“Hahaha… Apa kau yakin bisa mengalahkanku menggunakan pedangmu itu?” Ucap pemimpin perampok itu.
Dia kemudian meluncurkan serangan elemen api dari kapaknya tersebut, yang dengan cepatnya langsung mengarah pada pemuda Elfman itu.
Namun, serangan yang diluncurkan tersebut dengan mudah dihindari oleh pemuda itu. Dia kemudian dengan sigap mengantisipasi serangan elemen api itu dengan langsung memadamkannya menggunakan elemen angin agar tidak berdampak pada orang-orang di sekitar serta rumah para warga.
“Apakah kekuatan pedang itu adalah elemen angin?” Tanya Bohrneer.
“Bukan… Ini hanya kekuatanku. Aku mengalirkan energiku ke pedang ini dan menciptakan elemen angin,” jawab Raquille.
“Lagipula aku hanya menggunakan pedang ini untuk menangkis serangan langsung dari kapakmu itu, karena kapak yang kupakai sebelumnya tidak cukup kuat untuk menahan seranganmu,” lanjutnya.
“Heh… Kalau begitu mari kita buktikan.” Dengan ekspresi yang sinis, Bohrneer pun dengan cepat maju dan menyerang Raquille kembali.
Saat serangan dari kedua orang itu saling bertabrakan, benar saja pedang yang dipakai oleh Raquille dapat menahan tekanan kekuatan dari serangan kapak api Bohrneer tanpa mengalami retakan atau membuat pemuda itu terhempas.
Pertarungan antara mereka berdua kini menjadi lebih sengit. Orang-orang yang berada di tempat itu bahkan tidak bisa melihat pergerakkan mereka berdua yang saking cepatnya saling melancarkan serangan satu sama lain.
Bohrneer melancarkan serangan elemen api yang lebih besar dari sebelumnya ke arah Raquille. Pemuda itu pun dengan sigap langsung membalas serangan tersebut dengan memutar-mutar pedangnya menciptakan sebuah pusaran angin agar memadamkan serangan api tersebut.
“Aku akan memaksamu untuk mengeluarkan kekuatan dari pedang itu,” ucap pemimpin perampok itu sambil mengeluarkan serangan api secara bertubi-tubi ke arah Raquille.
“Serius…? Kau pasti akan menyesal jika aku menggunakan kekuatan dari pedang ini,” balas Raquille masih memutar pedangnya menciptakan pusaran angin untuk menahan serangan api dari pemimpin perampok itu.
Kemudian terlihat kedua orang itu maju secara bersamaan dan saling menangkis serangan langsung satu sama lain.
Efek tabrakan dari kedua serangan tersebut sontak membuat gelombang kejut yang cukup kuat sampai membuat orang di sekitarnya dapat merasakannya.
Kemampuan mereka berdua nampak setara pada pertarungan ini. Namun, Raquille yang masih belum menggunakan kekuatan dari pedangnya tersebut masih dapat mengimbangi Bohrneer yang telah menggunakan kekuatan pelepasan kedua dari kapak apinya.
Saat beradu serangan dengan Raquille, nampak Bohrneer sempat kehilangan konsentrasinya, yang membuatnya hampir saja menerima tebasan dari Raquille.
Pemimpin perampok itu kemudian langsung melompat mundur ke belakang untuk menjaga jaraknya dengan pemuda itu.
“Hei rambut putih, apa kau bisa bertarung denganku sambil menyelematkan para warga?”
Perkataan dari Bohrneer tersebut sontak membuat Raquille langsung terkejut. Dia seperti menyadari hal buruk yang akan dilakukan pemimpin perampok itu kepada para warga.
Tanpa berlama-lama, pemimpin perampok itu langsung mengeluarkan serangan elemen api secara membabi buta. Nampak beberapa dari bawahannya juga menerima serangan elemen api tersebut, bahkan rumah-rumah dari para pun sampai terkena dampak dari serangannya itu.
“Ah sial… Beraninya dia merepotkanku seperti ini,” ucap Raquille mengumpat dengan kesalnya melihat perbuatan dari pemimpin perampok itu.
Dengan cepat Raquille langsung bergerak mendahului serangan elemen api itu untuk menolong para warga dengan memindahkan mereka ke tempat yang lebih aman dalam sekejap. Raquille kemudian memadamkan kembali rumah warga yang terbakar karena efek serangan dari pemimpin perampok itu dengan mengayunkan pedangnya menciptakan pusaran angin kembali.
“Perampok… Kali ini kau sudah membuat kesal.” Dengan kesal Raquille pun memunculkan kembali pedang es disekelilingnya, yang jumlahnya jauh lebih banyak dari sebelumnya.
Raquille langsung meluncurkan serangan tersebut ke arah Bohrneer, sehingga pemimpin perampok itu tidak dapat melancarkan serangan elemen apinya lagi. Namun, serangan tersebut tetap dengan mudahnya ditepis satu per satu oleh Bohrneer.
Tetapi, yang membedakan dari serangan sebelumnya, kini Raquille secara terus-menerus menciptakan lalu meluncurkan pedang es tanpa henti, sampai membuat pemimpin perampok itu menjadi kewalahan menipis serangan-serangan tersebut.
*
“Apa…? Dia bisa meluncurkan serangan sebanyak ini? Apa dia tidak akan kehabisan energi?” Gumam Bohrneer dalam hati, kewalahan menepis serangan pedang es bertubi-tubi dari Raquille.
**
Karena telah kewalahan menepis serangan pedang es tersebut, bahkan beberapa dari serangan itu telah mengenainya langsung, seketika membuat pemimpin perampok itu langsung kehilangan konsentrasinya pada Raquille.
Raquille pun memanfaatkan keadaan tersebut dengan secara cepat bergerak dan muncul tepat di belakang pemimpin perampok itu.
Bohrneer yang sadar bahwa Raquille telah berada di belakangnya dengan refleks langsung berputar dan menangkis ayunan pedang dari Raquille.
“Arghh…!” Teriak pemimpin perampok itu.
Efek serangan ayunan pedang Raquille itu sontak membuat Bohrneer terhempas cukup jauh dan langsung membuatnya terkapar di tanah.
Masih tetap tidak mau menyerah dengan keadaannya, pemimpin perampok itu kembali berdiri dan kemudian terbang ke langit.
“Waw… Jadi kau bisa terbang yah...” Ucap Raquille yang malah terkagum melihat pemimpin perampok itu memiliki kemampuan untuk bisa terbang.
Bohrneer yang kini melayang di langit kemudian terlihat berkonsentrasi untuk membuat serangan kembali. Dia kini memunculkan sebuah bola api diatasnya, yang lama-kelamaan semakin membesar.
“Hah… Ini berbahaya. Jika orang itu melancarkan serangan tersebut kemari, maka kota ini seketika akan hancur.” Dengan santainya pemuda itu berkata saat melihat pemimpin perampok itu mengeluarkan serangan api yang besar.
“Tuan Bohrneer… Kau mau melakukannya walaupun kami berada disini?” Heinz, petinggi dari para perampok gunung yang kini telah sadar akibat tadi diserang oleh Raquille, melihat pemimpinnya yang akan melancarkan serangannya tersebut ke arah mereka.
Bohrneer yang terlihat tidak peduli lagi pada para bawahannya yang berada di bawah, kemudian langsung meluncurkan serangan tersebut ke arah para perampok dan para warga, serta Raquille yang berada di bawah.
Melihat serangan elemen api itu akan menyambar mereka semua yang berada di tempat itu, Raquille pun tidak tinggal diam, dia kemudian mengangkat pedangnya ke atas mengarah pada serangan elemen api tersebut.
Seketika serangan elemen api yang besar itu langsung terserap masuk kedalam pedang milik Raquille itu.
“Apa…? Seranganku? Bagaimana bisa...?” Betapa terkejutnya Bohrneer melihat serangannya dengan mudah dapat diserap oleh pedang milik Raquille.
Terlihat bilah pedang dari Raquille itu kemudian menjadi hitam setelah menyerap serangan api dari Bohrneer.
Tidak gentar dengan hal tersebut, Bohrneer kembali berkonsentrasi untuk memunculkan api lagi.
“Kalau begitu bagaimana dengan yang kedua?!” Teriak Bohrneer sambil meluncurkan serangan pamungkasnya untuk kedua kalinya.
“Hasilnya tetap akan sama.” Nampak Raquille hanya tersenyum menyeringai melihat serangan tersebut mengarah padanya.
Tidak tanggung-tanggung serangan pamungkas yang kedua dari pemimpin perampok itu juga dapat dengan mudah diserap oleh pedang milik Raquille.
Hal tersebut sontak membuat semua orang yang berada di tempat itu tercengang setelah melihat apa yang dilakukan oleh Raquille sebelumnya.
“Asal kau tahu saja. Berapa kali pun kau melancarkan seranganmu itu, pedang ini dapat dengan mudah menyerap seluruh seranganmu. Dan satu hal lagi, bila serangan yang diserap kedalam pedang ini kuhempaskan kembali, maka efeknya akan dua kali lipat lebih kuat dari serangan aslinya,” kata Raquille menjelaskan kemampuan dari pedangnya tersebut.
Tak perlu berlama-lama lagi, Raquille langsung melancarkan serangan api yang diserap pedangnya mengarah pada Bohrneer. Nampak serangan api yang dilepaskan oleh Raquille jauh lebih besar dibandingkan serangan dari Bohrneer sebelumnya.
Namun, Raquille dengan sengaja meluncurkan serangan api tersebut mengarah ke samping Bohrneer, sehingga tidak mengenainya.
Betapa terkejutnya orang-orang yang berada di tempat itu setelah melihat awan yang berada di langit berlubang akibat menerima serangan api dari Raquille.
***
Di lain tempat, tidak terlalu jauh dari kota D’Swan terlihat sebuah rombongan pasukan. Rombongan pasukan tersebut melihat dari kejauhan serangan api dari Raquille yang melubangi awan tersebut.
“Apa itu?” Tanya seseorang dari mereka melihat serangan tersebut.
Rombongan pasukan tersebut sepertinya merupakan pasukan bantuan yang sebelumnya dikatakan oleh Fluke, dimana sebenarnya pasukan tersebut datang untuk menghentikan para perampok gunung.
“Cepat… Kita harus segera bergegas ke kota, sepertinya keadaan disana sudah sangat berbahaya,” kata seseorang yang lain dari rombongan tersebut, yang sepertinya merupakan pemimpin dari pasukan tersebut.
***
“Jadi… Apa kau akan menyerah sekarang?”
“Sialan kau!” Teriak Bohrneer dengan kesalnya.
Dia kemudian meluncur dengan cepat ke bawah untuk menyerang Raquille sekali lagi.
“Haahh… Sialan membuat repot saja,” gumam Raquille, nampak kesal melihat kegigihan dari pemimpin perampok itu.
Saat Bohrneer berada satu titik dihadapan Raquille untuk menyerangnya, seketika pemuda itu dengan cepat mendahului serangannya dengan langsung mengayunkan pedangnya menebas pemimpin perampok itu.
“Asal kau tahu saja… Kalau kumau… Kau bisa saja langsung kubunuh dari tadi,” kata Raquille kini dengan ekspresi serius.
Akibat serangan dari Raquille tersebut, pemimpin perampok itu terhempas sangat jauh, yang membuatnya langsung terkapar dan seketika kembali ke wujudnya semula.
Setelah memastikan bahwa pemimpin perampok itu sudah tidak berdaya lagi, Raquille kemudian berbalik dan menatap para perampok dengan menodongkan pedangnya ke arah mereka.
“Dan kalian para perampok lebih baik menyerah saja. Jika tidak hal sama juga akan terjadi pada kalian,” kata Raquille dengan mengancam.
Melihat pemimpin mereka telah dikalahkan oleh pemuda itu, para perampok pun sontak langsung kehilangan keberanian mereka untuk melawan Raquille. Mereka akhirnya pasrah dan memutuskan untuk menyerah dan langsung menjatuhkan senjata-senjata yang dipegang oleh mereka ke tanah.
Para warga yang melihat hal tersebut pun langsung mengikat para perampok dan menyita semua senjata mereka.
“Terima kasih tuan, berkatmu kota kami sekarang terbebas dari penjahat seperti mereka.”
“Akhirnya mereka bisa ditangkap.”
“Kali ini pasti tidak bisa kabur lagi.”
Para warga lain pun langsung memuji Raquille karena telah berhasil mengalahkan para perampok gunung sendirian.
“Tuan, apakah mereka semua akan dibawa ke kota Wattao?” Tanya salah satu warga pada Raquille.
Mendengar pertanyaan dari salah satu warga tersebut, Raquille tersadar akan sesuatu. Dia teringat bahwa pasukan bantuan dari kota Wattao mungkin akan segera datang ke kota itu secepatnya.
**
Kemudian nampak Fluke yang sedari tadi masih berada di atas menara pengawas. Saat mengamati sekitaran kota tersebut dari menara, tiba-tiba pria itu melihat dari kejauhan bahwa ada beberapa kendaraan yang datang menuju ke kota.
“Apa…? Apa mungkin itu para pasukan bantuannya?” Melihat hal tersebut Fluke kemudian langsung menuruni menara pengawas tersebut dan berlari untuk menemui Raquille.
**
“Eh… Kita tunggu saja yang lain kemari, mungkin mereka secepatnya akan sampai kemari,” jawab Raquille pada salah seorang warga untuk meyakinkannya.
Beberapa saat kemudian, Fluke datang dengan tergesa-gesa menghampiri Raquille.
“Ada apa paman? Kenapa kau tergesa-gesa?” Tanya Raquille.
“Hei nak… Aku tadi melihat dari atas menara, ada beberapa kendaraan yang datang kemari,” jawab Fluke, berbisik pada Raquille.
“Apa paman…? Apa mungkin itu para pasukan bantuan?” Ucap Raquille terkejut walau dengan nada yang pelan setelah mendengar pernyataan Fluke.
Belum lama Fluke mengatakan hal tersebut. Beberapa kendaraan yang dimaksud olehnya telah sampai di kota mereka.
Beberapa dari para warga kota sontak langsung terkejut melihat ada rombongan kendaraan lagi yang datang ke kota mereka. Mereka mungkin mengira bahwa rombongan kendaraan tersebut merupakan bala bantuan dari para perampok gunung.
Namun, beberapa dari para warga memang sudah mengira bahwa rombongan kendaraan tersebut merupakan pasukan bantuan dari kota Wattao. Beberapa dari mereka bahkan langsung yakin mengatakan bahwa rombongan kendaraan tersebut adalah para pasukan bantuan dari kota Wattao, dilihat dari bendera yang terpasang pada kendaraan-kendaraan tersebut.
Bendera yang terpasang pada kendaraan-kendaraan itu memiliki warna merah di samping sisi kiri dan kanannya, dengan warna putih yang membatasi kedua warna merah tersebut. Terdapat juga lambang api serta bintang berwarna emas yang berada ditengah bendera, serta garis berwarna biru di kedua sisi, yang membatasi warna merah dan putih.
“Bagaimana ini nak, itu pasti mereka.” Kata Fluke dengan khawatir.
“Tenang saja paman, aku juga perlu berbicara dengan mereka. Ada yang ingin kupastikan.”
Lalu dari dalam kendaraan-kendaraan tersebut, terlihat beberapa prajurit turun.
“Ada apa ini…? Kenapa mereka semua sudah tertangkap? Apa kalian yang melakukannya?” Tanya salah satu prajurit, yang merupakan pemimpin dari pasukan tersebut.
“Eh tuan, salah satu rekanmu yang mengalahkan mereka semua, kami hanya bertugas untuk mengikat mereka saja,” jawab salah seorang warga.
“Apa…? Rekan siapa? Kami saja baru sampai kemari dan tidak ada salah satu dari kami yang kemari duluan.” Dengan bingung pemimpin prajurit itu merespon pernyataan dari salah seorang warga.
“Apa tuan? Bukankah dia rekanmu yang merupakan salah satu dari prajurit berambut putih yang juga pernah datang kemari,” ucap salah seorang warga menunjuk orang yang dibicarakannya.
Pemimpin prajurit itu sontak langsung melihat orang yang ditunjuk oleh salah satu warga tersebut, yang tidak lain merupakan Raquille.
“Kau… Apa kau yang melakukannya? Siapa kau sebenarnya?” Pemimpin prajurit itu pun langsung bertanya kepada Raquille yang nampak terlihat asing baginya.
Para warga yang mendengar pernyataan dari pemimpin prajurit itu langsung terlihat kebingungan dengan apa yang pemimpin prajurit itu katakan.
“Kau bukan prajurit dari Fuegonia, aku mengenal semua ras Elfman yang menjadi prajurit di negeri ini, dan aku belum pernah sekali saja melihatmu sebelumnya. Katakan… Siapa sebenarnya kau?” Kata pemimpin prajurit itu dengan ekspresi serius langsung mengeluarkan pedangnya dan menodongkannya ke arah Raquille.
Seketika dalam sekejap mata Raquille telah berada di samping pemimpin prajurit itu.
*
“Apa…? Secepat ini dia sudah berada di sampingku? Siapa dia? Dan tekanan kekuatan besar apa ini yang kurasakan? Apa dia berada ditingkatan yang lebih tinggi dariku?” Dengan merasakan tekanan kekuatan intimidasi yang kuat, prajurit itu bertanya-tanya di dalam hati tentang siapakah Raquille sebenarnya.
**
“Kau seorang prajurit kan? Kau pasti mengerti apa yang akan terjadi jika kau berhadapan dengan orang sepertiku... Tapi tenang saja aku disini bukan untuk melawan kalian. Aku hanya ingin bertanya apakah Achilles Noroh memang merupakan prajurit di negeri ini?” Tanya Raquille pada prajurit itu.
“Jawab aku dulu siapa kau ini sebenarnya?” Tanya balik pemimpin prajurit itu merasa terintimidasi oleh tekanan kekuatan dari Raquille.
“Hmph… Baiklah… Namaku Raquille Noroh. Aku adalah adik dari orang yang barusan kusebutkan tadi. Mungkin saja kau pernah mendengar tentang aku?” Jawab Raquille membuka identitasnya pada pemimpin prajurit itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 335 Episodes
Comments