SYAHDU (Teman Tidur Kontrak)

SYAHDU (Teman Tidur Kontrak)

Syahduku

"Kamu yakin mau pindah? Kalau yakin, nanti biar aku bantu cari kontrakan."

Aku menatap wajah kak Wicak di layar ponselku. Saat ini, aku tengah bervideo call dengannya.

Kak Wicak kuliah di kota yang hanya berjarak 4 jam dari kampung. Lalu sekarang, aku meneleponnya karena ingin pindah dari kampung ke kota.

"Syahdu?"

Aku menarik napas. "Yakin, kak. Aku mau pindah sama nenek. Udah gak kuat." Jawabku dengan menahan sesak dan mata berkaca-kaca.

"Ya udah, nanti aku carikan kontrakannya. Kalau udah ketemu, aku kabarin."

Aku mengangguk lalu menutup ponselku. Disebelah, Nenek memandangku dengan wajah yang membuatku terus menunduk.

"Syahdu..." Nenek mengelus lembut pundakku. "Nenek senang kalau kamu senang." Ucapnya dengan suara parau.

Aku mengangguk saja, karena aku tahu, nenekpun berat meninggalkan kampungnya. Hanya karena aku yang sering menangis tak sanggup dengan sindiran orang-orang dan nenek tidak sampai hati melihatku seperti itu. Dia mengajakku pindah ke kota, supaya aku tenang dan bisa melanjutkan kuliah.

Nenek sangat ingin melihatku memakai toga, menjadi sarjana. Dia menabung dan bekerja keras demi melihatku memakai jubah wisuda dan akupun mau kuliah demi keinginan nenek saja. Padahal, aku lebih suka bekerja dan menghasilkan uang ketimbang sekolah lagi dan menjadi beban untuk nenek.

Aku sudah berkali-kali membujuk nenek untuk istirahat dan biarkan aku saja yang mencari uang, tetapi nenek bersikeras supaya aku terus belajar dan mengejar cita-cita. Kata nenek, aku harus sekolah tinggi-tinggi supaya tidak ada yang meremehkan dan merendahkanku lagi.

Beberapa hari lalu, saat aku berjalan menuju warung, aku mendengar percakapan tiga janda yang terkenal sebagai 'lambe turah' di kampungku.

"Syahdu itu anak baik-baik, katanya."

"Mana mungkin baik, Ibunya aja wanita penghibur."

"Anaknya kan, bisa aja beda."

"Halah mana mungkin. Kemarin kata anakku, Syahdu nyanyi di pentas saat perpisahan sekolah. Dia sengaja menarik perhatian laki-laki. Begitu."

"Namanya juga keturunan, gak akan jauh-jauhlah."

"Ho'oh, buah jauh tak jatuh dari pohonnya."

"Ngomong apa sih, kamu."

Mereka bertiga cekikan tanpa memikirkan perasaanku. Padahal aku tahu mereka melihatku tadi dan sengaja mengeraskan suara supaya aku dengar.

Lagi pula kalau dipikir-pikir, untuk apa sih, mereka menggosipin aku yang sebaya dengan anak-anak mereka. Aku ini anak-anak lho, dibandingkan usia mereka yang sudah hampir setengah abad. Tapi ya, namanya tukang gosip, siapa aja bisa jadi korbannya.

Sebenarnya aku sudah sangat sering mendengarkan hal semacam itu. Gosip-gosip tentang ibuku, aku tahu bahkan semua yang nenek sembunyikan dariku. Tetapi tetap saja aku sedih setiap mendengar ocehan mereka.

Waktu itu, saat usiaku 14 tahun, aku tak sengaja bertengkar dengan salah satu teman sekelasku. Orang tuanya marah-marah karena aku mencakar wajah anaknya. Padahal aku melakukan itu karena tidak terima dia mengatai Ibuku sebagai pelacur. Lalu Ibunya malah semakin menekanku.

"Memang benar ibumu itu pelacur! Kau tahu berapa laki-laki yang digodanya di kampung ini? Hampir semua laki-laki direbut oleh Ibumu itu! Kau harusnya malu, lahir diluar nikah dan gak tahu siapa bapakmu yang sebenarnya. Untunglah dia cepat mati. Kalau tidak, bisa jadi janda semua perempuan di kampung ini!"

Pekiknya padaku waktu itu di depan teman-temanku yang lain. Aku menangis, hatiku terasa teriris. Aku langsung lari pulang, ingin bertanya langsung pada nenek, pasti yang kudengar adalah fitnah.

Lalu saat aku bertanya, apa benar mendiang ibu seperti itu? Nenek hanya diam. Diamnya nenek membuatku hancur dan akupun tidak bertanya lagi tentang ibu mulai saat itu.

"Haah.." Aku merebahkan tubuhku di atas kursi setelah merasa letih berberes-beres untuk kepindahan kami.

Aku menatap sekeliling, rumah tempatku tumbuh dan besar dengan tangan nenek, akhirnya dijual dan uangnya untuk biaya kuliah dan hidup di kota nanti.

Drrttt

Aku mengambil ponselku yang bergetar dan tersenyum saat membaca nama di layar.

"Halo?"

"Syahdu, aku udah nemuin rumah kontrak yang murah dan dekat kampus yang akan kamu daftarin. Harganya juga murah."

Aku tersenyum, suara kak Wicak terdengar senang. Mungkin karena kami tidak akan menjalani LDR lagi. Selama ini, cuma kak Wicak yang tetap mendukungku walau orang tuanya menentang karena citra keluargaku. Tetapi, dia tetap mau bersamaku dari SMP sampai sekarang dia sudah di semester 7.

"Kamu jam berapa kesini? Supaya aku tau kapan jemput kamu."

"Hm.. mungkin satu jam lagi kami berangkat, kak."

"Oke, kabarin aku kalau udah mau sampe, ya. Aku kuliah dulu."

"Oke. Love you." Ucapku dengan senyuman.

"Love you too." Jawabnya, lalu menutup telepon.

Lelaki ini, walau sudah lama sekali bersamaku. Walau agak dingin, aku tetap tahu kalau dia sangat mencintaiku. Dan aku merasa sangat beruntung untuk itu.

"Syahdu.."

Aku menoleh pada nenek yang sudah berkeringatan.

"Nek, biar Syahdu aja."

"Gak papa, nenek juga gak ada kerjaan."

Aku menatap wajah nenek yang kulitnya sudah mengendur, rasanya sangat beruntung dia yang membesarkanku. Aku dengar, dulu aku sempat hampir diadopsi orang karena Ibu yang tidak mau merawatku, menganggapku sial karena setelah melahirkanku, pelanggannya banyak pergi sebab tubuhnya yang membengkak.

Nenek yang memaksanya untuk melahirkan aku. Walau waktu mendengar itu dari orang lain, aku marah pada nenek. Kenapa nenek menggagalkan Ibu yang menggugurkan kandungannya, padahal lebih baik aku tidak hidup daripada menderita seperti sekarang.

Lalu nenek menangis, kali pertama aku melihat nenek menangis. Katanya, dia sedih dengan ucapanku. Padahal nenek kuat karena kehadiranku, nenek berharap aku terus menjadi temannya saat anaknya tidak peduli padanya.

"Kenapa melamun?" Tanya nenek lalu duduk karena keletihan.

Aku langsung memeluk nenek sampai dia terheran dengan sikapku.

"Nek, terima kasih udah membesarkanku, udah mendukungku, sudah mengajariku banyak hal."

Nenek tak menjawab, dia tampak bingung dengan sikapku yang tiba-tiba.

"Maaf karena masih menyusahkan nenek."

"Hei, kamu bicara apa!" Nenek melepaskan pelukan dan menepuk bahuku.

"Sudah cepat, bereskan. Siang nanti yang beli mau nempatin rumah ini." Ucapnya lalu berdiri.

Aku tahu mata nenek berkaca-kaca karena ucapanku. Ah, nenek. Untunglah dia masih hidup sampai sekarang, ucapku lalu beranjak untuk membereskan barang-barang lagi.

...🍁...

"Kak, dimana?" Aku tengah berdiri diantara banyak orang, mencari-cari sosok yang wajahnya sudah menggantung di pelupuk mataku sejak tadi. Rasanya tidak sabar ingin bertemu.

"Disini."

Aku terlonjak saat suara yang kukenal tiba-tiba masuk ke telinga kananku.

"Kak! Bikin kaget aja!" Omelku pada pacarku yang terlihat sangat tampan dengan kemeja yang dimasukkan ke celana panjangnya, tampak sangat rapi. Dia baru saja pulang kuliah.

Dia menyalami nenek dan membantu membawakan barang-barangku.

"Ayo, aku udah pesan taksi."

Kami pun bergerak ke kontrakan yang sudah dipilih oleh kak Wicak.

Lelaki itu membantu kami membereskan barang, dia sampai menggulung lengan kemejanya dan berkeringat disekitar dahinya. Dimataku, dia terlihat sangat tampan.

"Kak, istirahat dulu."

Aku membeli gorengan dan es teh, meletakkannya di atas meja.

"Nenek udah istirahat di kamar, kakak juga istrihat."

Dia mengangguk dan duduk disebelahku, menghabiskan es teh setengah gelas langsung. Nampaknya dia kehausan karena mengangkat dan menyusun barang.

Aku menatapnya penuh cinta. Bagiku, tidak ada lelaki lain yang sangat memikat selain Aditya Wicaksana, kekasih hatiku.

"Kenapa liati aku begitu?"

Aku tersenyum lalu menggelengkan kepala.

"Kangen?"

Aku mengangguk cepat.

"Aku juga. Nanti ya, aku berkeringat dan bau. Eh?"

Tanpa peduli aku memeluk lengannya dan menyenderkan kepalaku di bahunya.

"Kau ini.." ucapnya sambil mengusap rambutku.

Sudah dua bulan tidak bertemu. Biasanya Kak Wicak akan pulang seminggu sekali dan menyempatkan untuk bertemu denganku, tetapi belakangan katanya sibuk dan tidak sempat pulang kampung.

"Kak, besok temani aku daftar di Universitas itu, ya?"

"Iya, besok aku tidak ada mata kuliah. Pagi-pagi aku kemari." Jawabnya sambil mengunyah gorengan, membiarkan tanganku bergelayut di lengannya.

"Oh ya, kak. Rumah ini sudah kakak bayar selama 3 bulan, ya? Berapa uangnya? Biar kuganti."

"Ngga usah, pakai uangnya untuk mendaftar besok." Jawabnya santai sambil menyesap minumnya lagi.

"Mana bisa gitu, kak. Itu kan, uang tabungan kakak. Aku ada uang, kok." Protesku padanya. Aku tahu dia memang orang yang lumayan dan bekerja paruh waktu juga, tapi bukan berarti aku bisa seenaknya, kan?

"Udah, gak papa. Aku ini pacarmu. Mana bisa aku liat kamu kesusahan."

"Tapi uangnya ada kok, kak. Kan, nenek baru jual rumah." Sahutku lagi.

"Pakai aja untuk biaya kuliahmu. Rajin belajar supaya cepat selesai kuliahnya dan bisa tunjukin toganya sama nenek."

Aku mulai mewek. Kak Wicak, bagaimana aku tidak semakin cinta padamu.

"Lho, kok nangis?" Dia mencondongkan tubuhnya ke arahku yang tengah merasa sangat beruntung punya pacar sepertinya.

"Jangan nangis, dong. Anak ini cengengnya masih aja sampai sekarang. Haha." Tawanya sambil menghapus air mataku.

"Dengar ya, Syahduku. Aku disini akan menjagamu. Kalau ada apa-apa, cepat kabarin aku. Kalau butuh sesuatu, bilang aku, oke?"

Aku mengangguk-angguk karena memang di rumah ini tidak ada laki-laki dan aku pasti hanya mengandalkannya saja.

"Ya udah, sana mandi. Bau kamu."

Aku cemberut mendengar ucapannya, tapi aku cukup tahu diri karena membereskan barang-barang ini membuatku banyak mengeluarkan keringat.

"Iyaa, aku mau mandi." Ucapku sambil beranjak dari kursi dan mengambil handuk di kamarku.

Sebelum menuju kamar mandi, aku melihatnya dulu sebentar. Dia mengeluarkan ponselnya dan mulai mengusap-usap layarnya. Aku memandangi wajahnya yang tampan itu. Lagi-lagi aku merasa sangat beruntung, lelaki seperti Kak Wicak yang tampan, pintar, dan baik hati itu tetap mau bersamaku.

"Hei, ngapain disitu? Mandi sana!"

Aku tersenyum malu saat ketahuan menatapnya dari jauh. Aku bergegas ke kamar mandi sambil terus cengengesan. Ah.. kak Wicak..

...☆★☆★...

Terpopuler

Comments

Vivo Smart

Vivo Smart

Wicak baik banget

2024-06-11

0

Ihza

Ihza

g pandang bulu itu mah yg namnya ttg julid

2023-11-06

2

Wirda Wati

Wirda Wati

mampir yhort

2023-10-25

0

lihat semua
Episodes
1 Syahduku
2 Kuliah Pertama
3 Menawarkan Kontrak
4 Ttd Kontrak!
5 Let's Start
6 Virgin
7 Tak saling kenal.
8 Perintah Kedua
9 Berbohong
10 Sarapan Bareng
11 Satu Kelompok
12 Persetan Rasa Malu!
13 Antara Malu dan Bodoh
14 Obrolan Grup
15 Fakta Baru
16 Semakin Menyesal
17 Perpembalutan
18 Anak Pemilik Rumah Sakit
19 Berbelanja Kebutuhan
20 Naik Kelas
21 Pesta Kelas Atas
22 Suara Syahdu
23 Main Solo
24 Naik dulu!
25 Berpapasan
26 Rooftop Apartemen
27 Aku pemenang?
28 Musim Semi di hati Syahdu
29 Weekend bersama Wicak
30 NightCafe
31 Patah Hati Pertama
32 Sadar
33 Meminta Maaf
34 Sadar Ditatap
35 Ketemu Oma
36 Ke Apartemen Arga
37 Curiga
38 Ketahuan Wicak
39 Kepercayaan pada Syahdu
40 Ikat Rambut
41 Perjalanan ke Pulau
42 You and Sunset!
43 Sorot Mata Syahdu
44 Efek Film Horor
45 Menahan Hasrat
46 Calon Tunangan Arga
47 Keputusan Syahdu
48 Happy Birthday, Syahdu.
49 Putus tanpa Alasan.
50 Rencana Kemah
51 Alasan putus
52 Pesta untuk Syahdu
53 Kebahagiaan Nenek
54 Tidak berniat Nikah.
55 Berbeda Prinsip
56 Perasaan diatas Cinta
57 Hadiah ulang Tahun
58 Packing
59 Gara-gara telefon
60 Obrolan Panjang
61 Belajar Masak
62 Nasi Bekal
63 Susu Stroberi
64 Salah Kirim
65 Makan malam
66 Tunangan Arga?
67 Hamil, kali.
68 Perkelahian Arga dan Awan
69 Prinsip Arga
70 Masalah yang tak terselesaikan
71 Penjelasan Arga
72 Berita Buruk
73 Desas-Desus Rumah Sakit
74 Kebohongan Yang Panjang
75 Kedatangan sang Mami
76 Curahan Hati Perempuan
77 Penghapusan Gosip
78 Membeli Testpack
79 Menebus Obat
80 Cek ke Dokter
81 Berencana Lari
82 Kegelisahan Arga
83 Soraya atau Syahdu?
84 Syahdu Pingsan
85 Sop untuk Syahdu
86 Kesembuhan Syahdu
87 Kehadiran Soraya
88 Undangan Makan Malam
89 Senyum Lebar Arga
90 Why don't you stay?
91 Pindah Kamar
92 Salah Paham Awan
93 Nyanyi dipanggung
94 Ketahuan Naya
95 Kasus Pemerkosaan
96 Dibalik Perlindungan Wicak
97 Menguak Rahasia Syahdu
98 Kata Pengantar Skripsi Wicak
99 Gosip yang Beredar
100 "Tetap Disini"
101 Ancaman Soraya
102 Bukan Cinta Biasa
103 Bolos Sama-sama
104 Lelaki disamping Syahdu
105 Melawan Balik
106 Menentukan Pertunangan
107 Penjelasan Riska
108 Pertunangan Bulan Depan
109 Ancaman sang Ayah
110 Arga hanya Akan Menikah dengan...
111 I am not a Slut!
112 Terhinakan oleh Status
113 Kepergian Suriani
114 Bunuh Diri
115 Berusaha Jujur pada Wicak
116 Perpisahan
117 Pengakuan dan Kejujuran Syahdu
118 Pamit Syahdu
119 Menerima Syahdu Kembali
120 Masa Kritis
121 Kondisi Terbaru Wicak
122 Kehilangan Kedua Kali
123 Satu-satunya Janji yang Ditepati Wicak
124 Harapan Baru
125 Engangement Invitation
126 Secercah Harapan
127 Saat ingin Memulai Hidup Baru...
128 5 Hari Lagi~
129 Trauma dan Luka Batin
130 Mimpi Nyata
131 Kenyataan Baru bagi Arga
132 Sisi Lain Arga
133 Malam Hangat untuk Pertama Kalinya
134 Happy Birthday, Arga.
135 Menunggu Syahdu Kembali
136 Kehidupan Baru Arga
137 Kehidupan Baru Syahdu
138 Tak Segampang Itu...
139 Tergalinya Masa Lalu
140 Munculnya Rasa Bersalah di Hati Syahdu
141 Kisah Yang Mungkin Akan Berakhir
142 Memantapkan Hati Untuk Kembali
143 Bertamu ke Makam Wicak
144 Reuni Kelas
145 Bertemu Setelah Sekian Lama
146 Memori yang Masih Melekat
147 Pelukan Rindu Yang Sangat Erat
148 Keputusan Akhir Karir
149 Marry Me, Syahdu.
150 Bertemu Adik Arga
151 Beban Terberat Syahdu
152 Gangguan Stres Pascatrauma
153 Lelaki Pilihan Wicak
154 Netflix and Chill
155 And Chill~
156 Melamar Syahdu
157 Melanjutkan Karir Arga
158 Syahdu Balik Ke Desa
159 Pembicaraan Terakhir dengan Arif
160 Hot News Paparazi
161 Membatalkan Semua Jadwal Demi Syahdu
162 Menuju Desa Bebatu
163 Drama Perjalanan Desa Bebatu
164 Mempersunting
165 Gosip Baru
166 Sanggahan Langsung
167 Meminta Restu Margareth
168 Ziarah
169 Konseling
170 Pertemuan dengan Julia
171 Ujian Pranikah (1)
172 Ujian Pranikah (2)
173 Ujian Pranikah (3)
174 Perubahan Sikap Syahdu
175 Menahan Keinginan Demi Arga
176 The End of The Long Story
177 ExtraBab - Kehamilan Syahdu Menjadi Berita Baik
178 ExtraBab - Cerita Masa Lalu
179 ExtraBab - Karena Rokok
180 ExtraBab - Potong Rambut
181 ExtraBab - Ngidam
182 ExtraBab - Arga Junior
183 ExtraBab - Perencanaan Panti
184 RelationSHIT!
185 ExtraBab - BIG HUG
186 What If - Arsya Besar
187 What If - Selesai Kontrak
188 What If - Syahdu Tidak Kabur
189 SEPUPUKU, CANDUKU
Episodes

Updated 189 Episodes

1
Syahduku
2
Kuliah Pertama
3
Menawarkan Kontrak
4
Ttd Kontrak!
5
Let's Start
6
Virgin
7
Tak saling kenal.
8
Perintah Kedua
9
Berbohong
10
Sarapan Bareng
11
Satu Kelompok
12
Persetan Rasa Malu!
13
Antara Malu dan Bodoh
14
Obrolan Grup
15
Fakta Baru
16
Semakin Menyesal
17
Perpembalutan
18
Anak Pemilik Rumah Sakit
19
Berbelanja Kebutuhan
20
Naik Kelas
21
Pesta Kelas Atas
22
Suara Syahdu
23
Main Solo
24
Naik dulu!
25
Berpapasan
26
Rooftop Apartemen
27
Aku pemenang?
28
Musim Semi di hati Syahdu
29
Weekend bersama Wicak
30
NightCafe
31
Patah Hati Pertama
32
Sadar
33
Meminta Maaf
34
Sadar Ditatap
35
Ketemu Oma
36
Ke Apartemen Arga
37
Curiga
38
Ketahuan Wicak
39
Kepercayaan pada Syahdu
40
Ikat Rambut
41
Perjalanan ke Pulau
42
You and Sunset!
43
Sorot Mata Syahdu
44
Efek Film Horor
45
Menahan Hasrat
46
Calon Tunangan Arga
47
Keputusan Syahdu
48
Happy Birthday, Syahdu.
49
Putus tanpa Alasan.
50
Rencana Kemah
51
Alasan putus
52
Pesta untuk Syahdu
53
Kebahagiaan Nenek
54
Tidak berniat Nikah.
55
Berbeda Prinsip
56
Perasaan diatas Cinta
57
Hadiah ulang Tahun
58
Packing
59
Gara-gara telefon
60
Obrolan Panjang
61
Belajar Masak
62
Nasi Bekal
63
Susu Stroberi
64
Salah Kirim
65
Makan malam
66
Tunangan Arga?
67
Hamil, kali.
68
Perkelahian Arga dan Awan
69
Prinsip Arga
70
Masalah yang tak terselesaikan
71
Penjelasan Arga
72
Berita Buruk
73
Desas-Desus Rumah Sakit
74
Kebohongan Yang Panjang
75
Kedatangan sang Mami
76
Curahan Hati Perempuan
77
Penghapusan Gosip
78
Membeli Testpack
79
Menebus Obat
80
Cek ke Dokter
81
Berencana Lari
82
Kegelisahan Arga
83
Soraya atau Syahdu?
84
Syahdu Pingsan
85
Sop untuk Syahdu
86
Kesembuhan Syahdu
87
Kehadiran Soraya
88
Undangan Makan Malam
89
Senyum Lebar Arga
90
Why don't you stay?
91
Pindah Kamar
92
Salah Paham Awan
93
Nyanyi dipanggung
94
Ketahuan Naya
95
Kasus Pemerkosaan
96
Dibalik Perlindungan Wicak
97
Menguak Rahasia Syahdu
98
Kata Pengantar Skripsi Wicak
99
Gosip yang Beredar
100
"Tetap Disini"
101
Ancaman Soraya
102
Bukan Cinta Biasa
103
Bolos Sama-sama
104
Lelaki disamping Syahdu
105
Melawan Balik
106
Menentukan Pertunangan
107
Penjelasan Riska
108
Pertunangan Bulan Depan
109
Ancaman sang Ayah
110
Arga hanya Akan Menikah dengan...
111
I am not a Slut!
112
Terhinakan oleh Status
113
Kepergian Suriani
114
Bunuh Diri
115
Berusaha Jujur pada Wicak
116
Perpisahan
117
Pengakuan dan Kejujuran Syahdu
118
Pamit Syahdu
119
Menerima Syahdu Kembali
120
Masa Kritis
121
Kondisi Terbaru Wicak
122
Kehilangan Kedua Kali
123
Satu-satunya Janji yang Ditepati Wicak
124
Harapan Baru
125
Engangement Invitation
126
Secercah Harapan
127
Saat ingin Memulai Hidup Baru...
128
5 Hari Lagi~
129
Trauma dan Luka Batin
130
Mimpi Nyata
131
Kenyataan Baru bagi Arga
132
Sisi Lain Arga
133
Malam Hangat untuk Pertama Kalinya
134
Happy Birthday, Arga.
135
Menunggu Syahdu Kembali
136
Kehidupan Baru Arga
137
Kehidupan Baru Syahdu
138
Tak Segampang Itu...
139
Tergalinya Masa Lalu
140
Munculnya Rasa Bersalah di Hati Syahdu
141
Kisah Yang Mungkin Akan Berakhir
142
Memantapkan Hati Untuk Kembali
143
Bertamu ke Makam Wicak
144
Reuni Kelas
145
Bertemu Setelah Sekian Lama
146
Memori yang Masih Melekat
147
Pelukan Rindu Yang Sangat Erat
148
Keputusan Akhir Karir
149
Marry Me, Syahdu.
150
Bertemu Adik Arga
151
Beban Terberat Syahdu
152
Gangguan Stres Pascatrauma
153
Lelaki Pilihan Wicak
154
Netflix and Chill
155
And Chill~
156
Melamar Syahdu
157
Melanjutkan Karir Arga
158
Syahdu Balik Ke Desa
159
Pembicaraan Terakhir dengan Arif
160
Hot News Paparazi
161
Membatalkan Semua Jadwal Demi Syahdu
162
Menuju Desa Bebatu
163
Drama Perjalanan Desa Bebatu
164
Mempersunting
165
Gosip Baru
166
Sanggahan Langsung
167
Meminta Restu Margareth
168
Ziarah
169
Konseling
170
Pertemuan dengan Julia
171
Ujian Pranikah (1)
172
Ujian Pranikah (2)
173
Ujian Pranikah (3)
174
Perubahan Sikap Syahdu
175
Menahan Keinginan Demi Arga
176
The End of The Long Story
177
ExtraBab - Kehamilan Syahdu Menjadi Berita Baik
178
ExtraBab - Cerita Masa Lalu
179
ExtraBab - Karena Rokok
180
ExtraBab - Potong Rambut
181
ExtraBab - Ngidam
182
ExtraBab - Arga Junior
183
ExtraBab - Perencanaan Panti
184
RelationSHIT!
185
ExtraBab - BIG HUG
186
What If - Arsya Besar
187
What If - Selesai Kontrak
188
What If - Syahdu Tidak Kabur
189
SEPUPUKU, CANDUKU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!