Sepanjang perjalanan darat dari hunian keluarga Antonio menuju bandara internasional Soekarno-Hatta, maupun sepanjang perjalanan udara menuju ke Semarang,,, tak henti Zaki melantunkan do'a dalam hati, agar apa yang di citakan dapat terwujud sesuai harapan.
Tepat pukul sepuluh waktu setempat, Zaki bersama kakek Ilyas dan nenek Lin, beserta daddy Rehan dan mommy Billa telah tiba di bandara Ahmad Yani semarang. kedatangan mereka berlima telah ditunggu oleh sopir dari perusahaan cabang, atas perintah dari asisten Alex kepada pak Hasan selaku GM di perusahaan cabang Semarang.
"Selamat datang di kota Semarang tuan Rehan Alamsyah," sapa sopir tersebut, yang mengenali wajah big bos nya dengan mengangguk hormat.
Rehan hanya membalas nya dengan anggukan kepala dan tersenyum tipis.
Sopir itu juga mengangguk hormat kepada mommy Billa, kakek Ilyas serta nenek Lin. Dan pak Sopir kemudian mengambil alih koper dari tangan Zaki, dan segera memasukkan nya kedalam bagasi.
Sopir segera membukakan pintu mobil untuk atasan nya itu, dan setelah kedua mertua serta sang istri masuk kedalam mobil daddy Rehan pun segera masuk dan duduk di samping mommy Billa. Sedangkan Zaki, duduk di depan di samping pak sopir.
"Pak, kita ke pusat oleh-oleh dulu ya?" Pinta mommy Billa.
"Siap nyonya," balas sopir tersebut dengan sopan.
Dan pak sopir yang usia nya sebaya dengan daddy Rehan itu segera melajukan kendaraan membelah jalanan ibukota provinsi Jawa Tengah, untuk menuju kota kecil di timur kota Semarang sesuai titah atasan nya.
Setelah berjalan kurang lebih dua puluh menit, pak sopir menghentikan laju mobil nya di sebuah gerai pusat jajan dan oleh-oleh khas kota Semarang.
Mommy Billa segera turun, yang diikuti oleh daddy Rehan. Dan sepasang suami istri yang menjadi pusat perhatian semua pengunjung di tempat tersebut, membeli banyak sekali oleh-oleh untuk Zaki dan teman-temannya nanti, juga untuk keluarga pak kyai yang merupakan sahabat dari kakek Ilyas yang akan dikunjungi itu.
Mommy Billa juga membelikan oleh-oleh untuk sopir perusahaan, yang saat ini mengantarkan mereka menuju pondok pesantren.
Sopir yang melihat dari dalam mobil bahwa barang belanjaan big bos nya sangat banyak, langsung mengambil inisiatif untuk turun hendak membantu membawakan barang belanjaan tersebut.
"Maaf nyonya, biar saya yang membawakan ke mobil," ucap sopir tersebut dengan mengangguk sopan, kala diri nya sudah berada di belakang mommy Billa yang sedang membayar barang belanjaan di kasir bersama daddy Rehan.
"Oh, iya pak. Silahkan,," balas mommy Billa seraya tersenyum ramah.
Dan pak sopir segera membawa semua barang belanjaan tuan nya, dan memasukkan kedalam bagasi mobil.
Setelah semua kembali kedalam mobil, pak sopir segera melajukan kendaraan menuju pesantren yang lokasinya masih cukup jauh.
"Kira-kira, berapa lama lagi pak untuk sampai ke pesantren?" Tanya daddy Rehan.
"Sekitar satu jam tuan," balas pak sopir.
Antara daddy Rehan dan pak sopir kemudian terlibat obrolan yang lebih akrab. Daddy Rehan menanyakan banyak hal mengenai kebijakan di perusahaan terhadap karyawan, juga tentang kesejahteraan mereka.
Dan dari jawaban sopir perusahaan yang jujur tersebut, daddy Rehan dapat menilai bahwa pak Hasan masih sama seperti yang dulu daddy Rehan kenal. Sosok pemimpin yang baik dan memperhatikan kesejahteraan seluruh anak buah nya.
"Pak Hasan itu hampir kenal dengan semua bawahan nya tuan," puji pak sopir itu dengan tersenyum lebar.
Daddy Rehan mengangguk-angguk, "ya, kalau hal itu saya sudah tahu pak." Balas daddy Rehan, "Oh ya pak, nanti sepulang nya dari pesantren kita mampir dulu ke rumah sakit untuk menjenguk istri pak Hasan," lanjut daddy Rehan.
"Siap tuan," balas sopir tersebut.
Ya, pak Hasan tidak dapat ikut menyambut kedatangan bos besar nya itu karena sang istri tengah di rawat di rumah sakit. Dan pak Hasan telah menyampaikan hal tersebut kepada asisten Alex sebelum nya.
Karena asyik mengobrol banyak hal, tanpa terasa mobil yang membawa mereka telah berbelok menuju halaman pesantren yang sangat luas. Dan kehadiran mereka, disambut dengan kumandang adzan dzuhur dari Masjid yang berada di dalam komplek pesantren.
"Pak, kita parkir di depan masjid saja." Pinta kakek Ilyas, dan pak sopir mengangguk patuh.
Setelah mobil terparkir dengan sempurna, mereka semua segera turun.
"Kita ikut sholat berjamaah dahulu, baru sowan ke ndalem kyai," titah kakek Ilyas, yang disetujui oleh semua.
Mereka berjalan menuju masjid, berwudhu dan kemudian ikut masuk kedalam shof yang langsung penuh karena semua santri langsung berduyun-duyun begitu mendengar kumandang adzan.
Setelah memberi kesempatan kepada para santri untuk menjalankan sholat qobliyah dhuhur, salah seorang santri kemudian melantunkan iqomah sebagai penanda bahwa ibadah shalat jamaah fardhu akan dilaksanakan.
Nampak pak kyai yang berwajah kharismatik, yang sedari tadi sudah berada di dalam masjid dan bersama-sama dengan para santri nya menjalankan sholat sunnah qobliyah, langsung menghampiri kakek Ilyas.
"Assalamu'alaikum paman Ilyas," sapa nya, dan kemudian menyalami kakek Ilyas dengan takdzim.
"Wa'alaikumsalam gus," balas kakek Ilyas dengan tersenyum hangat, dan menepuk-nepuk pundak kyai berusia sekitar setengah abad tersebut.
"Monggo, paman Ilyas yang mengimami sholat," pinta nya, seraya mengajak kakek Ilyas untuk maju ke depan. Kyai tersebut juga sempat tersenyum kepada daddy Rehan dan juga Zaki, yang dibalas kedua nya dengan senyuman dan anggukan kepala.
Mau tak mau, kakek Ilyas pun mengikuti kemauan sang kyai dan kemudian mengimami sholat dhuhur dengan khusyuk.
Setelah mengucap salam, berdzikir dan kemudian memimpin do'a, kakek Ilyas segera menghampiri kyai pengasuh pondok pesantren yang terlihat masih khusyuk membaca wirid.
Mengetahui bahwa tamu nya menghampiri, pak kyai lantas mengakhiri ritual wiridan dan menyambut kakek Ilyas dengan tersenyum hangat.
"Paman kenapa tidak masuk dulu tadi? Malah langsung ke masjid?" Protes nya, "oh ya paman, tadi bapak telepon kalau baru bisa kemari sekitar jam satu," lanjut nya.
Kakek Ilyas mengangguk-angguk, "iya, tadi kang Zar juga sudah memberitahu paman," balas kakek Ilyas.
"Ayo paman, kita ke rumah saja dan ngobrol di sana." Ajak nya, "paman sama siapa saja?" lanjut nya bertanya.
"Sama bibi, Billa dan suami nya," kakek Ilyas menunjuk daddy Rehan yang duduk di shof tepat di belakang kyai tersebut, dan kyai itu langsung menyalami daddy Rehan.
"Oh, suami nya dik Nabila yang dari Jakarta itu ya mas?" Tanya pak kyai dengan tatapan hangat, dan daddy Rehan mengangguk seraya tersenyum.
"Saya terakhir ketemu dik Billa, saat masih SMP dan dik Billa masih SD.. benar kan paman?" Kyai tersebut menatap kakek Ilyas.
Kakek Ilyas mengangguk, "iya benar, saat ada reuni alumni angkatan. Setelah itu, tiap kali ada reuni lima tahunan Billa tidak pernah lagi mau ikut karena malu kata nya. Kamu juga tidak pernah ikut lagi kan gus, karena belajar di pesantren Jawa Timur?" Balas kakek Ilyas seraya tersenyum lebar, mengenang masa-masa itu.
"Ayo-ayo, kita ngobrol di dalam saja," kembali pak kyai mengajak tamu nya, dan mereka semua kemudian beranjak keluar dari Masjid.
"Anak muda ini kah yang mau nyantri di sini?" Tanya pak kyai, sambil menepuk pundak Zaki yang sudah menunggu diluar.
"Iya pak kyai," balas Zaki dengan mengangguk sopan.
"Panggil abah saja," balas kyai tersebut, dan Zaki kembali mengangguk.
"Ini putra nya dik Billa kah, paman?"
Kakek Ilyas menggeleng, "bukan, keponakan nya Billa. Zaki putra dari kakak ipar Billa," balas kakek Ilyas.
"Assalamu'alaikum gus Ab," ucap salam nenek Lin, yang baru keluar dari Masjid yang diiringi mommy Billa.
"Wa'alaikumsalam bibi Lin, Alhamdulillah ya bi kita masih dipertemukan kembali setelah sekian lama," balas pak kyai.
"Iya, Alhamdulillah gus." Nenek Lin tersenyum lebar, "bibi juga pasti pangling kalau kang Zar tidak mengirimkan foto keluarga sampean gus," lanjut nenek Lin.
"Benar bi, ketemu-ketemu saya juga sudah tua ya bi," balas pak kyai, seraya terkekeh pelan. Nenek Lin dan kakek Ilyas pun ikut terkekeh.
"Itu dik Billa kah?" Tanya kyai yang bernama gus Ab tersebut sesaat kemudian, seraya menunjuk Billa.
Mommy Billa mengangguk dan tersenyum ramah, dan menangkup kedua tangan di depan dada.
Daddy Rehan langsung mendekati mommy Billa, dan menggandeng tangan istri nya itu dengan mesra. Sikap posesif nya langsung muncul, karena sedari tadi daddy Rehan merasa tidak nyaman mendengar laki-laki lain memanggil sang istri dengan sebutan dik.
Disaat yang sama, nampak sebuah mobil memasuki halaman kediaman kyai tersebut.
"Kebetulan paman, putra ku sudah pulang dari kampus. Ayo paman, bibi. Mari mas, kita ke rumah," pak kyai segera menuntun tamu nya untuk menuju kediaman nya.
🌸🌸🌸🌸🌸 bersambung 🌸🌸🌸🌸🌸
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
sherly
mondoknya di pesantren Gus Umar donk
2023-11-17
1
Ita rahmawati
wah bakal ketemu umar sm aida nih 🥰🥰🥰
2023-06-06
1
Rapa Rasha
lanjutkan kak seru
2023-02-02
1