Kakek Ilyas terkekeh seraya melerai pelukan sahabat nya, "haduh kang Zar, setelah puluhan tahun berlalu.. sampean masih saja meledekku," protes kakek Ilyas.
"Hahaha,, karena kamu memang pandai merayu gadis kecil, hingga Lin takluk pada mu," balas kyai Zarkasyi, masih dengan tawa nya.
Kyai sepuh kemudian menatap daddy Rehan, "apa sampean yang menantu nya Ilyas? Suami nya Billa?" Tanya kyai sepuh, seraya menyalami daddy Rehan.
Daddy Rehan mengangguk, "iya pak, saya Rehan," daddy Rehan memperkenalkan diri nya.
Kyai sepuh mengangguk-angguk, "panggil saja paman, lebih enak terdengar." Balas kyai sepuh, dan daddy Rehan mengangguk menyetujui.
Zaki dengan inisiatif nya kemudian maju dan menyalami kyai sepuh, serta mencium punggung tangan nya dengan takdzim.
"Oh, ini keponakan nya Billa yang dari Singapura itu?" Tanya kyai sepuh, dan Zaki mengangguk.
"Iya kek," balas Zaki dan kemudian kembali duduk di tempat nya, setelah menyalami nyai Siti, istri dari kyai sepuh.
"Kami ini bersahabat sudah sejak lama nak Rehan, bahkan Ilyas sudah seperti adik bagi paman." Kyai sepuh mulai membuka cerita lama.
"Paman sama ayah mertua kamu itu, dulu satu pondok dan satu kamar pula. Kami juga satu fakultas, hanya beda jurusan. Tapi paman wisuda duluan, sedangkan ayah mertua mu malah sibuk pacaran.. hingga dia telat wisuda dan telat juga nikah nya. Hahaha,,," terang kyai sepuh seraya terkekeh kembali.
"Ck,, bukan pacaran kang, aku sengaja mengambil cuti karena dik Lin saat itu butuh teman untuk pemilihan kondisi psikis nya kan?" Bela kakek Ilyas.
"Iya, ya, ya,, kami tahu itu Yas. Bibi sudah menceritakan pada kami, saat kami berkunjung ke rumah karena ingin tahu kabar mu. Tapi kita tak bisa bertemu karena saat itu, kamu sedang jalan-jalan ke kota bersama Lin," balas kyai sepuh, seraya mengangguk-angguk.
"Kisah ibu mu pernah kami ceritakan pada kalian bang Rehan, mbak Billa,," kakek Ilyas menatap daddy Rehan dan mommy Billa bergantian, "yaitu saat ibu mu baru pertama kali bertemu dengan abang nya, pak Sultan, yang telah terpisah sekian lama," lanjut kakek Ilyas, seraya melirik sang istri, dan nenek Lin mengangguk.
Daddy Rehan dan mommy Billa pun mengangguk, mengingat cerita yang mengharu-biru itu.
Sejenak hening menyapa ruang tamu kediaman kyai Abdullah.
"Paman, bibi, monggo kulo aturi dhahar rumiyen," ajak nyai Robi'ah kepada kakek Ilyas dan nenek Lin dengan bahasa Jawa.
"Iya paman, monggo. Wah, keasyikan ngobrol sampai lupa.. padahal sudah hampir lewat waktu nya makan siang," timpal kyai Abdullah seraya beranjak.
"Lho, lha sampean ki piye tho gus. Ono tamu istimiwir kok di jarke nganti kaliren," protes kyai sepuh seraya tergelak, yang disambut tawa oleh kakek Ilyas dan yang lain nya kecuali daddy Rehan dan Zaki yang tidak mengerti apa yang dikatakan oleh kyai sepuh barusan.
Daddy Rehan menatap sang istri, dan mommy Billa kemudian membisiki apa yang dikatakan kyai sepuh dengan bahasa yang dimengerti daddy Rehan.
Dan kyai sepuh yang mengetahui hal tersebut semakin menjadi, "wah iyo, aku lali nek mantu mu kuwi turunan bule Yas. Malah aku ngomong coro Jowo, yo gak mudeng blas ra? Hahaha,,," kyai sepuh yang memang di kenal suka bercanda itu, memang sengaja bicara dengan bahasa Jawa hingga membuat daddy Rehan mengernyit dalam.
Sedangkan kakek Ilyas geleng-geleng kepala, menyaksikan keisengan sahabat nya itu.
"Sudah, sudah,, becanda terus jenengan ki kang, ayo ndang di ajak kedalam tamu nya," nyai Siti menyudahi candaan suami nya.
"Ayo nak Rehan, kita kemon.. lunch too late." ajak kyai sepuh dengan bahasa nya yang terdengar aneh di telinga daddy Rehan.
"Ngomong Inggris ku bener opo ora gus?" Tanya kyai sepuh pada gus Umar, yang hanya di jawab oleh gus Umar dengan senyuman dan gelengan kepala.
"Bapak niku lho, kok aneh-aneh mawon ngendikane. Lha wong mboten saget ngendikan coro Inggris kok yo mekso?" Protes kyai Abdullah seraya terkekeh pelan.
"Bener kuwi gus, bapake sampean nek ngomong boso Arab lha endak," timpal kakek Ilyas, yang teringat dulu skripsi kyai sepuh disusun dengan menggunakan bahasa Arab.
"Nak Zaki, nanti nak Zaki harus banyak belajar pada kakek Zarkasyi. Juga pada gus Umar, yang bahasa Arab nya jago," pesan kakek Ilyas pada Zaki, dan Zaki mengangguk patuh.
Mereka semua kemudian berjalan masuk ke ruang keluarga, dimana menu makan siang istimewa sudah disiapkan oleh para santri putri.
Kyai Abdullah mempersilahkan tamu nya untuk duduk terlebih dahulu, dan mereka duduk lesehan di atas permadani empuk secara melingkar. Di tengah-tengah nya, aneka masakan Jawa tersaji dengan rapi.
Seperti biasa, dimana pun berada, daddy Rehan selalu duduk dengan menempel pada sang istri. Dan kyai Abdullah yang dikenal oleh kedua putra dan putri nya sebagai pasangan yang romantis pun, tak mau ketinggalan menunjukkan sisi romantis nya dengan duduk berdempetan dengan nyai Robi'ah.
Dan pasangan muda yang telah satu tahun menikah, tapi terlihat selalu romantis meski malu-malu layak nya orang yang pacaran itupun duduk saling menempel. Dan tangan kiri gus Umar, terlihat selalu berada di atas pangkuan sang istri.
Setelah semuanya duduk, "oh iya, itu pak sopir nya tolong diajak makan sekalian kesini gus," titah kyai Abdullah pada gus Umar.
"Biar Zaki saja abah," Zaki segera beranjak.
"Bang, sama oleh-oleh nya tadi yang di sebelah kanan bagasi bawa ke dalam sekalian," titah mommy Billa.
"Ya mom," balas Zaki, dan segera berlalu untuk memanggil pak sopir.
"Ayo, kita mulai saja dulu. Biar nanti nak Zaki menyusul sama sopir nya," kyai sepuh mempersilahkan pada semua nya.
Para istri mulai mengambilkan makanan untuk suami masing-masing, dan baru setelah nya mengambil makanan untuk diri sendiri.
Tapi berbeda dengan gus Umar, setelah sang istri mengambil kan makanan untuk diri nya.. bergantian, gus Umar yang kemudian mengambilkan makanan untuk sang istri tercinta.
"Cukup kak," bisik Aida.
"Mau sayur apa?" Tanya gus Umar penuh perhatian.
"Apa aja kak, asal kak Umar yang mengambilkan pasti rasa nya enak," balas Aida dengan berbisik, namun daddy Rehan yang duduk tak jauh dari mereka berdua masih dapat mendengar nya.
Daddy Rehan tersenyum, "manis sekali pemuda ini memperlakukan istri nya," gumam daddy Rehan dalam hati, seraya terus memperhatikan gus Umar dan Aida.
Sedangkan yang lain, sudah mulai menyantap makanan nya.
Kyai sepuh beserta sang istri, dan kakek Ilyas serta nenek Lin, asyik sendiri dengan dunia nya dan bernostalgia bersama.
"Mereka berdua memang selalu seperti itu mas Rehan, bikin saya yang sudah tua ini jadi iri dan ingin kembali muda agar bisa seperti mereka," tutur kyai Abdullah, yang sedari tadi memperhatikan gus Umar.
Daddy Rehan terkekeh pelan, "benar kang Ab, mereka adalah pasangan yang sangat romantis," balas daddy Rehan, sedangkan gus Umar dan Aida tersenyum malu.
"Tidak juga dad, kami hanya ingin menunjukkan perhatian kecil pada pasangan di setiap saat, setiap waktu. Dan mencoba membuat pasangan merasa diperhatikan, dihargai dan disayangi," kilah gus Umar, yang merasa dirinya bukanlah laki-laki yang romantis.
"Kami hanya ingin mencontoh apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dan sayyidah Aisyah, bagaimana cara beliau berdua memperlakukan pasangan nya," lanjut gus Umar, dan kyai Abdullah mengangguk-angguk.
Sedangkan daddy Rehan semakin kagum, pada kepribadian gus Umar.
🌸🌸🌸🌸🌸 bersambung 🌸🌸🌸🌸🌸
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
sherly
Sdh setahun aja Gus dan aida, blm hamil punya anak kah?
2023-11-17
1
Rapa Rasha
tetep lanjut kak
2023-02-02
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓼𝓪𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓼𝓾𝓪𝓶𝓲 𝔂𝓰 𝓴𝓪𝔂𝓪𝓴 𝓭𝓲 𝓷𝓸𝓿𝓮𝓵 𝓲𝓽𝓾 𝓼𝓪𝓷𝓰𝓪𝓽 𝓳𝓪𝓻𝓪𝓷𝓰 𝓭𝓲 𝓭𝓾𝓷𝓲𝓪 𝓷𝔂𝓪𝓽𝓪🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2022-10-27
1