Binar tersenyum melihat interaksi putranya dengan kakaknya meski beda ibu dan Adam memperlakukan keduanya dengan baik dan adil, ia seolah merasa menjadi seorang ibu. Jujur saja, terlepas dari siapa Andra, ia tetap menyayangi anak itu yang merupakan anak suaminya.
Masalah masa lalu, ia sudah melupakannya dan memaafkan Adam, ia ingin hidup tenang dan memulai hidup baru, tapi masalahnya wanita yang duduk di sampingnya dan hanya meja yang memisahkan jarak keduanya.
"Sampai kapan?" tanya Ayu mengeluarkan suara tanpa melihat ke arah Binar.
"Maksud mu?" tanya Binar berpura-pura tidak tahu.
"Kau pura-pura bodoh atau pura-pura pikun?" tanya Ayu, seketika wajahnya menatap Binar.
Binar menopang dagunya dan tersenyum, seakan perkataan Ayu angin lalu. "Aku mau melepaskan Mas Adam, tapi Mas Adam tidak ingin melepaskan aku, lalu aku harus bagaimana?"
"Kau jangan egois Binar!" Ayu menyentak dengan mencaci namanya. "Andra butuh Adam," berang Ayu. Semakin melihat Binar dengan wajah santai semakin ia membencinya.
"Kau pikir hanya Andra? anak ku Abra juga butuh Adam, bukan hanya anak mu."
"Dan kau sebagai seorang wanita dan seorang ibu jangan egois,"
"Aku bisa menjadi istri kedua untuk Adam."
Telinga Binar terasa panas, perkataan Ayu bagaikan jarum yang menancap di hatinya. Kali ini ia tidak bisa mengabaikan perkataan Ayu yang membuat seluruh badannya terasa panas.
"Berapa sakit hati mu?" Binar ingin tersenyum, namun hatinya tak merelakannya untuk tersenyum. "Berapa tingkat kegilaan mu? katakan, rumah sakit jiwa mana yang ingin kamu masuki?"
"Seharusnya yang gila dan tidak tahu malu adalah kau Binar, kau sudah tahu suami mu memiliki anak dengan masa lalunya, tapi kau tidak tahu malu dan mengemis cintanya. Aku masih ingat perkataan mu yang mengemis cinta Adam, mungkin saja sekarang dia kasihan pada mu."
"Kasihan, lalu au ah au ah yang aku lakukan tadi pagi hanya kasihan dan hanya hasrat? bagaimana kalau aku hamil anak Adam?"
"Binar!" bentak Ayu, seandainya Binar memang benar hamil, tentu saja posisinya akan semakin terancam. Ia tidak akan membiarkannya.
"Kita lihat saja," ucap Ayu. Dia beralih menatap Adam dan Andra putranya, sedangkan Abra, ia melihat anak itu hanyalah pengusik dan ia akan melakukan apa pun agar putranya mendapatkan kasih sayang yang lebih dari Abra. Dia akan menyingkirkan batu krikil yang menghalanginya.
Binar mengalihkan pandangannya, perkataan Ayu terngiang-ngiang di kepalanya. Otaknya seakan menjadi kapal pecah yang tak bisa berpikir apa-apa lagi.
***
"Papa?" Andra mendongak, lalu melihat seorang anak yang juga mirip dengan papanya yang berada di pangkuannya. Kini mereka duduk di atas rumput di bawah pohon mangga.
"Apa Papa akan menyayangi Andra?"
"Iya sayang, tentu saja," ucap Adam sambil mengecup kening Andra.
"Tapi aku tidak ingin ada Adik Abra," ucap Andra.
Adam menghela nafas, bagaimana ia bisa meyakinkan Andra, kalau Abra sangat membutuhkannya.
"Aku kehilangan Papa, sedangkan Abra tidak."
"Maafkan Papa, itu semua salah Papa. Maaf, Papa tidak bisa meninggalkan Abra. Dia putra Papa juga dan Adik kamu."
Andra memanyongkan bibirnya, ia tidak ingin berbagi Papa, apa lagi dirinya telah di tinggalkan begitu lama. "Papa pilih Andra atau Abra?"
"Papa tidak bisa memilih kalian, kalian putra Papa, jantung Papa dan hati Papa. Jadi Papa mohon Andra jangan membuat pilihan."
"Andra ingin melihat Papa dan Mama mengantar Andra ke sekolah, seperti yang lainnya."
Adam baru ingat, kalau sebentar lagi Andra akan memasuki usia sekolah. Ia pasti akan di sibukkan untuk mengantar Andra, nanti ia akan berbicara dengan Binar masalah Andra. Ia tidak mau nantinya ada kesalahpahaman.
"Andra, Binar juga Mama mu, istri Papa. Kalau masalah untuk bersama, Papa tidak bisa, saat kau dewasa nanti, kau akan mengerti."
"Aku tidak tahu masalah orang dewasa, tapi aku ingin Mama dan Papa bersama, seperti yang lainnya."
Adam menunduk lesu, walaupun Andra harus kecewa dengan jawabannya, tapi inilah dia. Dia harus mengatakannya pada anaknya, cintanya untuk Ayu telah pudar, ia tidak bisa menyakiti Binar lagi dan lagi.
"Maafkan Papa sayang,"
Andra bangkit dari pangkuannya, dadanya naik turun dan hidungnya kembang kempis. "Papa Jahat!" teriak Andra dengan penuh amarah dan membuat Abra terkejut dan menangis. Dia pun berlari, sedangkan Adam memanggil Andra, tapi ia tidak melupakan putranya yang menangis dan menenangkannya. Ia hanya menatap jauh putranya yang menyeret sebelah tangan Ayu untuk mengikutinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
scarlet
Thor,,, terlalu byk typo,, nama yg ketukar,, kdg bingung bacax
2022-09-17
5
Tati Aulia
kesihan si andara nanti jadi salah paham
2022-09-17
0
Lina Erlawati
anak dijdkn tameng, diksh racun
2022-09-17
2