Keesokan harinya, Zaki yang akan berangkat ke Jakarta hanya ditemani oleh Fira, berpamitan pada ayah dan bunda serta opa Sultan dan oma Sekar.
Tadinya sang ibunda hendak ikut menemani ke Jakarta, karena ayah Yusuf juga tidak bisa mengantarkan putra sulungnya tersebut sebab hari ini ada tamu dari Arab Saudi yang akan berkunjung ke perusahaan.
Namun si bungsu, Annas, mendadak demam sehingga bunda Fatima tidak tega jika meninggalkan putranya di rumah hanya dengan opa Sultan dan oma Sekar.
"Bang, hati-hati ya Abang di sana. Jaga diri Abang baik-baik," lirih bunda Fatima, seraya memeluk putra sulungnya. Sungguh, bunda yang masih terlihat sangat cantik dan awet muda di usia yang menjelang setengah abad itu sejujurnya sangat berat melepas kepergian sang putra.
Putra pertama yang selama ini tak pernah jauh dari sisinya dan hidup berkecukupan bahkan bergelimang harta. Tetapi demi menggapai asa, sang putra sejenak harus menepi dari dunia hingar bingar yang penuh dengan kesenangan fatamorgana ini.
Meski orang tuanya mampu menggaji seorang ustadz untuk mengajari Zaki mengaji di rumah, namun putra sulung keluarga Yusuf itu menolak dan dia memilih jalan hidupnya sendiri.
Pemuda berbadan atletis itu menyanggupi tantangan dari ayahnya Delia Zahwa, dengan menuntut ilmu di pesantren yang penuh dengan kesederhanaan. Makan dan tidur dengan seadanya, dan berpakaian pun juga dengan cara yang sederhana.
"Iya Bunda, Zaki insyaAllah bisa jaga diri dengan baik. Bunda jangan sedih gini dong, Zaki kan udah dewasa Bun?" Protes Zaki, seraya melerai pelukan sang bunda.
Pemuda yang wajahnya mirip sang ayah itu, kemudian mengusap air mata ibunda tercinta dengan ibu jarinya, "tapi meskipun Bunda nangis, Bunda tetap yang paling cantik," puji Zaki dan kembali memeluk sang ibunda, yang membuat bunda Fatima berhenti menangis dan kemudian tersenyum.
"Wanita cantik itu istri ku Bang, jangan merayunya," tegur ayah Yusuf yang berdiri tepat di belakang Zaki, hingga membuat semua yang berada di sana tertawa.
"Dih, Ayah. Sama anak sendiri saja, cemburu?" Protes Fira, sambil memeluk sang ayah. "Ayah sama Fira saja Yah," lanjut Fira, seraya tersenyum.
"Enggak, enggak. Ayah enggak mau di tonjok sama Dion," canda ayah Yusuf, tapi tetap dengan membalas pelukan sang putri dan mencium puncak kepala Fira dengan penuh kasih. Mereka semua pun kembali tertawa, termasuk opa Sultan dan oma Sekar yang berbahagia melihat keharmonisan rumah tangga putri sulungnya.
"Udah Bang, lepasin istri Ayah," pinta ayah Yusuf, "ayo, Ayah akan antar kalian sampai ke bandara," lanjut ayah tiga anak itu.
Setelah melepaskan pelukan dengan sang ibunda, Zaki kemudian berpamitan pada opa Sultan dan oma Sekar.
Oma Sekar hanya memeluk cucu pertamanya dengan erat tanpa mampu berkata-kata, hanya air mata yang mewakili perasaan wanita yang sudah berusia senja tersebut.
Sedangkan opa Sultan terlihat lebih tegar, "Opa akan kehilangan lawan bermain catur," tutur opa berwajah bule itu seraya memeluk sang cucu.
"Bukan kehilangan Opa, Zaki pergi hanya sepuluh purnama kok. Zaki janji, begitu pulang nanti.. Zaki akan membawakan Opa cucu menantu yang sangat cantik. Orang Jawa asli Opa, yang kecantikannya sama seperti Oma," balas Zaki yang kembali berkata manis dan kali ini ditujukan kepada oma Sekar, seraya tersenyum melirik sang oma yang juga tengah tersenyum kepada dirinya.
"Aamiin,,," dan semua mengaminkan do'a Zaki tersebut kecuali ayah Yusuf yang nampak sedang berfikir.
"Sebaiknya luruskan niat Bang Zaki, niatkan saja untuk menuntut ilmu. Jika keinginan Abang terkabul, anggap itu sebagai hadiah dari Allah karena Bang Zaki telah belajar dengan sungguh-sungguh. Dan jikalau apa yang Bang Zaki inginkan belum dapat terwujud, insyaAllah Abang tidak akan larut dalam kekecewaan dan kesedihan," nasehat ayah Yusuf pada sang putra, seraya menepuk punggung kokoh Zaki.
Semua yang berada di ruang keluarga itu mengangguk setuju, dengan apa yang di nasehat kan oleh ayah Yusuf tersebut, termasuk Zaki sendiri.
"Ya Ayah, terimakasih atas nasehat Ayah. InsyaAllah Zaki niatkan untuk menuntut ilmu, dan nanti di sana ponsel juga akan Zaki non aktifkan. Mungkin hanya di hari tertentu, Zaki baru akan mengaktifkan ponsel agar bisa fokus dalam belajar," balas Zaki, yang kembali membuat bunda Fatima bersedih.
"Kalau bunda kangen, enggak bisa telepon Abang sewaktu-waktu dong?" Protes bunda Fatima, dengan air mata yang kembali menetes.
"Bunda bisa peluk Ayah, kalau kangen sama Abang. Kami berdua kan mirip?" Tutur ayah Yusuf seraya tersenyum, dan langsung memeluk pundak sang istri.
"Kalau itu sih, modusnya Ayah," cibir Fira, yang dibenarkan oleh Zaki.
"Ayah kita kan, juaranya Dik kalau modus me-modus," timpal Zaki, dan semuanya kembali tertawa.
"Abang, kalau Anas udah sehat, boleh berkunjung ke pesantren Abang kan?" Tanya Anas, yang tiba-tiba keluar dari kamar dan menghentikan tawa mereka semua.
"Boleh dong, nanti sama Ayah sama Bunda. Kita sama-sama menyambangi Abang," balas bunda Fatima, dengan tersenyum hangat.
"Opa dan Oma juga ikut ya? Oma kan juga pengin lihat seperti apa pesantren tempat Abang belajar agama?" Pinta oma Sekar.
"Iya Oma, kita ramai-ramai ke sananya. Pasti bakalan seru," balas Anas dengan antusias.
"Makanya, Adik cepat sehat ya." Zaki memeluk adik bungsunya dengan penuh kasih, dan Anas mengangguk dalam pelukan abang sulungnya tersebut.
"Sudah belum acara pamitannya? Ayo berangkat," kembali ayah Yusuf mengajak putra dan putrinya, untuk segera berangkat ke bandara.
Dert,, dert,,
Getaran ponsel bunda Fatima yang menggelepar di atas meja, membuat perhatian bunda dengan tiga anak itu beralih pada benda pipih tersebut dan segera mengambil ponselnya.
Bunda Fatima mengernyitkan dahi, "bentar Yah, si Rey video call," ucap bunda Fatima, seraya menerima panggilan video dari adik laki-lakinya itu.
"Assalamu'alaikum Kak," ucap salam daddy Rehan, dengan senyumnya yang khas.
"Wa'alaikumsalam Rey," balas bunda Fatima dan semua yang berada di sana dengan kompak.
"Lho, kok Kak Fa belum siap-siap? Katanya, Zaki mau ke Jakarta sekarang?" Tanya daddy Rehan, yang nampak bingung melihat sang kakak masih mengenakan baju rumahan.
"Zaki berangkat cuma berdua sama Fira Rey, Kakak enggak jadi ikut karena Annas demam," balas bunda Fatima.
"Loh, Mama sama Papa juga enggak ikut?" Tanya daddy Rehan kembali.
Bunda Fatima menggeleng, dan kemudian mengarahkan kamera ponsel pada sang mama.
Oma Sekar tersenyum hangat menatap sang putra melalui layar ponsel, "Mama enggak ikut, lain kali saja kalau Annas sudah sehat kami ke Jakarta sekalian ke pesantren Zaki," tutur oma Sekar dengan lembut.
"Yah Mama, Rey kan kangen sama Mama?" Rajuk daddy Rehan seperti anak kecil.
"Ya ampun Rey, udah mau punya cucu juga masih kolokan saja kamu," cibir bunda Fatima, "lagian beberapa hari yang lalu, saat Zaki di wisuda kan udah ketemu?" Lanjut bunda Fatima.
"Yah Kak, namanya juga kangen. Mana ada orang kangen perhitungan soal waktu?" Balas Daddy Rehan, dengan mimik yang masih merajuk.
Opa Sultan memberi kode pada bunda Fatima agar layar ponselnya diarahkan pada beliau, dan putri sulung keluarga Alamsyah itu pun menurut.
"Hai, Rey... kenapa yang kamu kangenin itu yang cantik-cantik saja? Memangnya, kamu tidak kangen sama yang ganteng maksimal seperti Papa?" Protes opa Sultan, dengan mimik yang serius.
"Ya kangen lah Pa, tapi dikit. Sedikit saja ya Pa," balas daddy Rehan dengan menekankan pada kata sedikit, dan kemudian terkekeh.
"Hahaha,,," opa Sultan pun terkekeh pelan, "pilih kasih kamu Rey," balas opa Sultan masih dengan tawanya, dan oma Sekar pun ikut terkekeh.
Sedangkan yang lain tersenyum.
"Eh, Rey. Tolong besok kamu ikut antar Zaki ke pesantren ya? Karena Kakak dan Bang Yusuf enggak bisa mengantar," pinta bunda Fatima, setelah tawa mereka mereda.
"Iya Rey, Zaki kan anak Kamu juga," timpal ayah Yusuf.
"Mana bisa begitu Bang! Abang dan Kakak yang berbuat dan mengecap nikmat, masak aku yang harus bertanggung jawab?" Balas daddy Rehan dengan tergelak, yang langsung mendapatkan protes keras dari bunda Fatima dan ayah Yusuf.
"Rey! Ada bocil di sini!
🌸🌸🌸🌸🌸 bersambung 🌸🌸🌸🌸🌸
Hai bestie, pagi ini aku bawa karya dari temen.
Author : Enis Sudrajat.
Judul : CINTA DI ATAS PERJANJIAN
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Rapa Rasha
duh Dedy Rey ya udah punya cucu tpi masih manja aja sama Oma sekar
2023-02-02
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓭𝓪𝓭𝓭𝔂 𝓡𝓮𝓱𝓪𝓷 𝓓𝓻 𝓭𝓾𝓵𝓾 𝓮𝓷𝓰𝓰𝓪𝓴 𝓹𝓮𝓻𝓷𝓪𝓱 𝓫𝓮𝓻𝓾𝓫𝓪𝓱👍👍👍👍👍👍
2022-10-27
1
penghuni terakhir
Daddy Rey emang ember bocor....???
duh anak bungsu bang Yusuf ga terkontaminasi kan itu otaknya belum keracunan kan Anas anak gantengnya bunda fat...?
bang Zaki kuat kuat ya bang d ponpes nya hilangkan dulu sifat sultannya demi Ning Zahwa... bener kata ayah yusuf luruskan niat menuntut ilmu mndapatkn Zahwa hanya bonus
2022-09-03
1