Papa Ardey mendaratkan bokongnya kembali ke sofa, benar, ia butuh sesuatu yang harus di tuntaskan dengan mereka. "Duduklah, aku butuh bicara dengan kalian."
Ayu menyeret pelan anaknya, Andra untuk ikut duduk bersamanya. Hatinya pun was-was dengan arah pembicaraannya.
"Adam, sampai kapan kau terus berdiri menatap punggung istrinya yang sudah menghilang?" tegur Papa Ardey membuat Adam tersindir. Papa Ardey seolah mengatakan kalau saat ini dirinya sudah tidak di pedulikan lagi oleh istrinya.
"Adam!" bentak papa Ardey. Dia tidak sabar ingin meluapkan unek-unek di kepalanya.
Pria itu pun menurut, namun hawa hitam terus mengelilingi tubuhnya. Ia ingin mengejar Binar dan putranya, tapi kakinya seakan enggan untuk melangkah.
"Ada seseorang mengatakan pada ku, ada orang tua mengajak ke neraka dan ada juga orang tua mengajak ke surga, contohnya perceraian."
"Ada orang tua yang tidak menyukai menantunya dan menyuruhnya bercerai padahal mereka saling mencintai, ada juga orang tua yang ingin mempertahankan pernikahannya dengan harapan hati anaknya segera terbuka."
"Adam, kami selalu berusaha menjadi orang tua terbaik untuk mu, tapi sepertinya kami bukan orang tua yang baik untuk mu."
Dia tersenyum miris pada Adam, seakan ia gagal mendidik putranya.
"Dari awal kami diam, bukan berarti kami tidak mengawasi kalian, tapi sepertinya kesabaran Binar tidak ada artinya untuk mu. Adam, sebagai orang tua seperti ku dan Mama mu, sangat berat mengatakan perceraian. Karena kami berprinsip, aku ingin putra ku memiliki wanita yang baik di sisinya, tapi sepertinya pilihan kami salah di mata mu."
"Apa aku bukan wanita yang baik Pa?" sela Ayu, ia merasa papa Ardey mengatakan kalau dirinya bukan wanita yang baik.
Papa Ardey menggeleng, "Semua orang baik, hanya saja sifat dan wataknya saja yang membedakan. Kami tidak merestui mu, karena kami hanya mengikuti kata hati kami dan alasannya, tentu Adam tau. Tetapi, alasan apa pun itu sepertinya tidak berarti apa-apa untuk Adam."
"Pa, aku belum menceraikan Binar dan tidak akan ada kata perceraian."
"Kenapa? kau menyukai Binar? kau sudah sadar atau hanya karena Abra?" Papa Ardey menghembuskan nafas dalam di dadanya, rasanya begitu sesak dan menyakitkan.
"Kau menyayangi anaknya, kau seharusnya menyayangi ibunya," imbuhnya lagi.
Adam merasa tertampar, dalam hati ia pernah menginginkan bersama Abra, meluangkan waktu untuk putranya, tapi rasa enggannya terlalu tinggi.
"Di hati mu masih ada Ayu kan?"
Deg
Ada rasa tertentu yang merasuki jiwa Ayu, jantungnya berdebar-debar dan kedua pipinya bersemu merah.
"Binar sudah mengiklaskan mu, Papa dan Mama juga sudah mengambil keputusan ini. Kami tidak akan ikut campur dalam urusan mu lagi,"
"Pa,"
"Adam," potong Papa Ardey, dia pun perlahan bangkit dan menatap sayu pada putranya. "Kalau anak itu terbukti anak mu, dia juga butuh pengakuan kan, semuanya aku serahkan pada Binar. Dia yang akan mengambil keputusan, sejujurnya Papa berharap kalian bersama, tapi sepertinya ... "
Ia menghentikan pembicaraannya karena sudah lelah dengan sikap keras kepala putranya.
Adam lebih memilih diam, setiap perkataan ayahnya membuatnya tertohok dan kalah telak. Ia seakan tidak mampu menyangkalnya. Ayah dan Mamanya seakan memiliki empat mata.
"Papa maafkan aku, kalau Andra membuat keluarga ini terpecah belah, aku merasa bersalah," sela Ayu dengan cepat.
"Tidak, seperti yang kau pikirkan. Andra pasti butuh pengakuan dan sosok ayah kan? dan Abra juga tidak butuh sosok ayah. Aku rasa kau ingin kembali."
"Pa cukup," Adam menyela. Dia pun langsung pergi meninggalkan kedua orang itu. Kepalanya seakan meledak, ia tidak ingin memperkeruh otaknya sehingga tidak bisa memikirkan hal lainnya.
"Tunggu Adam, kau harus di sini. Papa belum selesai bicara," ucap Papa Ardey.
"Pa aku tidak mau membahasnya," ucap Adam sambil memutar tubuhnya menatap sang Ayah.
"Papa," Ardan yang tidak mengerti apa pun, ia malah berlari memeluk kedua kaki Adam, membuat pria itu merasa kasihan. "Papa,"
Papa Ardey pun menghampiri Adam. "Sepertinya kau harus memilih, melihat wajahnya seperti dirimu, papa yakin itu anak mu, tapi kau bukan pria pengecut kan?"
"Kalau kau ingin mempertahankan Ayu, maka kau harus menceraikan Binar. Tidak ada wanita yang ingin di poligami walaupun tidak di cintai," ucap Papa Ardey lalu meninggalkan Adam.
Ayu yang mendekat, dia merasa bersalah pada Adam. Namun anaknya tetap membutuhkan sosok Adam.
"Mas maafkan aku," lirih Ayu dengan mengeluarkan air matanya.
"Ini bukan salah mu, saat ini aku tidak bisa memberikan jawaban apa pun."
"Mas, aku tidak masalah kalau kau tidak mencintai ku lagi, tapi Andra butuh sosok dirimu."
Adam merasa iba pada bocah kecil di hadapannya. Lima tahun bocah itu tidak mendapatkan kasih sayangnya.
"Abra masih bisa melihat sosok mu, tapi dia tumbuh tampa sosok mu."
"Pa, malam ini aku ingin menginap di sini," ucap Andra.
Adam luluh, anaknya itu begitu memohon padanya. Ia tidak tega, sepertinya memang benar kalau dia adalah putranya.
"Lihat Mas, dia begitu merindukan mu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Siti solikah
bagus
2025-04-17
0
tris tanto
dtng 5 taon kemudian tp anak ayu umur 2 taon trus anaknya adam sm binar baru bbrp bln,ini konsepnya gmn yak,,
2024-02-04
0
Khasanah Mar Atun
ok,andra butuh sosok ayah tp ap ayu tuh g tau malu. datang dah 5 th kemudian...alasan tdk menghncurkan pernikahan adam.hello women dulu atau sekrg klo kmu datang minta tgjwb tetep sm menghncurkn pernikahan. bener yg di blng binar, knp dtng sblm adam nikh sm perempuan lain. kan nm nya ngadiadi si ayu nih.
2024-01-20
0