Episode 10

Shara baru saja tiba di sebuah padang ilalang. Niatnya untuk menemui seseorang yang ia curigai, tak bisa lagi diundur. Kedua netra berwarna biru miliknya, mulai menyapu keadaan di sekitar dengan tatapan tajam. Namun, hamparan pohon ilalang seluas sekitar dua hektar itu tak memberikan petunjuk apa pun. Hingga akhirnya, Shara berpindah haluan menuju hutan apel yang ia yakini akan menemukan sosok yang dicari. Ia lantas menghentakkan kakinya ke bumi, kemudian terbang ke tempat tujuan.

"Tak kusangka Pangeran Shara datang untuk mencariku hingga ke mari. Biasanya selalu aku yang mengunjunginya," sarkas seorang wanita yang sedang mengenakan gaun berjuntai dengan banyak lilitan selendang berwarna hijau. Rambutnya panjang sepinggang, dan kedua kakinya tampak begitu jenjang. Hidung mancung, bibir tipis, dan kilatan warna biru yang terpantul dari kedua bola matanya membuat perawakan wanita itu begitu sempurna.

Shara mendongak. Masih dipandangnya objek tersebut dengan tatapan yang sama dengan sebelumnya. Ada guratan amarah di keningnya, sehingga menciptakan kerutan yang begitu dalam.

Tubuh wanita itu masih melayang di udara, lalu dengan perlahan mendarat ke bumi--tepat di depan Shara. "Kau merindukanku, Pangeran?" tanyanya dengan nada manja. Sebelah lengannya bergerak ke atas--melingkari leher pria itu. Sementara yang lainnya mengelus dada bidang Shara dengan lembut.

Tatapan keduanya bertemu, hidung mereka pun beradu. Dengan perlahan jarak yang tersisa akhirnya terkikis dengan bibir wanita itu yang hampir saja menempel pada lawannya. Namun sayang, Shara langsung menepis tangan sang wanita, kemudian menarik badan--menjauh.

"Aku datang kemari bukan untuk bercinta, Sona!" tutur Shara dengan nada lugas. Wanita bernama Sona itu hanya bisa terperangah, saking terkejutnya. "Aku kemari hanya untuk memperingatimu!" Jari telunjuk pria itu terangkat dan mengarah lurus pada Sona. "Mulai saat ini, jangan pernah lagi kau tampakkan wajahmu di hadapanku!" tegasnya lagi dengan suara khas yang terdengar menggema di telinga siapa pun yang mendengarnya. Jelas sekali, jika Shara benar-benar menahan amarah. Namun, ia tidak ingin melakukan tindak kekerasan, karena--menurutnya--tidak jantan jika ia harus bertindak keras pada seorang wanita.

Wanita cantik itu masih bergeming dengan kedua netra berkaca-kaca. Ia tidak menyangka bahwa Shara akan mengatakan kalimat tajam itu padanya.

"Apa salahku, Shara?" Kalimat Sona tercetus setelah melihat Shara membalikkan badan. Namun, pria itu masih membatu di posisinya. "Apa perubahan sikapmu ini disebabkan oleh gadis itu?" tanya Sona dengan penuh emosi. Kedua bola matanya mulai memanas. "Selama ini aku sudah memberikan segalanya untukmu. Kenapa kau malah memilih gadis lain yang baru saja kau temui? Apa kelebihan manusia lemah itu?!" hardiknya dengan air mata yang sudah berderai di kedua pipinya. Namun, Shara masih saja bungkam.

"Apa kau pikir raja akan menyetujui rencana konyolmu yang ingin menikahi seorang manusia, hah? Jangan mimpi, Shara!" Sona semakin menjadi-jadi. "Hanya aku ... Sona Putri Aldes, satu-satunya wanita yang sudah tertulis di dalam takdirmu. Kau tidak akan bisa menafikannya," erang Sona dengan menunjuk dirinya sendiri. "Kalau tahu seperti ini akhirnya, lebih baik aku habisi saja gadis itu."

Mendengar kalimat terakhir yang terlontar dari mulut wanita yang sudah dijodohkan dengannya itu, membuat Shara merotasikan tubuhnya. Matanya memerah, sementara seluruh giginya menggeretak. Ia melesat ke hadapan Sona secepat kilat dan mencengkeram dagu indah wanita itu.

"Jika kau berani menyakiti Jana, maka akulah musuhmu!" tegas Shara dengan rahang mengeras. Entah mengapa, dia merasa begitu protektif terhadap gadis kecil yang sudah berhasil mengetuk pintu hatinya itu.

Sona tampak ketakutan. Ada rasa menyesal di dalam dirinya karena sudah mengatakan kalimat tersebut. Namun, apalah daya nasi sudah menjadi bubur. Shara sudah berang bak roh jahat yang baru saja bangkit dari kubur.

Melihat Sona yang tak berkutik, Shara lantas melepaskan cengkeramannya dengan kasar, membuat wanita itu terhuyung dan hampir saja menabrak pohon apel di belakangnya. Beruntungnya, gadis itu memiliki pertahanan yang mumpuni, hingga ia masih bisa tetap berdiri.

Untuk sejenak Shara menghujani wajah Sona dengan tatapan garang seakan ingin menguliti tubuh wanita itu. Insting negatif sedang menguasai dirinya. Namun, ia tak ingin terbawa emosi terlalu jauh. Ia masih ingat akan jati dirinya bahwa ia bukanlah seorang pembunuh. Setelah dirasa cukup dengan tujuan awal, akhirnya Shara pun pergi tanpa mengatakan kalimat susulan.

Sona hanya bisa menatap hampa kepergian pria yang sangat dicintainya itu, tanpa bisa menghalangi niat pria tersebut yang bisa terbaca oleh pikirannya.

...🌀🌀🌀...

Tubuh Jana tiba-tiba terhempas ke tanah. Pusaran cahaya ungu yang membawanya kembali ke hutan gunung Paralayang, membuat ia hilang kendali dan berakhir dengan pendaratan yang payah.

"Aw ...!" pekik gadis itu sembari memegangi bokongnya. Ekspresi meringis di wajahnya begitu kentara, sehingga kerutan-kerutan kecil pun memenuhi durjanya. Seraya bangkit ia terus mengedarkan pandangan ke segala arah.

"What? Ini beneran aku udah kembali?" Jana sontak berjingkat. Kedua bola matanya tampak berbinar. Senyuman cerah pun seketika terbit di kedua sudut bibirnya yang terbelah. Rasa sakit yang tadi mendera tubuh mungilnya kini sirna sudah.

Ia menegakkan tubuh setelah meraih kotak persegi panjang yang diberikan oleh Ratu Narin. Kotak itu sempat terpental sekitar satu meter darinya ketika pendaratan tadi.

Aku harap kamu tidak akan pernah kembali lagi ke hutan itu.

Kalimat sang ratu tiba-tiba terngiang di benaknya. Ada rasa penasaran sekaligus ngeri mendera dadanya. Kenapa ratu mengatakan hal itu? Akankah terjadi sesuatu yang buruk jika dia kembali lagi ke tempat ini? Atau mungkin ... sebaliknya? Memikirkan kemungkinan yang akan terjadi jika ia melanggar titah ratu, membuat seluruh rambut di tubuhnya meremang ria. Dengan menggelengkan kepala berkali-kali, Jana langsung menambah langkah dengan tergesa untuk keluar dari area hutan.

...🌀🌀🌀...

"Terimalah hormat hamba, Gusti Ratu." Winar membungkukkan badannya, ketika ia tiba di taman belakang istana.

Sang suri istana sontak membalikkan badan saat mendengar suara pelayan pribadi putranya itu. Ia sempat menyirami beberapa tanaman kesayangannya sebelum Winar tiba di sana. Setelah meletakkan pot siram yang berada dalam genggamannya, Ratu Narin langsung mendudukkan tubuhnya. Sementara Winar masih setia pada posisi semula.

"Kemarilah, Winar! Duduk bersamaku!" Ratu menepuk-nepuk bagian kosong pada kursi ukir persegi panjang yang ada di sana. Winar segera melakukan perintah tersebut dengan masih menggiring wajahnya dalam tunduk.

"Apa kau sudah tahu alasan aku memanggilmu kemari?" tanya ratu kemudian tanpa mau berbelit-belit lagi. Winar hanya bisa menggeleng pelan, sesungguhnya ia memang tidak bisa menerka.

"Apa benar jika seseorang yang menyerupai aku telah mengunjungi villa dua hari yang lalu?" Pertanyaan Ratu Narin sontak membuat Winar mendongakkan pandangannya. Ia cukup terkejut dengan kenyataan yang tak bisa ia lihat dengan mata telanjang. Winar terlalu percaya sehingga lupa menggunakan insting khususnya.

"Maafkan hamba, Gusti Ratu. Hamba benar-benar tidak menyadarinya," tutur Winar dengan kembali menundukkan kepala. Sementara kedua tangannya ia letakkan di depan dada.

"Tidak masalah. Sekarang yang ingin aku ketahui, siapa gadis yang sudah dilarikan olehnya?" Pertanyaan inti itu kemudian tercetus juga dari mulut ratu.

Winar tampak sedikit ragu untuk menjawab. Ia sudah mengetahui bahwa raja sangat tidak menyukai jika putra mahkotanya berhubungan dengan seorang manusia.

"Tidak perlu takut, Winar. Aku bisa menjaminmu. Percayalah, kau sudah tahu bukan jika aku tidak sama seperti raja," tutur ratu dengan nada lembut. Sebelah tangannya terulur menyentuh bahu pelayan cantik nan muda itu.

Winar menghirup udara banyak-banyak, ia butuh oksigen lebih untuk sekedar memberikan informasi rahasia ini. "Pa-pangeran Shara sudah menyelamatkan seorang gadis dari bangsa manusia, Gusti Ratu. Namanya Nona Jana," jawab Winar kemudian. Setelah mendengar jawaban gadis di hadapannya, jantung ratu serasa berhenti berdetak.

"Ja-jana?" tanyanya dengan raut wajah seolah tak percaya. Sepertinya Ratu Narin tidak begitu fokus ketika Shara menyebutkan nama gadis itu saat menemuinya kemarin.

Terpopuler

Comments

Ichi

Ichi

lanjooottt 💃💃💃

2022-10-23

0

Ichi

Ichi

jangan bilang KLO Jana anak ratu juga 😷😷

2022-10-23

0

Ichi

Ichi

Jana sama persis mukanya sama ratu? 😱😱😱

2022-10-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!