Satu Hari

cahaya matahari menembus jendela menyengat kulit, aku terbangun karenanya.

Cat kamar warna ungu favorit yang tak berubah, aroma lavender memenuhi ruangan, mata masih menatap langit langit kamar

"apa yang dia lakukan sekarang ?" - bergumam sendiri

"ceklek" - suara pintu terbuka, ibu memasuki kamar

"kau tidak mengunci pintu Layla" - ungkapnya, membawa sprei warna ungu motif bola

"apa ibu akan mengganti sprei dengan motif anak anak?" - mengernyitkan kening

"ibu lupa mengganti sprei mu, cepat mandi dan sarapan ... ibu akan mengganti sprei" - berjalan mengitari koper membuka lemari

"anak ibu sangat rajin, bahkan ia belum memindahkan baju bajunya ... lemari masih kosong, segera mandi ibu akan lakukan itu" - omel nya, aku bergegas mengambil handuk dan memasuki kamar mandi.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Rempah rempah coklat begitu terasa sebagai sabun mandi, shampo aroma greentea ku pilih untuk membersihkan rambut, bilasan air hangat membuat rileks

"akhirnya ini yang kutunggu"

hujan rintik rintik memenuhi kota, langit masih gelap kelabu, kicau an burung terdengar dari luar

menggosok gosok rambut yang basah, mata menatap pegunungan dari balik jendela

"di sanalah rumah paman Kadir" - menggerutu

hari ini aku mengenakan hem hijau, celana jeans coklat, dan sepatu boot.

Mengurai rambut yang ku warnai coklat sepanjang bahu

ibu tampak menunggu dimeja makan

"anak ibu keliatan cantik, dia akan menemui kekasihnya" - ejeknya

"ibu sudahlah, aku akan pergi untuk memastikan paman Kadir masih disana atau tidak"

"menurutmu, jika paman Kadir pindah kau akan mencari, Layla ?"

"aku akan mencari kemanapun ia untuk memastikan apa yang terjadi"

"sejak kamu mengikuti kami dan melanjutkan sekolah, paman Kadir mengabari ayahmu bahwa ia akan menjual rumah nya dan segera pindah ... lalu ayahmu bilang bahwa dia sudah tidak memiliki contact lagi dengannya" - terdiam, mencerna kata kata yang diungkapkan ibu

"ayah janji akan mengganti mobilku dari yang kupakai sejak jaman sekolah SMA ... kurasa aku tidak membutuhkan Honda Jazz lagi, aku ingin mobil sport"

"oh ya ... lalu kau ingin mengganti mobil yang bagaimana ?"

"aku ingin mobil Jeep seperti punya Haby atau Pajero ... ibu tahukan mobil Honda Jazz adalah mobil lamaku dan tidak pernah ganti sama sekali"

"apa kau mencari rumah paman Kadir dengan supir ayah ?"

"tidak bu, biarkan aku sendiri ... aku ingin berjalan jalan sedikit setelah lama tidak di Indonesia, aku akan naik bus"

"kau naik bus Layla?" - terheran

"biar nanti ibu ku telepon jika aku udah selesai dengan urusanku, pastikan supir ayah menjemput ku"

"oke Layla, berhati hatilah ... karena rumah paman Kadir berada di daerah pegunungan"

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Tepat pukul 11.00 siang aku meninggalkan rumah, berhenti di halte untuk menunggu bus

udara masih sangat dingin, kota Bogor masih tidak berubah, hujan adalah musim kami

"aku ingin mengetahui kabarnya, aku ingin melihat nya lagi, aku merindukan sorotan matanya yang menekan, menahan, dan menginterogasi ... aku merindukan suaranya yang menggema, pundak yang lebar, kulit yang putih, dan saat dia mengatakan dia menjaga ku dari ibunya hatiku berdegup kencang ... Ali"

semua kata kata untuknya ku kumpulkan menjadi satu buku agenda of Layla

hujan terus tak berhenti, melihat pemandangan jalan yang dipenuhi kehijauan, pohon pohon menjulang tinggi ke langit

semua orang di pegunungan memakai sepeda onthel menuju kebun dengan jas hujan telah memenuhi jalan, mataku mengamati keadaan diluar.

Bus yang aku tumpangi tidak penuh, aku hanya sendiri dalam deretan bangku

tiba tiba badanku menjadi sedikit lelah

perjalanan yang harus ditempuh 3 jam untuk sampai kerumah paman Kadir, biasanya aku mengebut membutuhkan waktu 2 jam perjalanan

tapi hari ini mobil lamaku dijual demi mengganti mobil baru

'hoamm' - menguap, melihat penumpang di sekeliling kosong dan hanya tinggal 5 penumpang.

\=\=\=\=\=\=

"Non, non sudah sampai non" - seseorang membangunkan ku, saat aku tertidur pulas

"oh maaf bapak, apa aku turun di halte ini ?" - kepalaku masih sangat pusing

"ya .. nona harus berjalan kaki untuk menaiki gunung karena bus ini hanya mengantar sampai halte bawah pegunungan tidak sampai pegunungan"

"ok baiklah bapak .. terima kasih" - bergegas mengambil tas selempang dan turun dari bus

hujan masih terus turun

"apa tidak ada kendaraan umum yang bisa mengantarkan sampai puncak, lumayan jauh jika harus berjalan kaki" - bergumam sendiri

waktu menunjukkan pukul 14.00 siang, melangkah kan kaki berjalan menuju puncak meski tidak tahu berapa jauh lagi yang harus ditempuh, tapi aku menguatkan diri dengan keringat bercucuran

"huft ... " - langkah terhenti tepat di sebuah warung

aku memesan nasi pecel dan satu gelas es teh ukuran jumbo karena separuh perjalanan membuat perut ku lapar dan haus

"hap ... hap" - lahap mengunyah masakan khas desa, terlihat beberapa orang pegunungan berhenti disini dan menikmati makanan

"berapa bu ?" - berdiri, setelah menghabiskan seporsi

"20ribu neng" - bergegas meninggalkan warung.

Saat ini waktu menunjukkan pukul 14.45 hujan mulai reda

menutup payung kecil dan memasukkan dalam tas, melanjutkan perjalanan

rasanya keringat telah terserap oleh baju dengan hawa dingin pegunungan

selang tak berapa lama terlihat gedung putih bangunan tinggi, langkahku tak sabar dan terus berjalan semakin cepat

jawaban dan orang orang yang ingin kutemui yang bersangkutan dengannya, orang orang yang pernah menjadi keluarga ku meski sesaat

"Ali ... apa kau sudah kembali, apa yang sedang kau lakukan, apa kau telah kembali kepada mereka ?" - pertanyaan pertanyaan yang mengganggu tidurku selama ini waktu perpisahan yang terus menyakiti, perasaan tanpa kusadari

"apa saat ini kau sedang bersama paman Kadir ?" - fikiran memenuhi otakku

tepat di depan sebuah pagar yang terbuka aku berhenti, mata mengamati sekitar meski tampak sepi seperti biasanya, tidak ada mobil terparkir

kakiku meraih pintu, tanganku gemetar untuk mengetuk "tok .. tok"

"permisi ... permisi" - 12 menit tidak ada jawaban

"tok ... tok" - berdiri dengan perasaan gugup

"ceklek " - seseorang membuka pintu, laki laki separuh baya memakai kaca mata namun aku tak mengenalnya

"cari siapa neng" - mengernyitkan kening, merasa asing

"hmm maaf nama aku Layla, aku puteri dari Ja'far Shodiq ... aku ingin bertemu paman Khadir Jhavaleen teman ayah" - suara lirih, terbata - bata

"maksud mu pak Kader" - terdiam sejenak

"iya iya .. apa bapak mengenalnya ?" - menunggu jawaban

"setahuku setelah dia menjual rumah ini kepada saya, saya sudah tidak tahu menahu tentang nya dan dimana dia, aku juga tidak terlalu akrab dengannya"

"oh ..." - kecewa

"apa bapak ada nomor telepon barunya ?"

"tidak ada non !!! itu sudah lama, setelah usai mengurus pergantian nama atas kepemilikan rumah, aku sudah tidak berhubungan lagi dengan dia"

"oh ..." - lagi lagi kecewa

"ok kalau begitu, Layla mau pamit dulu ... terima kasih bapak infonya" - bergegas pergi

langkahku masih tak berhenti melanjutkan perjalanan untuk bisa sampai ke puncak gunung, tapi ada seseorang yang ingin kutemui dan ini searah.

Dia adalah nenek Margareth yang merawat Mariah, kuharap aku bisa bertemu dengan nya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!