Serana
Pukul enam pagi. Matahari bahkan masih malu-malu untuk menampakkan dirinya, namun Kalea sudah dibuat emosi sejak mendudukkan diri di ruang tengah beberapa menit yang lalu. Penyebabnya adalah agenda perjodohan yang sudah sering dibahas oleh kedua orang tuanya sejak beberapa bulan belakangan. Sebuah perjodohan konyol yang sama sekali tidak masuk di akal Kalea.
Papa masih terus mengoceh tentang laki-laki yang akan dijodohkan dengannya, sementara Mama tampak begitu antusias menanggapi setiap cerita Papa di saat Kalea hanya memandang keduanya tanpa minat. Sekarang ini, Papa dan Mama terlihat seperti orang tua laknat yang sedang merencakan untuk menjual anak semata wayang mereka kepada lelaki asing yang entah bagaimana bentuknya.
"Ini bukan demi perusahaan. Serius, ini demi hidup kamu," kata Papa untuk yang ke-sekian kalinya. Kalea hanya menanggapi dengan dengusan diiringi bola mata yang berputar jengah. Apanya yang bukan demi perusahaan? Jelas-jelas perjodohan ini diadakan demi kelangsungan perusahaan mereka. Agar perusahaan yang dirintis dengan susah payah oleh Papa bisa semakin berkembang dan dikenal banyak orang.
Well, walaupun tanpa perjodohan ini pun sebenarnya perusahaan Papa sudah cukup dikenal. KL Group bukanlah perusahaan sembarangan. Dalam kurun waktu sepuluh tahun, perusahaan yang semula hanya berupa agensi hiburan kecil itu telah menjelma menjadi perusahaan entertainment besar yang sukses mendebutkan banyak artis dan aktor hebat. Selain memiliki rumah produksi sendiri, KL Group juga telah melebarkan sayap ke dunia modeling. Ada beberapa model di bawah naungan KL Group yang berhasil dikontrak menjadi brand ambassador untuk merek pakaian terkenal dunia.
Tapi agaknya semua pencapaian itu masih belum cukup bagi Papa, sehingga pria tua itu masih saja berusaha membuatnya menikah dengan seorang laki-laki yang katanya merupakan pewaris tunggal MC Group, perusahaan penyiaran yang termasuk ke dalam salah satu dari tiga perusahaan penyiaran terbesar di negeri ini.
Kalea sendiri tidak tahu seperti apa rupa laki-laki itu. Padahal Papa bilang namanya ada di mana-mana dan tampangnya sering muncul di berbagai media baik cetak maupun digital. Masalahnya, Kalea tidak tertarik dengan hal-hal semacam itu. Alih-alih menonton televisi yang isinya kebanyakan cuma sinetron dengan tema mainstream ataupun gosip perceraian artis, Kalea lebih suka menghabiskan waktu di studio kecil miliknya, berkutat dengan kuas dan cat untuk menghasilkan karya seni yang estetik.
"Anaknya ganteng loh, Kal." Itu suara Mama. Terdengar girang dan matanya berbinar seolah baru saja menemukan kotak harta karun yang isinya berlian senilai ratusan juta dolar.
Kalea menghela napas. Memangnya seganteng apa sih laki-laki itu? Lebih ganteng dari Lee Jeno, personil boyband NCT asal Korea Selatan yang sedang digandrungi banyak anak muda itu? Kalea rasa tidak. Seganteng-gantengnya laki-laki itu, paling juga tidak lebih ganteng dari aktor-aktor yang ada di bawah naungan KL Group. Di mana tidak ada satu pun yang berhasil menarik minat Kalea.
"Performanya di perusahaan juga bagus. Dia berhasil naikin nilai saham perusahaan sampai dua puluh persen cuma dengan kehadirannya di salah satu event yang diselenggarakan oleh perusahaannya. Nggak cuma ganteng, Kal, dia juga pintar," celoteh Papa begitu riangnya. Dari sorot matanya yang secerah matahari pagi di luar sana yang mulai berani menampakkan diri, Papa seolah ingin mengatakan kepada dunia betapa Papa mengagumi sosok pemuda yang sedang ia ceritakan itu. Lebih dari itu, Kalea merasa Papa seperti sedang membanggakan anak kandungnya sendiri.
"Kalea nggak mau." Kekeuh Kalea. Dia merasa umurnya masih terlalu muda untuk terjebak dalam perjodohan konyol ini. Daripada menghabiskan waktu bersama seseorang yang sama sekali tidak dikenal, Kalea lebih tertarik untuk menggoreskan lebih banyak tinta ke atas kanvas kosong yang berserakan di studionya.
"Coba untuk ketemu aja dulu, Kal. Kenalan pelan-pelan. Papa nggak minta kamu untuk langsung nikah sama dia besok, kok." Papa berujar santai, masih berusaha membujuk Kalea untuk menyetujui ide gila ini.
"Kal," Mama meraih tangan Kalea, membawanya ke dalam sebuah genggaman yang hangat. Mata Mama yang semula berbinar cerah mendadak berubah sendu, membuat Kalea kembali menghela napas entah untuk ke-berapa kalinya. "Pleaseeeeee... Mama nggak pernah minta apa-apa sama kamu, kan? Sekaliiii aja, Kal. Mama cuma mau kamu coba untuk kenal sama anak ini." Mama mulai menampakkan raut melasnya. Sial. Mama tahu betul kelemahan Kalea. Dia paling tidak bisa melihat wanita yang telah melahirkannya itu bersedih.
"Mama kenal baik sama ibunya, makanya Mama berani bahas soal perjodohan ini. Kal, Mama tahu kamu pasti mikir perjodohan ini semata-mata demi kepentingan perusahaan, tapi percaya deh sama Mama, nggak cuma itu alasannya."
Akhirnya, Kalea kalah juga. Walaupun sebenarnya dia masih punya seribu satu alasan untuk menolak permintaan Mama, tapi saat mata Mama semakin sendu dan raut wajahnya seperti orang yang sedang putus asa, Kalea tidak kuasa untuk tidak menganggukkan kepala.
"Oke, Kalea akan coba ketemu dulu sama dia," kata Kalea, yang sontak disambut sorak-sorai oleh kedua orang tuanya. Entah ke mana perginya tatapan sendu dan raut putus asa di wajah Mama, sebab kini wanita itu asyik memeluk Papa dan berteriak kegirangan.
"Besok kamu ketemu dia di Ballada Cafe, ya. Pas jam makan siang," ujar Papa dengan senyum semringah.
"Hmmm." Kalea hanya berdeham sebagai jawaban. Entah apa yang akan dia lakukan setelah ini, itu akan Kalea pikirkan nanti. Sekarang dia ikuti saja dulu kemauan orang tuanya, daripada dua orang tua itu berubah jadi reog. Kan nggak lucu.
"Kamu mau sarapan apa? Mama siapin sekarang." Mama tiba-tiba bangkit dari duduknya, berkata dengan semangat menggebu-gebu seperti baru saja menemukan kembali separuh nyawanya yang hilang.
"Terserah Mama aja, Kalea mau ke studio dulu. Panggil aja kalau sarapannya udah siap."
Tidak menunggu sampai Mama memberikan respons, Kalea ngeloyor begitu saja meninggalkan ruang tengah. Kaki-kaki kecilnya mengayun pelan menaiki tangga. Satu persatu anak tangga itu dia daki, sampai akhirnya dia tiba di lantai 3, tempat di mana studionya berada.
Tangan Kalea terangkat untuk membuka kenop pintu, tetapi urung dan malah berakhir duduk sembari memeluk lututnya sendiri di depan pintu studio.
Hela napas keluar begitu saja. Hela napas yang sarat akan keputusasaan yang entah berasal dari mana. Mungkin dari mimpi sederhana yang baru saja dipatahkan? Mimpi sederhana Kalea untuk bisa mengadakan pameran untuk lukisan-lukisan yang telah dia buat sebelum memutuskan untuk menikah. Kalea sudah menyimpan mimpi itu selama bertahun-tahun, tetapi mungkin mimpi itu tidak akan tercapai karena firasatnya mengatakan perjodohan ini akan tetap dilanjutkan apa pun yang terjadi.
Bahu Kalea yang semula tegak perlahan-lahan merosot. Kepalanya ditumpukan di atas lutut, menghadap ke samping, pada lorong lantai 3 yang di sepanjang dindingnya terpajang lukisan-lukisan miliknya yang diciptakan sedari dia masih sangat muda. Salah satu yang begitu menarik perhatiannya adalah sebuah lukisan yang menampakkan seorang anak laki-laki berlarian di tengah padang rumput hijau. Walau lukisan itu hanya menampakkan sisi belakang dari anak laki-laki itu, Kalea tetap bisa merasakan bahwa anak laki-laki itu sedang tersenyum.
"Hah... kamu di mana? Kalau sekarang ini kamu ada di sini sama aku, mungkin nggak kalau kamu bantu aku keluar dari semua kejadian menjengkelkan ini?" gumamnya seorang diri. Lalu tanpa sadar, setetes air mata jatuh dari sudut mata sebelah kiri. Sungguh, Kalea merindukan anak laki-laki yang ada di dalam lukisan itu. Seorang teman masa kecil yang Kalea temui belasan tahun lalu. Entah ke mana perginya anak itu. Entah masih hidup atau bakan sudah meninggal dunia. Kalea masih terus berharap untuk bisa bertemu dengan anak itu lagi. Suatu hari nanti.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
bunga cinta
novel ke 2 yg aku baca
2023-05-15
2
Faiza
makasih,,,like nya,,,salam kenal
2022-10-26
2
Senajudifa
gmn rasax ngga ada angin ngga ada hujan tiba2 dijodohlkan
2022-10-25
2