Setelah membaca begitu banyak halaman buku diary dari pemilik tubuh ini Anisa tahu sedikit informasi tentang pemilik tubuh aslinya.
Ia merasa sangat jengkel dengan pemilik tubuh aslinya, mengapa dia sangat lemah dan mudah di tindas. Bahkan Ayahnya pun tak mempedulikannya lagi.
Si pemilik tubuh ini mempunyai perusahaan yang di wariskan oleh ibunya yang sudah meninggal, tetapi karena ia lugu pemilik tubuh ini sudah di bodohi oleh ayah nya. Rumah dan perusahaan masih atas nama ayahnya, apabila ia sudah berumur 18 tahun nama pewarisnya akan di ubah.
Tetapi karena keluguan pemilik tubuh ini, ia di olok-olok dengan ayahnya. Dan bisa di bilang rumah dan perusahaannya masih atas nama ayahnya.
"Mungkin ini takdir. Saat ini aku yang akan bertanggung jawab untuk membalaskan dendammu Kurnia. Kamu tenang saja di alam sana," kata Anisa lagi.
"Oke, saat ini aku akan menyebut diriku sebagai Kurnia, dan tidak ada lagi Anisa didalam dunia ini".
...****************...
Jam sudah menunjukkan 8 pagi, Kurnia di panggil oleh ayahnya untuk sarapan. Sebelumnya Kurnia di suruh bersiap-siap oleh Ayahnya untuk berangkat ke kampus.
Terlihat sebuah pemandangan yang indah ketika satu keluarga berkumpul di meja makan untuk sarapan. Sayangnya ini hanyalah sandiwara mereka saja, nyatanya tidak seperti yang di lihat.
"Kurnia ayah sudah menjual Clay," kata Anto membuka pembicaraan.
"Clay siapa Ayah?" Tanya Anisa.
"Apa kamu lupa ingatan Kurnia? Clay itu Singa kesayanganmu yang tak berguna itu," sahut ibu tirinya ketus.
"Ohhh ya udah jual aja," sahut Kurnia singkat.
Sontak mereka kaget mendengar jawaban Kurnia. Bagaimana tidak, selama ini ayahnya selalu membujuk anaknya untuk menjual singa tersebut tetapi tak kunjung berhasil.
Kurnia yang dulu sangat menyayangi Clay, bahkan ada yang ingin membeli dengan harga 1M tetapi Kurnia tetap kekeh dengan pendiriannya.
Tetapi berbeda dengan Kurnia yang sekarang, ia sama sekali tak menyukai Singa. Singa terlalu berbahaya untuk di jadikan peliharaan olehnya.
"Apa kamu yakin dengan jawabanmu?" tanya Anto untuk memastikan.
"Tentu saja yakin. Toh hanya seekor Singa," sahut Kurnia.
Lagi-lagi jawaban Kurnia membuat sang Ayah terkejut dan kegirangan.
"Tapi uangnya mana?," imbuh Kurnia sambil mengulurkan tangan
"Uang hasil penjualannya serahkan ke Aku semuanya tidak kurang sepeserpun," tegas Kurnia.
'Sejak kapan anak ini begitu pelit dan mata duitan' pikir Anto.
Biasanya Kurnia sangat mudah untuk di olok-olok oleh Anto tapi sekarang nampaknya akan susah.
"Aku dengar teman ayah membelinya seharga 1M kan?" tanya Kurnia memastikan.
"E-eh iya Kurnia. Tetapi untuk keperluan apa kamu kok tumben sekali kamu menginginkan uangnya?" tanya Anto.
"Itu kan peliharaan Aku, dari kecil sampai besar aku yang merawatnya sendirian. Ayah tahu bukan? menjinakkan Clay tidak semudah yang di bayangkan," jawab Kurnia tegas.
"Lagipula aku ada keperluan apa juga tidak ada urusannya sama Ayah kan?" Imbuhnya.
"Lancang kamu! Bicara sama Ayah harus punya sopan santun. Untuk apa aku menyekolahkanmu tinggi-tinggi tapi atitude kamu seperti ini," Anto berdiri dan membentak Kurnia.
"Ayah menyekolahkan Aku itu kewajiban Ayah dan Aku berhak untuk sekolah. Kenapa? Apa ayah masih mengira aku akan sangat mudah untuk di olok-olok seperti sebelum-sebelumnya?" sahut Kurnia yang ikut berdiri.
"Kurnia tutup mulut busukmu itu. Kamu tidak berhak untuk bertengkar dengan Ayahmu," sahut Sarah yang merupakan ibu tiri Kurnia.
"Kamu juga tidak berhak menyela di tengah-tengah pembicaraan ayah dan anak. Dasar pelakor," sahut Kurnia.
"Jaga ucapanmu Kurnia!. Benar yang di katakan ibumu, kamu tidak boleh seperti itu. Apa gunanya Ayah memberimu pendidikan tinggi-tinggi," sahur Anto.
'Huh, 2 lawan 1 ya. Tidak apa akan aku ladeni' kata Kurnia dalam hati.
"Sejak kapan aku mempunyai Ibu seperti dia? Selama aku hidup aku tak akan menganggapnya sebagai seorang ibu. Di dunia ini hanya ada satu ibu yaitu Ibu Shinta,"
"PLAKK!" Sarah menampar wajah Kurnia, kebetulan posisinya sangat dekat dengannya.
"Kamu jangan sebut-sebut nama wanita murahan itu di dalam rumah ini lagi," imbuh Sarah.
"Apa aku tidak salah dengar? Ibuku wanita murahan?. Bukankah kamu yang masuk ke keluarga ini dan menghancurkan semuanya. Kamu itu pelakor jadi tidak usah berlagak sok suci di rumah ini," balas Kurnia pedas.
"KAMU..,"
"Apa lagi? Bukankah sudah cukup statusmu sebagai pelakor di rumah ini. Masih ingin berlagak?" Kurnia memotong pembicaraan Sarah.
"Dan satu lagi, Aku tidak perlu lagi tinggal di rumah ini dan kita tidak ada hubungan apapun lagi," imbuh Kurnia dan bergegas pergi meninggalkan rumah.
Kini Kurnia sudah memutuskan hubungan dengan keluarganya, saat ini ia tidak punya siapa-siapa lagi. Dia benar-benar sendirian, tak ada keluarga yang indah seperti kehidupan yang lalu. Tetapi ia tak akan menyerah untuk merebut rumah itu kembali dan perusahaan ibunya.
"Untung Aku sudah dapat membaca Diary pemilik tubuh ini, kalau tidak bisa-bisa aku di tindas lagi sama mereka," kata Kurnia.
"Nia!" seru seorang Gadis dengan rambut panjang yang dikepang dua.
Kurnia menoleh ke arah gadis tersebut, terlihat sangat cupu dimata Kurnia yang sekarang. Tampaknya gadis yang bernama Fina itu menghampiri Kurnia.
"Nia mengapa penampilanmu sedikit berbeda hari ini?" tanya Fina.
"Apanya yang berbeda?" tanya Kurnia sedikit heran.
"Yaa.. biasanya penampilanmu seperti aku. Tapi hari ini beda, kamu lebih cantik dengan berpenampilan seperti ini," kata Fina.
Dalam hati Kurnia tak bisa membayangkan dirinya yang dulu berpenampilan cupu seperti Fina. Dan setelah di telusuri ternyata Fina ini adalah sahabat Kurnia yang dulu.
Mereka sama-sama di bully oleh mahasiswa lainnya lantaran penampilan mereka yang cupu. Tetapi sejak Fina berani melawan, mereka jarang membuly Fina dan Kurnia.
Bahkan jika mereka ingin membuly Kurnia, mereka harus melihat dengan teliti apakah Kurnia bersama dengan Fina atau tidak. Karena jika ada Fina, mereka tak berani membuly-nya.
...****************...
Sepulang dari kampus Kurnia bali ke rumahnya dan mengambil pakaiannya beserta uang hasil penjualan Singa peliharaannya itu.
"Berani sekali kamu menginjakkan kaki di rumah ini," kata Anto ketika Kurnia sudah masuk ke rumah.
"Kenapa tidak berani? Ini adalah rumah Ibuku harusnya saat ini kalian yang pergi. Tetapi aku sadar diri rumah ini belum atas nama aku, jadi aku biarkan kalian bersenang-senang dulu," ucap Kurnia.
"Rumah ini tidak akan berpindah tangan lagi. Ini akan selamanya menjadi milik Ayah, dan kamu bersiaplah menjadi gelandangan," sahut Anto.
"Gelandangan? Apa Ayah lupa dengan uang penjualan Clay? Singa peliharaanku?"
"Uang itu tak akan Ayah berikan padamu. Jadi jangan harap kamu menikmati hidupmu setelah keluar dari keluarga ini,"
"Dasar Ayah yang kejam, pintar bersandiwara. Memang cocok kalian satu keluarga," sahut Kurnia sambil menunjuk Sarah dan Karina yang ada di ruangan itu juga.
"Ibuku pasti sudah menyesal menikahi pria baj*ngan seperti kamu," imbuhnya.
Kemudian tanpa basa basi lagi Kurnia pergi ke kamarnya dan menyiapkan barang miliknya. Ia membongkar seluruh lemarinya, tetapi tiba-tiba ada sebuah kotak yang didalamnya berisi beberapa perhiasan emas.
Tanpa pikir panjang ia mengambilnya dan memasukkannya ke dalam koper.
Setelah selesai mengemas barangnya, ia pun keluar dari kamarnya dan ke ruang tamu. Ia bertemu lagi dengan Anto, Sarah dan Karina. Tanpa basa basi lagi Kurnia langsung pergi meninggalkan rumah neraka itu.
"Pergi saja yang jauh, dan jangan pernah kembali lagi," teriak Sarah.
Tetapi Kurnia tak menghiraukannya, ia tetap melangkahkan kakinya keluar rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments