Episode 11

DEBUUUK

Saking terburu-burunya, Jana sampai menubruk tubuh lain yang juga melintasi jalan yang sama. Tabrakan yang terbilang cukup kuat itu, membuat tubuh mungil gadis tersebut terpental. Ia kembali meringis dan memegangi dadanya yang terasa sakit. Sementara yang ditabrak, masih kokoh pada posisinya.

"Ma-maaf, aku sedang terburu-buru," tuturnya dengan posisi tubuh yang masih membungkuk.

Seorang wanita yang terbilang renta itu hanya menatap Jana dengan kening berkerut. Ada sebuah keanehan yang ditangkap oleh indera penglihatannya. "Darimana kau, Nona? Hari sudah hampir gelap, kenapa kau masih berkeliaran di dalam hutan?" tanyanya dengan suara berat.

Walaupun rambutnya sudah tampak memutih keseluruhan dan tubuhnya sudah membutuhkan bantuan tongkat untuk berjalan, namun fungsi kedua netranya masih sangat tajam. "Dan ... apa yang sedang kau cari di padang dua belas itu?" tanya si nenek yang merupakan juru kunci tempat ini.

Jana sontak mendongak dan menatap heran pada wajah keriput dengan sanggulan tinggi di kepalanya itu. Lagi pula, apa yang harus ia katakan? Haruskah ia jujur dan menceritakan semua kisah tak masuk akal menurut logika manusia pada umumnya?

Tidak!

Tidak!

Jana menggeleng cepat. Ia tidak boleh mengatakan apa pun tentang apa yang sudah terjadi, pada orang asing. Dia harus tetap menyimpan cerita tak berlandasan itu sampai ia bisa menemukan sosok yang pas.

"Emmm ... anu ... aku ... tadi mengambil tumbuhan ini, Nek. Katanya tumbuhan ini bisa menyembuhkan segala penyakit," jawab Jana asal. Ia menangkap beberapa batang ilalang yang tersangkut di ujung gaunnya.

Nenek itu kembali mengernyit, baru kali ini dia mendengar bahwa tumbuhan ilalang bisa digunakan sebagai ramuan tradisional. "Jangan berbohong, Gadis. Aku juru kunci tempat ini. Namaku Nunuk Sigit," kata Nenek itu membanting kalimat Jana sekaligus memperkenalkan diri.

Jana yang tidak enak hati, mulai melepaskan tumbuhan ilalang itu dari tangannya, lalu mengelus tengkuknya yang tiba-tiba saja terasa gatal karena tertangkap telak telah berbohong. Ia tersenyum kikuk dengan menampakkan deretan gigi kelincinya yang nampak begitu terawat.

"Aku tahu, kau baru saja dipulangkan oleh salah satu jin dari kota Saranjana," ucap si Nenek seperti seorang peramal paling sakti di dunia.

JLEB

Jadi, Shara dan orang-orang di sana ... mereka adalah ... bangsa jin?

Seteguk air liur yang melewati tenggorokan Jana, terasa begitu berat setelah mendengar penuturan tak terduga Nek Nunuk. Jana mulai merubah persepsinya. Ternyata Nek Nunuk bukanlah orang asing. Bahkan Jana harus banyak bertanya padanya tentang kota tak terlihat itu. Sepertinya prinsip Jana yang ingin menyimpan rahasia sejarah terbesar dalam hidupnya, terpaksa harus ia urungkan.

"Bagaimana nenek bisa mengetahui semuanya? Apa nenek punya indera keenam?" Pertanyaan bodoh itu sontak Jana lontarkan, membuat wanita renta tersebut terkekeh kecil karenanya. Namun, ia bisa memaklumi, untuk gadis seusia Jana tentunya memiliki rasa penasaran yang begitu kuat terhadap sesuatu. Apalagi, gadis itu ada hubungannya dengan hal tersebut.

"Ikutlah denganku! Akan kuceritakan semua yang ingin kau ketahui," ucap Nek Nunuk seraya membalik badannya. Ia menyeret langkah menuju sebuah gubuk yang terletak tak jauh dari posisi mereka saat ini.

Tanpa adanya ungkapan protes, Jana langsung mengekori langkah Nek Nunuk demi mendapatkan jawaban dari rasa penasaran yang sudah menggunung di benaknya. Bahkan sejak pertama kali menjejakkan kaki di kota Saranjana.

"Masuklah, Gadis." Nek Nunuk mempersilakan Jana masuk setelah menyibak pintu gubuk dengan perlahan.

Namun, Jana masih mematung di serambi gubuk tersebut karena lagi-lagi sebuah pemandangan tak biasa memanjakan kedua netranya. Gubuk milik Nek Nunuk memang tampak biasa saja jika dilihat dari luar--mungil dan terbuat dari bambu yang usianya mungkin sudah puluhan tahun. Namun, ketika pintunya disibak, cahaya kuning keemasan terpancar indah dari dalamnya. Beberapa perabotan mewah yang biasa ia lihat di villa Shara juga terdapat di sana.

Nek Nunuk sedikit memicingkan matanya. Ia mulai mencurigai sesuatu. "Apa kau melihat sesuatu yang aneh, Gadis?" Ia menyentuh pundak Jana, seketika membuat gadis itu terperanjat.

"Hah? Maaf, Nek. Aku ... aku benar-benar takjub. Sampai-sampai tidak mendengarkan nenek," tuturnya sopan sambil tersenyum. Nek Nunuk bisa merasakan bahwa gadis ini berbeda dengan manusia pada umumnya.

"Apa kau melihat cahaya kuning keemasan?" tanya si nenek karena penasaran. Jana hanya mengangguk tegas tanpa keraguan.

Gadis ini bukan gadis sembarangan, buktinya ia bisa tembus pandang terhadap kekuatan sihir, batin Nek Nunuk. Kemudian ia menyuruh Jana masuk sekali lagi.

"Duduklah, aku akan mengambilkan minuman untukmu. Kau pasti sangat haus," ucap Nek Nunuk kemudian berjalan menuju dapur. Jana masih terkesima dengan design interior gubuk ini. Ia benar-benar tak habis pikir jika Nek Nunuk mempunyai kediaman yang mewah di balik sampulnya yang terlihat kumuh.

"Sebaiknya kau menginap saja di sini, besok pagi aku akan mengantarmu keluar hutan," saran Nek Nunuk seraya menyerahkan sebuah gelas perak berisi air. Jana lantas mengangguk patuh. Dia berpikir tidak masalah menunda kepulangan demi mendapatkan jawaban dari segala pertanyaannya.

"Terima kasih, Nek." Gadis itu langsung meneguk air putih yang telah diberikan hingga tandas. Sepertinya ia benar-benar kehausan.

"Jika kau punya pertanyaan, mungkin aku bisa membantu untuk menjawabnya." Nek Nunuk langsung ke inti pembicaraan. Jana mengangguk lalu membenarkan posisi duduknya menghadap sang nenek.

"Aku hanya ingin mengetahui lebih jauh soal kota itu, Nek. Kota ... Saranjana. Apa benar mereka yang tinggal di sana merupakan bangsa jin?" tanya Jana beruntun. Ia sungguh tak sabar mendengarkan jawaban dari sosok yang ia yakini adalah sumber informasi akurat.

Nek Nunuk tampak tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Jana. Diraihnya sebuah buku besar yang tergeletak di atas meja, lalu membukanya. "Siapa namamu, Gadis?" tanya balik Nek Nunuk.

"Jana," jawab gadis itu singkat.

Nek Nunuk kembali tersenyum. Ada makna tersembunyi yang tak diketahui oleh Jana di balik senyuman misteri beliau. "Apa seperti ini pemandangan kota yang kau lihat?" Nek Nunuk menunjukkan sebuah lukisan--penampakan kota Saranjana dari ketinggian. Jana menengok ke arah lukisan itu, lalu mengangguk dengan penuh keyakinan.

"Sepertinya takdirmu sangat dekat dengan kota itu," tutur Nek Nunuk dengan pandangan yang masih menatap lukisan tersebut.

"Maksud, Nenek?" Jana dibuat tak mengerti dengan penuturan yang baru saja dikeluarkan oleh mulut wanita renta itu.

"Namamu saja bahkan tersurat dalam nama kota itu, Jana. Bagaimana kau bisa tak menyadarinya?" tutur Nek Nunuk sambil terkekeh.

Jana kembali dibuat terperangah. Benar kata Nek Nunuk, bagaimana bisa ia tidak menyadari hal itu lebih awal?

"Saranjana adalah sebuah kota elit yang tak terlihat oleh mata kepala manusia. Kecuali ... mereka yang dikehendaki. Dan ... kota itu dihuni oleh para jin dari golongan Banu Qomaqim, bangsa elf, dan juga ... bangsa limunan." Nek Nunuk memulai prolog dari ceritanya. Jana tampak tak berkedip, ia tidak boleh melewatkan secuil kalimat pun dari Juru Kunci tempat penuh misteri--padang dua belas itu.

"Biasanya ... bangsa manusia yang terseret masuk ke alam mereka sangat susah untuk kembali. Namun, ada beberapa kasus sebaliknya. Yang pertama, itu terjadi sekitar empat puluh tahun silam. Seorang wanita bernama Jati, ia bisa kembali ke alam manusia setelah melahirkan seorang anak untuk seorang lelaki dari kota itu." Nek Nunuk tampak menghela napas, sebelum melanjutkan ceritanya.

"Yang kedua ... sekitar dua puluh satu tahun yang lalu. Seorang lelaki matang telah memperistri salah satu wanita dari kota Saranjana. Namun, hingga saat ini tak ditemukan identitas pasti dari laki-laki tersebut." Jana masih mendengarkan dengan seksama. Ia hampir saja tak menarik napas saking tegangnya.

"Dan sekarang ... Kau! Kau merupakan sejarah ketiga bangsa manusia yang bisa kembali ke dunia nyata, setelah masuk ke dalam kota tak kasat mata itu, Jana." Nek Nunuk menjeda ceritanya. Membuat Jana bisa bernapas dengan teratur. Namun, ia masih bergeming--menatap ke arah wanita tua itu.

Nek Nunuk pun balik menatap kedua bola mata hazel milik gadis itu. Ia seperti mengingat sosok yang memiliki bola mata persis dengan Jana. Tapi, siapa? Sepertinya bertambahnya usia membuat daya ingatnya semakin menguap.

Terpopuler

Comments

Ichi

Ichi

saranjana berarti shara dan Jana ya Thor?

2022-10-23

0

Ichi

Ichi

babanya Jana, jan² 🙄🧐

2022-10-23

0

Ichi

Ichi

kekuatan sihir? jan² Nunuk, Nunuk sihir 🧐

2022-10-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!