Diruangan serba putih dengan bau khas obat-obatan memenuhi seluruh ruangan itu. Didalamnya terdapat dua brangkar yang diisi oleh seorang laki-laki dan perempuan. Lelaki yang tak lain adalah Gun wanita itu adalah Biu.
Gun sudah lebih dulu sadar sekarang, sedangkan Biu belum sadar sama sekali, karena memang luka Biu lebih parah dari pada Gun. Ditambah lagi lengan Biu yang mendapatkan tembakan waktu itu, membuatnya banyak kehilangan darah.
"Kenapa wanita sialan itu belum bangun Arm?" Tanya Gun pada Arm yang memang berada disitu bersama Pol yang merupakan pengawal juga, keduanya ditugaskan untuk menemani Gun dan juga Biu yang sedang dirawat dirumah sakit khusus milik mafia Black Star.
"Kalau kau bertanya padaku, terus aku harus bertanya pada siapa bodoh?" balas Arm.
"Kaukan pintar, harusnya kau tau kapan Biu akan bangun."
"Apakah kau mau mati sekarang Gun, aku siap membunuhmu sekarang juga!" Sumpah demi apapun Arm kesal setengah mati dengan Gun. Ingat Arm itu pintar dalam bidang IT bukan kedokteran. Bahkan dokter saja tidak tau kapan Biu akan sadar, apalagi Arm yang bukan dokter. Dasar pertanyaan sialan.
"Eugh," Biu melenguh pelan, dan membuka matanya pelan, lalu mengerjapkanya perlahan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam netra matanya.
"Biu kau sudah sadar?" Pol langsung bergegas untuk menghampiri ranjang Biu. Disusul Arm yang langsung duduk dipinggiran brangkar Biu.
"A-air," Biu berucap pelan, karena memang saat ini Biu belum memiliki cukup tenaga untuk berbicara, sedangkan Pol yang mendengar Biu, langsung tanggap dan mengambil segelas air dan pipet untuk Biu.
"Terimakasi Pol," ucap Biu lirih.
"Syukurlah kau sudah sadar." Arm tersenyum hangat kearah Biu, dan dibalas anggukan pelan oleh Biu.
Sebelumnya Arm sudah memanggil dokter melalui alat otomatis didalam ruangan itu, dan taklama dokter datang dan segera memeriksa keadaan Biu.
Dokter itu membuka sedikit kancing baju rumah sakit milik Biu dan memeriksanya. "Keadaanya sudah cukup setabil, hanya perlu istirahat saja, dan jangan mandi terlebih dahulu, agar luka tembak yang ada ditanganmu cepat sembuh." Jelas dokter itu, setelahnya langsung pergi.
Sedangkan Arm dan Pol, mereka berdua sudah pergi, agar Gun dan juga Biu beristirahat. Ada alasan lain sebenarnya mereka pergi, yaitu panggilan dari atasan mereka yang bernama tuan Kinn.
"Iya Tuan Kinn." Sapa Arm dan Pol saat sudah masuk kedalam ruangan Tuan mereka,dengan menunduk hormat.
"Apa yang sebenarnya terjadi pada Biu dan Gun kemarin Arm?" Tanya Kinn tanpa basa-basi, karena Kinn memanglah orang yang selalu tegas dan thu the point.
Arm menatap tuannya yang sedang duduk dikursi kebesarannya dengan kekasih hatinya yang bergelanyut manja pada tuannya. "Kemarin mereka menjalankan misi dari tuan Thakun Tuan, dan karena misi tidak berjalan sesuai rencana,akhirnya mereka memutuskan untuk loncat dari atas gedung." Jelas Arm.
"Kenapa bisa masuk rumah sakit? Setiap pengawal pasti mempunyai alat terjun,apakah mereka pikun, sampai tidak menggunakannya, aish dasar bodoh" Kali ini yang berbicara bukan Kinn,melainkan istrinya Jane.
Setiap melakukan misi,semua pengawal pasti memiliki alat terjun bebas yang mereka gunakan sewaktu-waktu dalam kondisi darurat. Alat itu sejenis alat seperti payung yang dapat menyeimbangkan tubuh pemakainya ketika terjun bebas.
Jane adalah istri dari Kinn, dan saat ini tengah mengandung anak Kinn, Jane bukan wanita lemah pada umumnya. Jane tidak berbeda jauh dari Biu. Dua-duanya sama-sama ahli dalam bidang tembak menembak dan baku hantam. Jane dan Biu juga merupakan sahabat.
"Mereka menggunakannya nyonya, namun saat akan tiba dibawah, alat mereka hancur ditembaki oleh kedua anggota mafia itu."
"Lalu bagaimana keadaan Biu saat ini?" Tanya Jane yang terlihat sedikit khawatir, karena bagaimanapun bodohnya Biu,Biu tetaplah sahabatnya.
"Biu sudah siuman Nyonya,sekarang sudah baik-baik saja, hanya butuh banyak istirahat," jawab Arm.
Kinn mengeratkan pelukannya pada istrinya itu, dan menatap Pol yang sejak tadi diam.
"Pol,"
Pol mendongak menatap tuannya. "Iya Tuan."
"Aku punya tugas untukmu, tiga hari lagi bantu kawal ketua mafia yang bernama Vegas Victur, yang berasal dari Thailand. Dan aku tidak mau sampai terjadi kesalahan sedikitpun, karena dia mafia terkuat yang pernah ada, aku tidak mau mmbuat masalah dengannya.Cukup kau kawal bersama Kent menuju gedung perkumpulan anggota dewan mafia,dan pastikan tidak ada kesalahan!" Kinn mengingatkan Pol karena memang mafia itu bukan sembarang mafia biasa.
Pada awalnya itu adalah tugas Biu dan Gun, namun mengingat kondisi keduanya, membuan Kinn mau tak mau mengalihkanya pada Pol dan Kent.
Setelah satu harifull Biu istirahat, saat ini kondisinya memang sudah sangatlah membaik. Dan pagi ini Biu dan Gun kembali dijenguk oleh Pol dan Arm.
"Apakah kau sudah gila seperti Gun,Biu?" tanya Pol pada Biu.Membuat Biu menatapnya tajam, namun hanya dibalas tawa oleh Pol.
"Aku setuju padamu Pol, sepertinya Biu sudah mulai tertular gila seperti Gun." Timpal Arm.
"Kenapa kalian membawa diriku, ingat ya! Biu bodoh itu yang menarikku terjun bebas, bukan aku,dia itu gila sendiri bukan karenaku." Gun tak terima sendari tadi dikatakan gila, yang benar saja, disini Biu yang gila karena menariknya terjun bebas tanpa persiapan. Kenapa jadi Gun yang seperti tersangka.
Biu tiba-tiba teringat dengan misi yang ia lakukan waktu itu, seingatnya waktu itu, Biu sudah membawa botol kecil sialan yang membuatnya terkapar dirumah sakit,tapi sekarang entah kemana. "Arm, dimana botol kecil itu sekarang?"
"Bersama tuan Thakun," jawab Arm.
Jawaban yang Arm berikan membuat Biu dan juga Gun menatapnya penuh tanya, bukankan itu milik tuan Korn kenapa bisa pada tuan Thakun gila itu pikir keduanya.
"Bukankah itu punya tuan Korn?" tanya Gun menelisik.
"Itu memang benar punya tuan Thakun," sahut Pol.
"Kenapa kau berikan padanya bodoh, obat itu bisa musnah dari muka bumi, jika kau berikan pada Thakun sialan itu!" Sulut Gun emosi.
"Tunggu sebentar, jadi obat itu punya tuan Thakun bukan tuan Korn. Sialan aku mempertaruhkanya setengah mati!" sulut Biu penuh emosi, Biu tau persis, jika itu punya tuan Thakun, pastilah obat itu sama tak bergunya dengan tuannya itu.
"Dan lebih sialnya, itu obat untuk memperlancar buang pupnya tuan Thakun, kau tau itu?" jelas Arm, membuat Biu dan Gun menyumpah serampahi tuannya habis-habisa.
"Sialat bajingan itu, aku bahkan sudah ditumbalkan oleh Biu, dan bahkan mempertaruhkan nyawaku dengan Biu, dan apa tadi, itu untuk pupnya. Aku sumpahi kau tidak bisa buang berak selamanya!" Teriak Gun emosi. Gun tidak peduli jika sumpahnya menjadi nyata, sial sekali hidupnya pikirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments