Cinta Tulus Seorang Mafia
Namaku Jeffry Dimitri aku seorang mafia dari sindikat La Costra Nostra, jika kau pernah membaca ataupun mengetahui tentang kami, yang terkenal kejam dan dingin. Orang-orang memanggilku dengan sebutan Jeff si tangan besi.
Aku dibesarkan di sebuah panti asuhan di salah satu kota di Texas yang keras, aku tidak mengetahui siapa kedua orang tuaku. Sedari kecil aku selalu saja menggunakan kekerasan untuk bertahan hidup menyelamatkan diri dan mempertahankan secuil makanan.
Namun, kini aku terkapar dengan darah di sekujur tubuh. Aku tak menyesalinya jika nyawa melayang, aku hanya ingin kebahagiaan untuk istri dan anakku. Sayangnya kebahagiaanku tak sebanding dengan semuanya. Semua ini karena cinta … cinta dan pengkhianatan.
Andaikan aku bisa mengulang waktu ….
***
Tiga tahun lalu ….
Dor! Dor! Dor!
Desingan peluru membahana di jalanan Denver memberondong sebuah mobil limosin mewah yang sedang melintas.
Decitan dari ban mobil menabrak pembatas jalanan.
"Siapa yang berani melakukan ini padaku?" teriak Jeff Dimitri, ia merasa selama ini semua musuh tunduk kepadanya.
Hampir 30 tahun seorang Jeff Dimitri malang melintang di dunia bawah tanah yang keras, ia akui dua bukanlah seorang pria yang baik, ia penjahat yang dicari seantero jagad raya.
Jeff salah satu pemuka dari sindikat mafia La Costra Nostra yang ditakuti di benua Amerika karena sepak terjang mereka yang mengerikan.
Perebutan kekuasaan di kubu La Costra Nostra mulai goyah karena tiga tokoh terkemuka mulai ingin menggeser kebijaksanaan dengan menjual anak-anak dan wanita, sebagian menolak karena tidak sesuai dengan tujuan utama berdirinya sindikat bawah tanah tersebut.
Jeff Dimitri pria yang terlihat tampan dengan brewok dan rambut gondrong, jas, dan setelan mewah langsung menarik senjata dan menembak musuhnya.
Jeff salah satu tokoh yang menolak hal tersebut, tetapi kedamaian yang mulai tercipta kembali goyah dengan persaingan di dalam kubu tersebut, tanpa diketahui siapa musuh yang sesungguhnya.
"Mungkin kelompok mafia Bowen Utara (Daerah kumuh Denver pendirinya Bowen berkulit gelap)? Bukankah kita baru saja bentrok dengan mereka!" ucap Greg salah satu anak buah Jeff yang setia.
"Tuan, sebaiknya Anda kabur! Biar kami yang menghadap-"
"Greg!" pekik Jeff.
Ia tak menyangka jika Grek tak lagi bisa meneruskan kalimatnya sebutir peluru sudah menembus kepala dan darah mengotori dashboard.
Begitu juga dengan supir dan seorang lagi, di sisi kanannya, "Aaa!" Jeff pun tertembak bagian bahu dan ia tak tahu di bagian tubuhnya yang mana lagi.
Ia langsung menendang pintu mobil merangkak menjauhi berondongan senjata, ia semakin jauh merangkak membelah temaram lampu di salah satu jalan di Kota Denver yang keras pada malam hari pukul 02.00 am.
Jeff bersembunyi di balik salah satu gedung, duar! Ia melihat ledakan dari limosin miliknya menjadi serpihan.
"Bajingan! Siapa yang telah melakukan hal ini?" umpatnya, kepalanya berdenyut yak karuan.
"Mungkin sudah saatnya Tuhan memanggilku!" batin Jeff, untuk pertama kalinya ia mengingat Tuhan.
Namun, Jeff tidak ingin menyerah kepada malaikat mautnya, ia terus berlari menembus malam pekat dengan darah sudah mengotori semua tubuh.
Darah sudah membasahi kemeja putih dan jas hitam yang mahal. Jeff berlari secepat ia bisa karena semua musuh sudah mulai bergerak ingin menyapu tempat itu.
"Aku harus selamat!" batin Jeff berlari.
Jeff berusaha untuk selamat, ia telah mengalami banyak luka dan sakit dari ia terlahir dari rahim seorang wanita yang dia sendiri pun tak tahu bagaimana rupanya apalagi sang ayah.
Bruk!
Jeff jatuh terkapar di sebuah rumah kumuh di sudut Denver yang ditumbuhi semak bunga dan pohon apel.
***
"Loly! Antarkan sandwich dan segelas minuman putih beralkohol ini pada meja nomor 4!" ucap Claudia sebagai koki dari jendela kecil ukuran 1 x 0,5 meter.
Loly wanita manis bertubuh mungil berambut dan bermata hitam indah segera secepatnya melakukan semua pekerjaannya.
"Loly, pulanglah sudah waktunya kamu pulang!" ucap Claudya.
"Terima kasih, Clau!" balas Loly bahagia.
Seharian ini ia sudah teramat penat dan lelah karena Sherly dan Janet tidak masuk kerja karena anaknya sedang flu.
Lyodra atau Loly berjalan dengan santai menuju rumahnya yang hanya berjarak satu blok saja dari kafe Tea Lunch tempatnya bekerja.
"Aw!" pekik Loly, ia hampir saja jatuh kala ia tersandung sesuatu di depan pintu rumahnya yang gelap, karena ia lupa membayar tagihan listrik dan PAM.
"Apa ini?" batinnya khawatir, ia langsung menyalakan senter di ponsel, "Oh, Tuhanku! Siapa ini?" batin Loly cemas.
Ia memperhatikan dan membalikkan tubuh pria tersebut, "Dia terluka?" desis Loly menatap sekelilingnya.
"Bagaimana ini? Jika aku membawanya ke rumah sakit, aku tidak punya biaya! Aduh, buat susah saja!" umpat Loly kesal, ingin rasanya ia menyeret dan membuang pria itu ke tong sampah.
Namun, nalurinya berpikir untuk menolong pria tersebut. Lama Loly terpaku harus apa dan bagaimana, ia hanya menarik napas dan menggeret tubuh besar tersebut ke dalam rumah.
"Apa yang harus aku lakukan?" batinnya bertanya, "Jodie!" teriaknya, ia segera menelepon Jodie Crown lewat ponsel dan berbicara cepat.
"Lima menit kau harus sampai sini! Jika tidak, aku remukkan ginjalmu!" teriak Loly yang terkenal cerewet.
Namun, semua orang menyayanginya karena di balik sifat juteknya ia memiliki hati seluas langit.
"Aduh, mataku dan tanganku ternoda. Kau harus membayarnya nanti! Kau pikir hidup ini gratis! Aku sudah capek! Kau malah membuat beban padaku! Dasar Kucing Kurap!" umpat Loly, ia membuka baju dan menarik pria tersebut ke sofa dan mempersiapkan air hangat di baskom dan kain lap.
Ia masih mondar-mandir di depan tubuh Jeff yang terbaring di sofa, "Aku butuh minum! Sialan! Mengapa aku tidak punya minuman beralkohol?" umpatnya kesal, ia mengorek isi kulkasnya yang hanya tinggal seiris roti dan sebungkus milk.
"Ternyata aku orang yang paling miskin dari seluruh orang yang ada di Denver ini!" gerutunya, ia meneguk milk dan memandang ke arah pria yang tak dikenalnya.
"Malang sekali! Hadeh, musuhnya terlalu kejam. Aduh, dasar Jodie sialan! Mengapa lama sekali? Bagaimana jika dia mati? Bayangkan saja … biaya pemakaman, ini dan itu, belum lagi aku harus memberikan kesaksian kepada polisi!
"Oh, Tuhanku! Dosa apakah yang telah menimpaku!" teriak Loly menjambak rambutnya.
"Loly! Loly!" suara serak pria tua yang tak lain adalah Jodie Crown seorang dokter pemabuk yang selalu meminum air putih yang memiliki alkohol.
"Jodie! Syukurlah kau datang! Puji Tuhan! Heh, apakah kau mabuk? Ya, ampun! Aku bisa gila malam ini! Sudahlah, kau tolong pria itu, agar dia segera kabur dari rumahku. Dan kau! Kau juga harus pergi setelah kau mengobatinya!" perintah Loly, ia masih kesal dan ingin tidur.
Jodie Crown tanpa banyak bertanya langsung mengobati dan mengoperasi juga menjahit luka Jeff dengan keahlian yang luar biasa.
"Loly, aku rasa dia butuh darah, jarum infus, dan glucosa! Kau harus membelinya sekarang juga beserta semua obat ini dan semua keperluannya! Alkoholku sudah habis untuk meredakan sakitnya," tukas Jodie seenaknya.
"Woy! Apa kau pikir aku ini ATM berjalan? Dari mana aku punya duit? Apakah kau tidak melihat lampuku adalah emergency?" teriak Loly, ia semakin kacau.
"Jangan bilang aku harus mencuri, Jodie!" teriak Loly.
"Ya, sudah … kita tunggu saja dia mati. Kau siapkan saja cangkul untuk menguburnya!" umpat Jodie, ia kembali duduk dengan santai di salah satu sofa reot di depan Loly.
"Dasar Bajingan!" umpat Loly, ia mengingat dompet pria tersebut di atas mesin cucinya.
Loly langsung berlari mengambil dompet dan ke luar secepat dia bisa untuk membeli obat dan keperluan di apotik sebelah cafe Tea Lunch tempatnya bekerja.
"Wow! Si Kucing Kurap itu … duitnya banyak sekali!" batin Loly, "ah, aku tidak mencuri … ini untuk kesehatannya," batin Loly mengambil $ 200 dari dompet tersebut dan membayarnya di kasir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
asmaul husnah
ayo semangat ceritanya mulai menarik
2024-05-23
0
☠ᵏᵋᶜᶟ Fiqrie Nafaz Cinta🦂
Apakah ini angel penyelamat ????
Bucin nty tu si mafia
2022-09-30
0
☠ᵏᵋᶜᶟ Fiqrie Nafaz Cinta🦂
Mampir kakak...
2022-09-26
1