Hari-berikutnya nya, Zaki yang telah resmi menyandang predikat santri,, mulai menjalani kegiatan seperti santri-santri yang lain.
Zaki ikut bangun di sepertiga malam, untuk menunaikan ibadah sholat sunnah tahajjud. Dilanjutkan dengan tadarus Al-Qur'an secara mandiri, hingga tiba waktu shubuh.
Zaki kemudian mengikuti sholat shubuh berjamaah di masjid yang di imami oleh kyai Abdullah, dan bakda shubuh dimana para santri yang lain mengaji Al-Qur'an bersama kang Musthofa yang merupakan seorang hafidz Qur'an di serambi masjid,, Zaki memulai belajar privat nya dengan gus Umar, yang dilaksanakan di kediaman pribadi gus Umar.
Ya, Zaki mendapatkan waktu belajar privat dari gus Umar setiap bakda shubuh dan di sore hari selepas ashar.
Zaki berjalan bersama dengan gus Umar menuju kediaman putra sulung kyai Abdullah, yang berada tepat di samping kediaman kyai pengasuh pondok pesantren Nurul Ulum itu.
"Assalamu'alaikum,,," ucap salam gus Umar ketika memasuki kediaman nya, yang diikuti oleh Zaki.
"Wa'alaikumsalam,,," Aida yang masih mengenakan mukena menjawab salam dari sang suami seraya menghampiri suami tercinta nya itu, mencium punggung tangan sang suami dengan takdzim dan gus Umar membalas dengan mencium hangat kening sang istri.
Begitulah kebiasaan gus Umar dan Aida setiap shubuh, gus Umar selalu ikut berjamaah di Masjid sedangkan Aida sholat sendiri di kediaman nya.
Zaki yang melihat adegan yang menyejukkan hati itu tersenyum tipis, "jika aku sudah menjadi kepala rumah tangga nanti, aku juga akan memperlakukan istri ku dengan baik. Seperti kak Umar, yang bersikap manis pada istri nya. Seperti daddy Rey yang selalu romantis pada mommy Billa. Juga seperti ayah, yang tak pernah bisa jauh dari bunda," gumam Zaki dalam hati.
"Silahkan masuk mas Zaki," Aida mempersilahkan tamu nya untuk masuk dengan ramah.
"Oh, iya ning,," balas Zaki tergagap, karena baru saja melamun.
"Silahkan duduk dulu dik Zaki, aku kedalam dulu," titah gus Umar, dan segera berlalu menyusul sang istri masuk kedalam.
Zaki kemudian segera duduk di dalam ruang tamu kediaman gus Umar, yang tak seluas ruang tamu di kediaman kyai Abdullah. Ruang tamu di kediaman gus Umar berukuran minimalis, hanya terdapat satu set sofa berukuran sedang, almari kaca yang dipenuhi dengan piala dan piagam penghargaan, serta ada dua pot bunga hidup di sudut ruangan yang membuat pemandangan menjadi lebih segar.
Sedangkan di dinding ruang tamu tersebut, terdapat kaligrafi dengan lafadz syahadat di dinding yang berada di depan Zaki dan tepat di atas pintu masuk terdapat kaligrafi dengan lafadz ayat kursi. Dan di sisi yang lain, menggantung jam dinding dengan gambar ka'bah.
Tak ada gambar gus Umar ataupun sang istri yang terpajang di sana, tapi Zaki melihat ada pigura berukuran kecil di dalam almari kaca. Zaki bangkit dan mendekat, dan setelah diamati oleh Zaki ternyata itu adalah foto kyai Abdullah, nyai Robi'ah, gus Umar dan seorang gadis yang belum pernah Zaki lihat.
Foto tersebut berlatar ka'bah dan dibawah foto tercetak tahun dimana keluarga tersebut melaksanakan ibadah umroh bersama, tepat nya tiga tahun yang lalu. "Mungkin, ini foto istri kak Umar yang pertama." Gumam Zaki, "apa itu artinya, dia kakak nya Delia? Tapi kok mereka enggak mirip ya? Sama-sama cantik sih, tapi cantik nya beda," Zaki bermonolog dalam diam.
Zaki masih berdiri terpaku mengamati foto tersebut, ketika suara gus Umar mengejutkan diri nya.
"Itu foto kami sekeluarga sewaktu umroh tiga tahun yang lalu, saat itu aku baru saja pulang dari Madinah." Ucap gus Umar menjelaskan.
Zaki mengangguk-angguk dan kemudian segera duduk kembali, "apa itu, istri kakak yang pertama?" Tanya Zaki hati-hati.
Gus Umar menggeleng, "bukan dik, itu adikku. Dia masih kuliah di Semarang, Laila nama nya. Dia seusia dengan istri ku, Aida. Mereka berdua bersahabat sedari kecil," terang gus Umar seraya tersenyum, teringat kembali persahabatan sang adik dan istrinya yang begitu dekat.
"Akhir-akhir ini dia jarang pulang, karena lagi banyak tugas di kampus. Biasalah, menjelang KKN dan persiapan bikin skripsi." Lanjut gus Umar, dan kembali Zaki mengangguk.
"Berarti, dia satu angkatan sama Delia ya kak?" Tanya Zaki memastikan.
"Oh iya.. dik Laila satu angkatan sama ning Zahwa," balas gus Umar membenarkan.
Aida keluar dengan membawa dua gelas air putih hangat, "minum air putih dulu ya mas Zaki, kopi nya nanti kalau ngaji nya udah rampung," ucap Aida seraya menyimpan dua gelas air putih hangat tersebut di atas meja.
Zaki mengangguk, "terimakasih ning," ucap Zaki.
"Dik, tolong gorengke pisang kepok nggih?" Pinta gus Umar seraya memegang tangan sang istri, dan menatap istri nya dengan hangat.
Aida mengangguk seraya tersenyum manis, "nggih kak," balas nya, dan segera berlalu masuk kedalam dengan diikuti pandangan gus Umar hingga punggung sang istri tak lagi terlihat.
Lagi-lagi, Zaki tersenyum menyaksikan pemandangan tersebut. "Sederhana tapi manis," lirih Zaki, yang bisa di dengar oleh gus Umar.
Gus Umar tersenyum, "kita sebagai laki-laki wajib memperlakukan wanita dengan baik, sebagaimana sabda Rasulullah : 'Sebaik-baik orang beriman adalah yang terbaik dalam akhlaknya. Dan sebaik-baik dari kalian, adalah yang baik akhlak nya kepada para wanita.' (Hadits riwayat al-Suyuthi dalam Al-Jami' Al-Shaghir dari Abu Hurairah)."
"Dalam Hadits tersebut dapat dipetik pelajaran, bahwa wanita yang cenderung lebih lemah dari pria, dia membutuhkan seseorang yang mau memberikan perhatian kepadanya. Sehingga alangkah baik nya, jika seorang suami selalu bersikap lembut dan memberikan perhatian kepada istri."
"Hadits tersebut juga mengindikasikan bahwa, perilaku baik seorang pria terhadap rumah tangganya maka akan bertambah pula kebaikannya." Terang gus Umar, yang memberikan pengetahuan dasar kepada Zaki tentang hidup berumah tangga.
Dan Zaki mengangguk-angguk mengerti, "sungguh indah ya kak, jika hidup kita sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah," ucap Zaki.
"Benar dik, nanti tiap malam jum'at dik Zaki bisa ikut ngaji kita tentang bagaimana hidup berumah tangga yang di ampu oleh abah. Dik Zaki bisa belajar banyak, bagaimana menjalani kehidupan berumah tangga yang baik menurut tuntunan syariat Islam," balas gus Umar.
"Mari kita mulai dulu belajar nya ya dik, enggak perlu formal, kita pakai metode diskusi saja," lanjut gus Umar seraya mulai membuka kitab nya, dan Zaki mengangguk patuh.
Di pertemuan pertama, gus Umar hanya menjelaskan apa itu ilmu nahwu dan dasar-dasar ilmu nahwu.
"Nahwu adalah tata bahasa, atau kalau dalam bahasa Inggris disebut grammar....
Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh, "kita akhiri sampai disini dulu ya dik, InsyaAllah nanti sore kita lanjut dengan menghafal kosa kata bahasa Arab," pungkas gus Umar, dan Zaki mengangguk setuju.
"Gimana dik? Kira-kira bisa dipahami enggak metode pembelajaran ku tadi?" Tanya gus Umar hendak memastikan.
"Bisa kak, sederhana dan InsyaAllah mudah Zaki mengerti dan pahami. Cuma, jangan terlalu cepat juga kak,,, Zaki kan masih penyesuaian dengan istilah-istilah itu," balas Zaki jujur.
Gus Umar mengangguk, "dik Zaki boleh langsung menginterupsi jika ada yang kurang pas penyampaian ku seperti tadi, enggak perlu sungkan. Anggap saja, kita sama-sama belajar," pinta gus Umar dan Zaki tersenyum senang mendengar nya.
"Baik kak," balas Zaki.
Aida nampak keluar dengan membawa baki bundar berisi dua cangkir kopi hitam untuk sang suami juga untuk Zaki, dan satu piring pisang goreng hangat seperti request sang suami tadi.
"Silahkan mas Zaki, kopi nya di minum," ucap Aida dengan ramah, setelah menyimpan secangkir kopi di hadapan Zaki.
Aida kemudian memberikan secangkir kopi untuk sang suami, "monggo kak."
"Duduk lah di sini dik, kita ngopi bareng," pinta gus Umar, sambil menepuk bangku kosong di sebelah nya setelah menerima cangkir kopi dari sang istri.
"Kalau gitu, Aida mau bikin minuman dulu kak," ucap Aida hendak berlalu.
"Enggak perlu dik, biasa nya kan juga secangkir berdua?" Gus Umar tersenyum, "duduk sini," gus Umar kembali menepuk bangku kosong di sebelah nya.
Aida menurut dan kemudian duduk di samping sang suami.
Setelah gus Umar menyeruput kopi nya sedikit demi sedikit, gus Umar kemudian memberikan cangkir kopi nya kepada Aida. Dan Aida tanpa rasa canggung meski ada Zaki di sana, ikut menikmati kopi di cangkir yang sama dengan sang suami.
Sedangkan tangan gus Umar, sudah melingkar dengan nyaman di pinggang sang istri.
Kembali Zaki disuguhi pemandangan yang indah pagi ini, sambil menikmati kopi hitam yang manis nya pas di lidah hingga membuat Zaki senyum-senyum sendiri.
🌸🌸🌸🌸🌸 bersambung 🌸🌸🌸🌸🌸
Aku bawa cerita temanku lagi ya bestie,,, yuk mampir 😊
Karya Author : Selvy\_19
Judul : Tuan Mafia

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
sherly
smoga sukses belajar nahwu dan shorof bang Zaki... si Gus Umar bucin ngk liat wkt kasian si Zaki tu jd mupeng
2023-11-17
1
Rapa Rasha
sabar bang Zaki
2023-02-02
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓢𝔀𝓮𝓮𝓽 𝓷𝔂𝓪 𝓰𝓾𝓼 𝓤𝓶𝓪𝓻😘😘😘😘😘😘
2022-10-27
1