"Aku sekarang berada di jalan Xxx," ucapnya sambil melirik Binar dan putranya Abra. Selang beberapa saat dia pun mematikan ponselnya, lalu memasukkan ponselnya kedalam sakunya dan duduk kembali di atas karpet menemani putranya bermain robot dan mobil-mobilannya.
Adam menggunakan remote di tangannya, menggeser kekanan ke kiri dan membuat mobil merah itu berjalan mengelilingi Baby Abra.
Bocah itu dengan lincah ingin menangkap mobil yang berjalan di depannya dan langsung jatuh tengkurap membuat dagunya terbentur ke lantai. Sontak anak itu menangis membuat Adam panik dan melempar remote itu begitu saja.
"Sayang, maaf.. maaf," ucapnya langsung mengelus dagu baby Abra. Dia menimang-nimang baby Abra sambil melihat dagunya.
Binar melihat ke dalam mulut baby Abra, ternyata luka dan berdarah. "Pasti perih," ucapnya.
"Sayang maafkan Papa,"
"Adam!" seru seseorang berteriak. Kedua orang itu menoleh dan melihat seorang wanita tengah berjalan ke arah mereka.
"Mama," sapa Binar.
"Kenapa dengan Abra?" tanya Mama Mahira. Dia begitu panik melihat cucunya menangis tersedu-sedu. "Kamu apakan dia Adam?" bentak Mama Mahira. Dia mengambil alih cucunya.
Seketika tangisnya mereda, sepertinya merasa nyaman di dalam gendongan sang nenek.
"O iya Adam, ada sesuatu yang Mama ingin katakan." Mama Mahira beralih duduk di sofa, sedangkan Binar menyiapkan teh dan jus serta camilan. Dia pun membawa camilan kue bronies itu serta teh dan jus jeruk, kemudian meletakkan di hadapan Adam dan Mama mertuanya.
"Mama mau mengatakan apa?" sambung Binar. Dia duduk di dekat Adam dan berhadapan dengan Mama Mahira.
"Tadi Ayu ke rumah Mama mencari Adam."
Binar menoleh pada suaminya dan Adam tersenyum mengelus pucuk kepala istrinya.
"Andra merindukan mu," ucap Mama Mahira.
"Sebaiknya kau temui Andra Mas, kasihan dia," ucap Binar. Ia tidak boleh egois membuat seorang anak berlarut-larut merindukan sosok papanya.
"Tapi sayang, kamu tidak akan merasa senang dengan kehadiran Ayu," ucap Adam. Ia tidak ingin istrinya merasa tidak nyaman, apa pun sekarang ia lakukan. Ia akan ijin pada istrinya dan tidak akan menutupi apa pun.
Hati Binar terhunyuh, ternyata suaminya memang benar-benar berubah dan memikirkan perasaannya.
"Aku tidak mau ada kesalahpahaman." Imbuh Adam. Dia menggenggam sebelah tangan Binar. Ia tidak mau kehilangan lagi dan lagi.
"Bagaimana kalau kalian menemui saja mereka? Adam, kalau kau ingin bertemu dengan Andra. Kau bisa mengajak Ayu, jangan ada perkataan apa pun yang bisa membuat mu berbohong atau apalah, yang jelas Mama tidak mau membuat menantu Mama pergi lagi."
"Tentu Ma, ini janji Adam akan membahagiakan Binar, cukup kebodohan dulu yang ia lakukan.
"Cepat atau lambat aku memang harua menghadapinya, karena sudah ada Andra pasti aku bertemu dengan Ayu."
Mama Mahira begitu senang mendapatkan menantu seperti Binar, sosok wanita yang mau menerima anaknya yang telah melakukan hal senonoh dan menghasilkan anak.
"Mama juga harus mengakui Andra, bagaimana pun juga, Andra cucu Mama." Nasehat Binar dengan hati-hati agar tidak menyinggung hati Mama Mertuanya.
"Iya, demi Binar."
Mereka pun saling tersenyum dan kembali mengobrol santai sambil bercanda gurau bersama baby Abra. Keluarga itu tampak harmonis setelah terjangan ombak yang menghadangnya.
Tak terasa malam sudah tiba, kini langit yang cerah di gantikan dengan langit malam dan kerlap-kerlip bintang yang menghiasi cuaca malam ini. Di luar tampak gerimis dan udara mulai dingin.
Adam dan Mama Mahira serta makan malam bersama dengan nikmat dan ocehan Baby Abra yang entah tak tahu apa yang dia ucapkan.
Selang beberapa saat, terlihat mobil hitam memasuki pekarangan rumah. Papa Ardey keluar, lalu di susul pintu belakang yang sama-sama terbuka. Siapa lagi kalau bukan adik-adik Binar. Kini mereka bersekolah di SMA yang sama dan Papa Ardey telah menyiapkan surat perpindahan mereka.
"Pa, ini rumah kakak, sepertinya..."
Laki-laki berhidung mancung itu melihat sekeliling rumah itu, tidak sama seperti yang ia kunjungi terakhir kali.
"Kakak kalian berpindah sementara waktu di sini," ucap Papa Ardey. Ia merasa tidak nyaman dengan adik-adik Binar kalau mereka tahu yang sebenarnya.
"Ya sudah, Ayo masuk," ucap Papa Ardey.
Kedatangan si kembar itu pun di sambut hangat oleh Binar. Dia begitu merindukan adik kembarnya yang telah ia tinggalkan beberapa tahun ini dan tinggal dengan buk de mereka.
"Papa, Farhan, Nadira, ayo makan dulu," ucap Binar.
"Farhan, Nadira, ayo makan dulu. Kalian pasti lapar," ucap Mama Mahira.
"Loh, Papa kok gak di ajak makan," canda Papa Ardey membuat semua orang tertawa.
Ketiga orang itu pun mengikuti Binar dan memakan makan malam yang telah di siapkan oleh Binar. Binar merasa senang akhirnya bisa berkumpul lagi dengan kedua adiknya. Ia bersyukur bisa di pertemukan kembali dengan kedua adik-adiknya.
Tap
Tap
"Maaf menggangu," ucap Seorang laki-laki berjas hitam.
Adam menoleh, ia langsung menghapus sisa makanannya di mulutnya dengan sebuah tisu. Beberapa hari yang lalu, dia meminta Asistennya untuk mengatur test DNA dengan Andra, apa benar anak itu adalah darah dagingnya.
"Kita ke ruang tamu, kalian lanjutkan dulu," ucap Adam.
"Jadi bagaimana?" tanya Adam.
Sang Asisten pun memberikan sebuah kertas yang berlabel nama rumah sakit, dia membaca dengan teliti dan benar 99% hubungan Ayah dan Anak sangat cocok. "Ternyata dia benar putra ku," ucapnya.
"Adam, apa kau melakukan test DNA?" tanya Papa Ardey yang muncul di belakang Adam. Ia tidak jadi makan lantaran melihat sang Asisten dan membuatnya penasaran.
"Benar, Pa. Dia memang putra ku."
Papa Ardey menghela nafas panjang, dia menyandarkan tubuhnya yang terasa lelah, bukan hanya tubuhnya, tapi pikirannya. "Lalu mau mu sekarang seperti apa? bagaimana kalau ternyata Ayu meminta mu untuk menikahinya."
"Tidak Pa, aku akan mengakui Andra, tapi tidak untuk menduakan Binar."
Papa Ardey setuju, ia tidak setuju kalau akhirnya Ayu masuk ke dalam rumah tangga Binar.
Mama Mahira dan Binar mendekat, mereka penasaran dengan obrolan para laki-laki itu.
"Sebenarnya ada apa?" tanya Mama Mahira.
Adam menyodorkan kertas itu dan Binar juga ikut membacanya.
"Sekarang semuanya sudah jelas, mau tidak mau Andra memang anak kandung mu, Mas." Sekalipun Binar kecewa, tapi sekarang percuma ia kecewa karena ini masa lalu, tapi ia tidak tahu apa akhirnya Andra mau menerimanya sebagai ibunya.
"Maksud Kakak apa?" tanya Nadira.
"Duduklah di sini, Papa akan menceritakan semuanya," ucap Papa Ardey. Kedua adik Binar yang telah ia anggap seperti anak sendiri juga berhak tahu apa permasalahan kakaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Erlina Purwanty Moe
moga Ayu gk ngrusuh dah
2022-11-07
0
FraNitha
tapi feelingku kok Andra anak alm kakak Adam ya 😔
2022-09-13
0
FraNitha
Alhamdulillah akhirnya Adam kembali bersama Binar,, BAGUS Thorr pokoknya buat Adam mempertahankan cinta Binar/istri sah dan buat Binar berani hadapi kelicikan Ayu,, JANGAN sampai tokoh utama selalu terdzolimi..
2022-09-13
1