Episode 14

~Happy Reading~

Sebelum atau sesudah membaca biasakan selalu menekan Like, Fav, Rate 5 Bintang, karena semua itu GRATIS loh 😊😗

°°°

Seperti biasa setiap pagi sebelum berangkat ke tempat pemotretan, Caca menyempatkan untuk lari pagi sekitar taman yang tidak jauh dari apartemennya.

Gadis cantik itu sering kali di ganggu para ibu-ibu yang meminta foto. Walaupun dia sudah mengenakan masker, tapi masih ada saja yang mengenali dirinya. Seperti saat ini ada seorang ibu yang menghampiri dirinya.

" Nona Queen ya? " Ujar ibu itu yang menghampiri Caca yang tengah duduk-duduk santai di bangku taman.

Caca menoleh menatap ibu itu. Dia langsung melepaskan maskernya dan tersenyum manis di hadapan ibu itu.

" Padahal saya udah pake masker loh bu, tapi masih bisa ngenalin ya. " Ujar Caca dengan tersenyum dan ibu itu pun hanya menanggapi dengan tersenyum.

" Ibu hanya lihat mata nona Queen, di tambah ngelihat style nona yang sangat mirip dengan style nona Queen yang feminim tomboy. Tadi saya kira, saya salah ngenalin, ehh tau-taunya bener. " Terang ibu itu membuat Caca tersenyum.

" Feeling ibu tepat ya, mau foto? " Tawar Caca.

" Boleh nona, sekalian ibu minta tanda tangannya ya. " Ujar Ibu itu sambil mengeluarkan ponselnya.

" Tentu ibu. " Ujar Caca yang langsung merangkul ibu itu dan tersenyum.

Ibu itu pun mulai memotret di ponselnya. Tiga foto yang mereka ambil dan setelah itu Caca memberikan tanda tangannya di baju bagian bawah ibu itu.

" Makasih nona Queen. " Ujar ibu itu berterimakasih.

" Sama-sama ibu, saya duluan ya bu. " Ujar Caca yang melihat alorjinya yang sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi, waktunya dia berangkat ke lokasi pemotretan.

...-----------...

Di mansion kediaman Roderick. Sean baru turun dari kamarnya dengan menggunakan baju serba hitam. Pagi ini dia akan berangkat ke Berlin untuk mengecek gudang senjatanya disana.

Saat dia melewati meja makan. Bundanya memanggil dirinya dan menyuruhnya untuk sarapan. Sean juga bisa melihat disana ada gadis yang sangat di bencinya.

Seandainya gadis itu tidak ada di dalam kehidupannya. Gadisnya lah yang akan menjadi tunangannya, bukan gadis sialan itu.

" SEAN SARAPAN DULU!!! " Teriak bunda Erika dari meja makan.

Bukannya menghampiri bundanya, Sean malah kembali melangkahkan kakinya keluar. Dia malas melihat wajah gadis sialan itu yang sialnya adalah tunangannya.

Erika yang melihat putranya berlalu pergi dan mengacuhkannya hanya bisa menghela nafas. Pasti putranya itu masih marah kepadanya, karna menyuruh dirinya untuk bertunangan dengan Tania.

" Maafin Tania ya tan, karna kehadiran Tania membuat hubungan tante dan Sean renggang. " Ujar Tania merasa bersalah.

" Tidak sayang, nanti juga lama kelamaan Sean akan mencintai kamu dan menerima pertunangan ini dengan lapang dada. Sudah ayo makan. " Ujar Erika dengan tersenyum.

Rai hanya diam mendengarkan obrolan keduanya. Percuma saja dia menyuruh istrinya untuk membatalkan pertunangan mereka dan membiarkan Sean menentukan pilihannya sendiri.

Lagian menjaga Tania, yang notabennya putri sahabatnya. Bisa dilakukan tanpa menjodohkan keduanya atau bertunangan.

Tapi emang pada dasarnya istrinya itu keras kepala dan apa yang menjadi pilihannya harus di kabulkan, tanpa memikirkan bagaimana perasaan keduanya.

" Yah, ayo makan. Kenapa malah ngelamun. " Tegur Erika yang melihat suaminya hanya diam.

Tania menatap calon ayah mertuanya itu. Lagi-lagi rasa bersalah menyelimutinya dan dia yakin calon ayah mertuanya itu pasti sedang memikirkan Sean.

Semenjak kehadirannya di keluarga ini, membuat hubungan ayah, ibu dan anak renggang. Rasanya dia ingin membatalkan pertunangannya, tapi pasti semua orang tidak akan menanggapinya.