#Tidak Mengakui

Adam menaiki sepeda motor itu, ia tidak pernah berpikir kalau dirinya selama ini telah melupakan sepeda motor, semenjak dia lulus dari SMA, dia langsung di manjakan dengan mobil mewah.

Baby Abra pun semakin melonjak-lonjak dari gendongan Binar, seolah dia tidak sabar ingin menaikinya.

Binar yang meras ragu, tapi akhirnya ia mengikuti saja, menuruti kemauan anaknya. Entah apa yang akan terjadi di jalan?

Tanpa rasa ragu Adam mulai menjalankan sepeda motor itu, para penjaga pun di buat tercengang, baru kali ini dia melihat majikannya menaiki sepeda motor setelah sekian tahun lamanya.

"Adam, kau yakin? kau tidak membuat kami terjatuh kan?" tanya Binar dengan ragu, sejak tadi sepeda motor itu berlenggak lenggok. "Kalau kau ingin jatuh, jangan mengajak kami."

"Ee ... "

Adam mengerem mendadak, jiwanya laki-laki tidak terima di remehkan oleh istrinya. "Kau meragukan ku? aku bisa, ini hanya masalah kecil," ucap Adam. Sejujurnya ia tidak merasa yakin, tapi ia tidak bisa di remehkan begitu saja.

"Ya sudah, jalan saja lurus."

Baby Abra pun tertawa riang, kedua tangannya melambai ke belakang, entah apa yang di lihat bocah gembul itu, seakan sangat menikmati jalan-jalan pagi bersama kedua orang tuanya.

"Pa, pa, .... "

Adam tersenyum, putranya sudah bisa memanggilnya Papa. "Boy, kau sudah bisa memanggil Papa ya?"

"Baru sadar?" tanya Binar dengan nada mengejek.

Adam terdiam, benar, dia baru menyadarinya, saking sibuknya dunia kerja dia tidak tahu kalau putranya sudah bisa mengoceh.

"Sebaiknya kita balik, anak mu membutuhkan mu," ucap Binar yang merasa jengah. Separuh hatinya merasa senang, tapi separuhnya tidak, ia merasa kesenangan ini tidak bisa di lanjutkan.

"Baby Abra masih ingin jalan-jalan Binar,"

Binar tak menjawab, dia lebih fokus pada Abra, sering kali mencium pipi gembulnya.

"Binar, apa kau tidak bisa menerima Andra?" tanya Adam yang membuat jantung Binar seketika merasa sesak.

"Kau ingin menikah, aku sudah mengatakannya pada mu, aku tidak akan menerimanya, kau mau menyalahkan aku? terserah? aku tidak peduli, karena aku juga merasakan sakitnya."

"Kadang aku berpikir, lebih baik aku yang menyakiti dari pada di sakiti."

Adam menghentikan sepeda motornya di sebuah taman kecil, suasana taman itu begitu enak di pandang, di berbagai tempat, di bawah pohon ada beberapa orang tua yang beralas karpet dan sangat menikmati kebersamaan keluarga. Ada yang jalan-jalan, ada juga yang bersepeda.

"Kau selalu di sini?" tanya Adam, dia menoleh pada Binar yang fokus pada putranya.

"Iya aku sering ke sini," ucap Binar. Dia pun mengoceh pada Abra, lalu berjalan santai dengan Binar.

"Neng Binar," sapa seorang ibu-ibu yang berseragam olahraga. Ketiga ibu-ibu yang sering menemani Binar pun kini terlihat senang dan menyapanya, sejak tadi mereka memang menunggu kedatangan Binar.

"Wah Abra yaa," seorang ibu berambut kriting mencoel pipi gembul Abra dan bocah itu malah tersenyum lebar menanggapinya.

"Gemesnya," ucap ibu-ibu serempak.

"Eh, Neng kami sempat khawatir kalau kamu tidak kesini,"

"Iya, tadi kami berpikir kalau terjadi sesuatu pada Neng Binar dan Abra."

"Tidak kok Bu, kami memang berniat kesini, tadi Abra juga rewel," ucap Binar.

Ehem

Sebuah derheman itu membuat ketiga ibu-ibu menoleh dan Binar memejamkan kedua matanya, ia lupa keberadaan suaminya. Ia kira, pria batu itu tidak akan mengikutinya.

"Neng Binar, dia siapa?" tanya ibu berbaju kuning, dia begitu terpana terhadap wajah tampan Adam.

"Iya, Neng, suaminya Neng kan?"

"Iy ..."

Sebelum Adam menjawab, Binar lebih dulu memotong perkataannya.

"Bukan Bu, dia sepupu ku," ucap Binar cengengesan.

Seketika amarah Adam melonjak, dia langsung menarik tangan Binar ke tempat lain. Hatinya begitu nyilu saat istrinya tidak mengatakan siapa dirinya.

"Binar, apa-apaan kamu?" geram Adam. Dia menatap tajam Binar dan tanpa terasa cengkraman di lengannya bertambah kuat. Binar menahan sakit di lengannya yang tidak seberapa seperti hatinya.

"Aku malu? aku malu saat semua orang mengetahui kalau kau suami ku dan ternyata suami ku memiliki anak dari orang lain, mau taruh di mana muka ku, hah? aku meminta berpisah kau ... "

"Cukup Binar, jangan membahas hal yang sudah aku larang, kalau tidak aku akan mengambil hak asuh Abra," ucap Adam menekan. Hatinya begitu sakit saat Binar selalu mengungkit perpisahan. "Kita Pulang,"

Terpopuler

Comments

Soraya

Soraya

katanya Abra dh dua tahun kok baru bisa manggil papa

2025-03-13

0

Siti solikah

Siti solikah

duh laki2 macam Adam ini pantas di bumi hanguskan

2025-04-17

0

Erlina Purwanty Moe

Erlina Purwanty Moe

egois sekali kau Adam maruk

2022-11-07

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!