sebagai cewek nya kang Bukhori itu.
"Kita kenalan yuk, siapa tahu aja kan.. mas ganteng itu belum punya pacar?" Usul yang lain.
"Ayo,, ayo,," balas gadis yang paling tinggi, dengan antusias.
Dan mereka berempat segera berjalan mendekati Zaki seraya memanggil pemuda itu, "mas ganteng,," panggil mereka kompak.
Zaki mengernyit seraya menunjuk diri nya sendiri, "saya?" Tanya Zaki, dan mereka serempak mengangguk.
"Mas, santri baru ya? Atau, saudara nya pak kyai yang lagi main?" Tanya gadis yang bernama Luluk, gadis berseragam putih abu-abu yang saat ini duduk di bangku kelas dua belas.
"Saya santri baru," balas Zaki seraya tersenyum ramah.
"Boleh kenalan enggak mas?" Tanya pacar nya Bukhori dengan genit, hingga mendapatkan protes dari teman-teman nya.
"Hai, Maimunah... jangan genit-genit, nanti kang Bukhori cemburu."
"Enggak bakalan, kang Bukhori kan pemuda paling pengertian sejagad raya," balas gadis manis bernama Maimunah itu dengan santai.
"Pengertian apa nya? Bukti nya kemarin, kamu di tegur kan ketika bercanda sama kang Din?" Balas seorang teman nya.
"Jasmin benar, aku lihat kok kamu dimarahin sama tunangan kamu itu," timpal Luluk yang membenarkan ucapan Jasmin.
"Berapa kali aku bilang,,,! Jangan panggil Jasmin! Tapi Yasmine,,, hello, my name's Yasmine!" Protes gadis yang bernama Yasmine itu.
"Sama aja kali Min," balas gadis yang paling tinggi, menyudahi perdebatan tersebut.
Zaki yang mendengar perdebatan kecil mereka menyipitkan netra nya, dan sekilas melihat kearah gadis yang bernama Maimunah. "Apa kang Bukhori yang di maksud adalah, kang Bukhori yang satu kamar dengan ku? Dan kang Din, apakah kang Baharuddin?" Tanya Zaki pada diri nya sendiri.
"Mas ganteng,,, kok malah bengong? Boleh kenalan enggak?" Suara melengking gadis yang paling tinggi itu, membuyarkan lamunan Zaki.
"Eh iya boleh," balas Zaki sedikit tergagap, "saya Zaki," Zaki memperkenalkan diri nya dengan menangkup kedua tangan di depan dada nya yang bidang.
"MasyaAllah,,, udah ganteng, nama nya bagus pula. Mas ganteng, Luluk mau dong dikenalin sama orang tua nya mas ganteng," ucap Luluk dengan pede nya.
"Sebagai apa Luk? Asisten rumah tangga? Hahaha,," ledek teman-teman nya dengan kompak, dan Zaki hanya tersenyum.
"Mas Zaki kan udah nyebutin nama nih, sekarang giliran kami ya?" Ucap gadis yang paling tinggi, "Namaku Nurmaida, biasa dipanggil Ida. Dan ini, Luluk, May dan Mimin," Gadis yang paling tinggi yang bernama Ida, menyebutkan nama teman nya satu persatu.
"Bukan Mimin! Yasmine!" Kembali gadis mungil dengan lesung pipit di kedua pipinya itu protes, tak terima nama nya yang cantik di sebutkan sembarangan.
"Ehm,,, " dan suara dehaman seorang wanita muda dengan seragam guru, membuat mereka berempat langsung terdiam dan membeku di tempat nya.
🌸🌸🌸🌸🌸 bersambung 🌸🌸🌸🌸🌸
Maaf bestie,,, kemarin hanya up satu bab, karena bab yang aku setor semalam baru bisa terbit tadi pagi 😊🙏
Sambil nunggu bang Zaki up lagi, yuk kepoin novel teman ku,
Karya ; Te_Mi
Judul ; Di Ujung Sayap Rindu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Rapa Rasha
duh bang Zaki jadi rebutan deh
2023-02-02
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓩𝓪𝓴𝓲 𝓳𝓭 𝓻𝓮𝓫𝓾𝓽𝓪𝓷 𝓹𝓪𝓻𝓪 𝓼𝓪𝓷𝓽𝓻𝓲 𝓷𝓲𝓱🤭🤭🤭
2022-10-27
1
Siti Afifah
kwek..kwek..afda aja santri putri ini tingkh nya
2022-09-13
1