Namun, setelah berbalik dia tidak melihat siapapun di bagian Resepsionis. Merasa tidak salah mendengar, Levi pun berusaha mencari di sekitar area itu. Theo pun llangsung mengikuti, sementara sang Manager pun diam memperhatiakn sikap aneh dari sang pemilik hotel tempatnya bekerja itu.
“Ada apa, Tuan muda? Apa yang sedang anda cari di sini?” tanya Theo yang terus mengikuti kemanapun Levi melangkah.
“Apa kau tidak mendengarnya tadi?” tanya Levi yang tampak sangat serius.
“Mendengar seseorang menyebutkan namanya,” jawab Levi yang masih memperhatikan area sekitarnya dengan seksama.
“Saya tidak mendengar apapun. Hay, apa kau mendengarnya?” ujar Theo, lalu juga menanyakan kepada sang Manager hotel.
“Saya juga tidak mendengar apapun, Tuan muda! Apakah ada masalah dengan orang itu?” tanya sang Manager Hotel.
“Sudahlah, mungkin aku yang salah mendengar. Ayo, kita pergi ke tempat wanita itu berada,” ujar Levi yang tidak mau terlihat lebih aneh dan konyol lebih dari ini.
“Baik, Tuan muda! Silahkan,” ucap sang Manager yang kembali menunjukan ruangan yang sudah di sediakan oleh Kakek Roman.
Akan tetapi, di dalam hati dan pikiran Levi masih saja tertuju pada pendengaran tadi. Sebab dia jelas mendengar suara wanita yang menyebut nama Lucia Cano Xavier, tapi bagaimana mungkin saat berbalik dia tidak melihat siapapun di sana.
“Aku tidak mungkin salah mendengarnya! Aku benar-benar yakin bahwa ada seorang wanita yang mengatakan namanya Lucia Cano Xavior. Tapi kenapa aku tidak melihat siapapun di meja Resepsionis?” batin Levi yang masih penasaran.
“Sial, seharusnya aku memastikannya pada petugas Resepsionis yang berjaga tadi. Kenapa aku tidak kepikiran sampai di situ? Sialan, dasar bodoh kau Levi,” umpatnya lagi dalam hati.
...****************...
Benar saja, Levi memang tidak salah mendengarnya. Lucia memang sudah berada di meja Resepsionis untuk mendapatkan kamarnya. Akan tetapi, dia meninggalkan jurnal medis penelitiannya di dalam mobil dan sang sopir memanggilnya untuk memberikan jurnal tersebut.
“Kamar atas nama Lucia Cano Xavier dan ini kartu identitas saya,” ujar Lucia sembari menyerahkan surat undangan pertemuan miliknya.
“Tunggu sebentar ‘yah, Nona! Kami akan mengeceknya terlebih dahulu,” sahut sang Resepsionis yang sedang bertugas dengan suara ramahnya.
“Okay, …” balas Lucia yang bersedia sedikit menunggu.
“Nona!” seru sang supir sembari melambaikan Jurnal yang di tinggalkan Lucia di mobil.
“Ouh, … Jurnalku!” gumam Lucia yang langsung berlari untuk mengambil Jurnalnya.
Namun, ternyata bukan jurnalnya saja yang tertinggal di dalam mobil. Akan tetapi, lapotnya juga masih berada di sana. Sehingga pada saat Levi pergi untuk memeriksa meja resepsionis, Lucia sedang berada di dalam mobilnya untuk mengambil laptop miliknya.
“Terima kasih! Kalau Paman tidak mengingatkan, pasti aku akan melupakan kedua barang penting ini,” ucap Lucia dengan sneyuman manisnya.
“Sama-sama, Nona Lucia! Saya senang bisa membantu anda seperti ini,” sahutnya yang bangga mendapat ucapan terima kasih dari Nona kecilnya seperti itu.
Setelah itu, Lucia pun kembali menuju ke meja Resepsionis untuk mendapatkan kunci kamarnya. Di saat itu juga, Levi kembali mengikuti sang Maager hotek untuk menemui wanita yang akan di Jodohkan Kakek Roman dengannya.
“Permisi, apa anda sudah selesai mengeceknya?” tanya Lucia pada petugas Resepsionis.
“Dengan Nona Lucia ‘yah?” Petugas Resepsionis memastikan.
“Iya, benar!” jawab Lucia membenarkan.
“Silahkan, ini kuncinya dan kamar anda berada di nomor 2202! Apa perlu kami bantu mengantar anda sekalian membantu membawa kopernya?” Petugas itu menawarkan bantuan.
“Tidak perlu! Terima kasih atas tawarannya, tapi saya masih bisa membawa sendiri,” jawab Lucia yang tidak terlalu membutuhkan bantuan seperti itu.
Selepas kepergian Lucia dari meja resepsionis, Luke pun datang menghampiri petugas yang tadi melayani Lucia dan menanyakan tentang kamar yang berada dekat dengan kamar Lucia.
Awalnya petugas resepsionis itu sedikit curiga, tapi setelah menunjukan identitas palsunya sebagai seorang dokter. Petugas Resepsionis itu pun memberikan kamar yang di minta oleh Luke.
“Berikan aku kamar yang berada di samping wanita itu!” ujar Luke dengan nada memerintah.
“Maaf, kami tidak bisa memberikannya begitu saja sebelum anda menunjukan kartu identitas anda,” balas sang Petugas Resepsionis sesuai aturan yang berlaku di hotel.
Tanpa berkata apapun, Luke langsung memberikan identitas palsunya. Meskipun petugas Resepsionis itu masih merasa ragu, tapi dia tidak ingin membuat masalah apalagi dengan tamu hotel. Melihat jabatan dan pangkat yang tinggi di identitas palsu milik Luke, petugas itu pun memberikan kuncinya.
“Silahkan, ini kuncinya dan kamar anda berada di nomor 2203! Apa perlu kami bantu mengantar anda sekalian membantu membawa kopernya?” Petugas itu menawarkan bantuan sama seperti yang mereka tawarkan pada tamu yang lainnya.
Luke langsung meraih kunci tersebut dan berjalan pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun. Begitu Luke pergi, seorang pria mengenakan hodie dan topi hitam mengikutinya dari belakang. Hingga sampailah, Luke di depan kamar Lucia dan tepat di sebelahnya adalah kamar miliknya.
Luke berdiam diri menatap pintu kamar Lucia yang tertutup rapat.
Cukup lama dia melakukan hal itu, hingga kemudian Luke berkata, “Kenapa kau terus mengikuti?”
“Kenapa kau tidak mengirim bantuan malam itu? Bukankah kau mengetahui bahwa kami di serang oleh klan lain? Apa kau tahu berapa banyak kerugian yang aku alami, karena sikap diammu, Hah!” ujar sosok pria yang mengikuti Luke yang akhirnya menampakkan dirinya dengan penuh amarah.
“Kaendra! Ternyata kau masih tetap bodoh seperti dulu. Aku jadi bertanya-tanya, apakah benar kau itu saudara kandungku? Bahkan Leona lebih baik darimu,” sindir Luke yang membandingkan Kaendra dengan adik bungsu mereka.
“Jika bukan karena sikap diammu, _....”
“Jangan salahkan orang lain atas kegagalan mu sendiri, Kaendra!”
Dengan tegas dan penuh penekanan Luke memotong perkataan Kaendra yang terkesan selalu ingin menyalahkannya. Bahkan tatapan dingin dan tajam Luke seketika membuat Kaendra diam tak bisa berbuat apapun.
“Di dalam kamar inilah, wanita yang menyerangmu malam itu berada sekarang! Dan aku menginginkannya,” ujar Luke yang merubah ekspresinya saat terbayang wajah Lucia.
“Apa maksudmu?” tanya Kaendra yang kebingungan sendiri dengan perkataan dari Luke.
“Berikan obat ini pada makanan dan minumannya. Jika kau berhasil, aku akan membantu menutupi kerugian yang kau alami saat ini.”
Luke memberikan sebotol kecil yang berisi cairan bening pada Kaendra. Meskipun sedikit merasa ragu, tapi Kaendra tetap menerimanya.
“Obat apa ini? Apakah sejenis narkoba?” tanya Kaendra yang merasa penasaran.
“Obat itu lebih bagus di bandingkan dengan narkoba yang kau jual. Obat inilah yang akan membawa wanita itu sampai di surga dan neraka secara bersamaan,” jelas Luke sembari menyeringai penuh arti.
^^^Bersambung,....^^^
...Hay, kakak semua!!!🤗🤗🤗...
...Kalau tidak ada halangan apapun, novel ini akan update setiap hari tapi untuk waktu updatenya tidak pasti. Maaf 'yah Author harus mengutamakan pekerjaan di Real life 🙏🙏🙏😞...
...Maka dari itu, mohon dukungannya ‘yah!🙏🙏🥰🥰...
...Jangan lupa tinggalkan like, Coment, Vote dan kasih bintang 5 juga ‘yah! Biar novelnya semakin bersinar!🌟🌟🌟👌🥰🥰🥰...
...Novel ini hanya ada dan akan update di Aplikasi Noveltoon atau Mangatoon saja. Bila terdapat ditempat lain berarti itu semua merupakan plagiat....
...Jadi, mohon terus dukung novel orisinilku ‘yah dan segera laporkan jika ada plagiat novel ini!🙏🙏😓...
...Dan jangan lupa berikan cinta dan tips untuk Author kesayangan kalian ini ‘yah!...
...Agar tidak ketinggalan kisah serunya. Tambahkan novel ini ke rak novel favorit kalian ‘yah!...
...Terima kasih, All! 🙏🙏🙏😘😘😘...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Alexandra Juliana
Yaahhh si Luke ngasih obat perangsang..Semoga g berhasil dia, kalaupun Luci meminumnya semoga Levi segera datang menolong..
2024-02-01
0
Ramlah Kuku
wah ada tokoh baru nih semakin seru
2024-01-26
0
Lusiana_Oct13
Kenapa gk coba tanya sama resepsionis sich levvvvvviiiiii kok malah nanya sama theo
2023-02-09
0