Usai makan siang yang penuh dengan keakraban dan kehangatan, mereka semua kembali ke ruang tamu. Dan kakek Ilyas memulai obrolan serius nya, untuk memasrahkan Zaki kepada kyai Abdullah.
"Jadi gini gus Ab, kedatangan kami kemari seperti yang sudah paman ceritakan pada kang Zar melalui telepon kemarin itu.. kami mau minta tolong pada gus Ab selaku pengasuh pondok pesantren Nurul Ulum ini, untuk menempa nak Zaki agar bisa membaca kitab gundul atau kitab kuning." Kakek Ilyas menatap kyai Abdullah dan kyai sepuh bergantian.
"Itu tujuan utama nya gus, adapun tujuan yang lain.. tentunya, agar nak Zaki bisa lebih mendalami ilmu agama. Bukankah begitu nak Zaki?" Kakek Ilyas menatap Zaki, dan Zaki mengangguk membenarkan.
Kyai Abdullah mengangguk-angguk, "maaf sebelumnya nak Zaki, abah mau tanya sama nak Zaki." Kyai kharismatik itu menatap Zaki dengan tatapan teduh.
"Kalau abah tidak salah dengar, keluarga nak Zaki bukan nya keluarga pengusaha? Lantas, untuk tujuan apa nak Zaki belajar agar bisa membaca kitab kuning? Bukankah itu tidak ada kaitannya dengan bidang yang mungkin saja akan nak Zaki geluti? Pun jika nak Zaki ingin belajar agama sendiri dengan membaca kitab, sekarang ini sudah banyak sekali kitab-kitab kuning yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia?" Cecar kyai Abdullah dengan banyak pertanyaan, hingga membuat Zaki sejenak termenung.
Daddy Rehan menatap Zaki dengan intens, sejujurnya daddy Rehan pun kurang setuju dengan syarat yang dibebankan oleh orang tua Delia kepada Zaki,, sama persis dengan ayah Yusuf, yang juga tidak sepakat dengan syarat tersebut. Tapi sebagai orang tua, mereka hanya bisa memberi ijin dan mendo'akan agar apa yang diinginkan Zaki dapat tercapai.
Zaki menghela nafas panjang, dan kemudian memberanikan diri menatap kyai Abdullah. "Nggih abah, sejujurnya Zaki ingin belajar di pesantren ini agar bisa membaca kitab kuning.. itu karena ada persyaratan yang harus Zaki penuhi untuk mendapatkan restu dari orang tua seorang gadis yang Zaki sukai," balas Zaki dengan jujur.
Kyai Abdullah nampak mengernyitkan kening dengan dalam, "apa gadis itu dari kalangan pesantren? Sehingga orang tua nya men-syaratkan demikian?" Tanya kyai Abdullah.
Zaki mengangguk, "nggih abah, dik Delia adalah putri kyai Hasanuddin dari daerah pantura," balas Zaki dengan menyebutkan nama gadis yang di taksir nya, lengkap dengan menyebut nama orang tua si gadis.
Kyai sepuh, kyai Abdullah dan gus Umar saling pandang. "Delia?" Tanya kyai Abdullah seraya menatap gus Umar.
"Ning Zahwa abah, nama nya Delia Zahwa," balas gus Umar.
"Apa, kak Umar mengenal nya?" Tanya Zaki dengan antusias, seraya menatap gus Umar.
Gus Umar hanya mengangguk, dan tak ingin menjawab pertanyaan Zaki. Tangan nya yang sedari tadi berada di atas pangkuan Aida, kini mulai menggenggam jemari tangan sang istri. Dan gus Umar menatap istri dengan tersenyum hangat.
"Tentu saja kami mengenal nya nak Zaki, karena kakak kandung ning Zahwa, almarhumah ning Zahra adalah istri pertama gus Umar," balas kyai Abdullah yang mewakili sang putra.
Zaki mengangguk angguk, begitupun dengan kakek Ilyas. "MasyaAllah,, memang benar ya kang Zar, bahwa dunia ini sangat sempit. Meskipun rasa nya sudah sangat jauh kaki kita melangkah, tapi nyatanya kita tetap dipertemukan dengan orang-orang yang masih berada dalam satu lingkaran dengan diri kita sendiri." Tutur kakek Ilyas seraya menatap sahabat nya, dan kyai sepuh mengangguk-angguk membenarkan ucapan kakek Ilyas.
Daddy Rehan, mommy Billa dan nenek Lin juga mengangguk-angguk.
"Benar Yas, seperti istri mu yang akhirnya bisa bertemu dengan keluarga nya karena Billa menjalin hubungan dengan nak Rehan," timpal kyai sepuh.
"Beruntung sekali ya ning Zahwa, di perjuangkan oleh seorang pemuda yang baik dan bertanggung jawab seperti nak Zaki," puji nyai Robi'ah, menatap Zaki dengan penuh kebanggaan.
"Terimakasih umi, Zaki tak sebaik itu. Zaki hanya menuruti apa kata hati Zaki," balas Zaki dengan tersenyum malu.
"Abah juga salut padamu nak Zaki, tapi jika boleh abah menyarankan.. sebaiknya, lurus kan niat nak Zaki untuk menuntut ilmu. InsyaAllah dengan bersungguh-sungguh, nak Zaki akan cepat dapat menguasai ilmu membaca kitab kuning. Dan jika memang kalian berjodoh, InsyaAllah akan dimudahkan jalan nya oleh Allah,, Sang Pemilik Kehidupan ini," nasehat kyai Abdullah panjang lebar, yang dibalas Zaki dengan anggukan kepala.
Yang lain pun ikut mengangguk, membenarkan nasehat kyai kharismatik tersebut.
"InsyaAllah abah, Zaki akan memantapkan hati untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Mohon bimbingan dari abah," balas Zaki dengan kesungguhan yang terlihat jelas di mata nya.
"Nak Zaki, apa pada saat nak Zaki berkunjung ke kediaman kyai Hasanuddin,, eyang ning Zahwa juga berada di sana?" Tanya kyai sepuh.
"Iya kek, ada eyang Hasyim juga di sana," balas Zaki.
"Berapa lama waktu yang diberikan oleh mereka, untuk menyelesaikan tugas mu ini nak?" Tebak kyai Zarkasyi, yang mengenal betul keluarga kyai Hasyim tersebut.
"Satu tahun kek," balas Zaki yang mulai nampak ragu, begitu melihat perubahan pada wajah kyai sepuh.
Kakek Ilyas yang bisa menangkap keraguan di wajah sahabat nya pun, kembali angkat bicara. "Gus Ab, apa cukup waktu satu tahun untuk bisa belajar membaca kitab kuning dengan lanyah?" Tanya kakek Ilyas seraya menatap kyai Abdullah dengan penuh harap.
Kyai Abdullah menatap sang putra, dan gus Umar mengangguk pasti. "InsyaAllah bisa, tapi semua tergantung pada kemauan dan kecerdasan yang dimiliki oleh seorang santri." Balas gus Umar dengan yakin.
"Apakah sampean yakin gus?" Tanya kyai sepuh, seraya menatap sang cucu dengan ragu. "Dulu, butuh waktu bertahun-tahun untuk nyantri agar bisa lancar membaca kitab kuning. Dar mulai belajar nahwu dan shorof dari tingkat dasar, kemudian juga menghafal kosakata bahasa Arab," lanjut kyai sepuh, seraya mengenang perjalanan nyantri nya di beberapa pesantren.
"Dulu memang seperti itu kek, jaman Umar nyantri juga masih sama. Tapi saat ini, sudah banyak kyai yang berhasil membuat rumusan cepat bagaimana cara belajar membaca kitab kuning,, dan bahkan ada yang sudah menuliskan nya dalam sebuah buku panduan, sehingga memudahkan bagi para ustadz untuk mengajar," balas gus Umar.
"Tapi ya itu tadi dik Zaki, semua tergantung pada kemauan, usaha yang gigih dan bersungguh-sungguh.. serta jangan lupa, sertai dengan do'a," lanjut gus Umar.
Zaki mengangguk dan tersenyum lega, "InsyaAllah kak, Zaki akan bersungguh-sungguh.. mohon bimbingan kak Umar ya?" Pinta Zaki, dan gus Umar tersenyum seraya mengangguk.
"Baiklah kang Zar, karena hari sudah menjelang sore maka kami mohon undur diri." Pamit kakek Ilyas, setelah dirasa pembicaraan mereka cukup.
"Lho, lho,, tak pikir, kalian mau menginap di sini?" Protes kyai sepuh, yang belum puas melepas kangen dengan sahabat nya itu.
"Ndak kang, aku nginap di rumah. Sudah ditunggu sama Burhan," balas kakek Ilyas.
"Ya, ya,, apakah kalian akan lama menginap di sana?" Tanya kyai sepuh.
"Mungkin sekitar satu minggu, tapi hanya aku dan istri ku. Billa dan suami nya, tak bisa lama-lama," terang kakek Ilyas.
"Hmm, baiklah. InsyaAllah malam jum'at nanti, aku akan ajak Zainal untuk berkunjung ke sana. Kita akan reuni kecil-kecilan," tutur kyai sepuh dengan binar bahagia di wajah nya yang telah dipenuhi keriput.
Yang disambut dengan senyuman kakek Ilyas yang mengembang lebar, "aku tunggu kehadiran kalian kang," balas kakek Ilyas dengan antusias.
"Mom, bagaimana kalau malam ini kita juga reuni?" Pinta daddy Rehan dengan berbisik.
Mommy Billa mengernyitkan kening nya, "maksud daddy? Reuni dengan siapa? Hendra dan Saras?" Tanya mommy Billa lirih.
Daddy Rehan mengerucutkan bibir nya, "kok, mommy masih mengingat nama dia?!" Protes nya cemburu berat.
"Kan setelah kejadian itu, kami tetap melanjutkan persahabatan kami dad. Yah.. meski enggak bisa seakrab dulu sih," balas mommy Billa dengan menghela nafas berat.
"Oke, mommy lupakan orang-orang yang enggak penting itu. Nanti malam kita berdua akan reuni di kamar keramat kita mom, di hotel yang sama di malam pernikahan kita,, di kaki gunung Merbabu," pungkas daddy Rehan yang tidak menerima penolakan, seraya tersenyum penuh kemenangan.
🌸🌸🌸🌸🌸 bersambung 🌸🌸🌸🌸🌸
Mau ngintip reunian ala daddy Rehan enggak?? 😄😄
Yuk, sambil menunggu bang Zaki up lagi,,, aku rekomendasikan karya teman
Judul : Haruskah Ganti Suami
Karya : Eveliniq
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
sherly
ya Allah Rey, ingat umur..
2023-11-17
1
Ita rahmawati
entah ak lupa atau gk y tp kykny yg jd istriny zaki tuh blm prnh disebut dg jelas y,,cuma ning² aj kan....di sini filingku kok ning laila y 😅😅 mode sok tau
2023-06-06
1
Rapa Rasha
modus terus deh Deddy rehan
2023-02-02
1