Ratu Narin seketika tersenyum maklum ketika melihat gelagat gadis di hadapannya. Aura kecantikan alami tanpa polesan hiasan wajah itu sempat mengingatkannya pada seseorang. Namun, segera ia tepis karena tak ingin kembali larut dalam kesedihan.
Masih terus diamatinya wajah Jana yang tampak sekali--jika si empunya sedang tidak enak perasaan. Sang Ratu sontak menyentuh kedua pundak gadis itu, lalu menuntunnya untuk duduk di kaki ranjang.
Jana agak tersentak, karena wanita paruh baya di depannya itu tak menampakkan kemurkaan seperti yang sudah ia bayangkan. "Tidak perlu sungkan, aku ke sini memang ingin menemuimu. Aku ingin berterima kasih padamu," jelas Ratu Narin yang membuat Jana mengernyit tak mengerti.
Melihat kedua alis Jana yang tiba-tiba bertautan, Ratu Narin lantas menambah penjelasan. "Shara sudah lama meninggalkan istana utama dan mengasingkan diri di villa ini. Namun, sudah satu minggu belakangan dia mulai rutin mengunjungiku ke sana." Wanita itu menghentikan kalimatnya seraya mengelus lembut pipi Jana. "Aku rasa itu berkat kehadiranmu," lanjutnya sambil tersenyum.
Jana masih menatap wajah teduh nan terawat wanita di hadapannya. Ia masih ingin menjadi pendengar yang baik sebelum memasuki peran. "Dua hari yang lalu, Shara menemuiku untuk meminta restu. Dia berkata jika sudah menemukan seseorang yang akan menjadi pendamping hidupnya." Ratu Narin kembali mengelus pipi Jana. "Dan orang itu adalah kamu," tuturnya seraya tersenyum.
"Tapi ...." Kalimat beliau tercekat, lalu menggiring pandangannya ke bawah. "Aku tidak bisa membiarkan pernikahan kalian terjadi," ucapnya kemudian.
Jana masih bergeming. Ada semburat harapan di balik kebungkamannya. Apa mungkin Tuhan akan mengulurkan bantuan melalui wanita di hadapannya?
"Dengan begitu ... apa Ratu akan membantu saya untuk kembali?" Setelah terdiam lama, kini Jana mulai bersuara. Pertanyaan inti dan langsung kepada poinnya. Seperti biasa ia memang tidak suka berbasa-basi.
Sang Ratu kembali mengangkat wajah, kemudian memegang dagu Jana. "Kamu sangat cantik, Jana. Wajahmu bahkan mengingatkanku pada seseorang. Tapi ... ini mustahil." Tak terasa Ratu Narin menitikkan air matanya. Jana tampak kebingungan. "Oh, maaf, sepertinya aku terbawa suasana," ujarnya seraya menyeka tetesan air mata yang menjamah pipinya. "Ya, benar. Aku akan membantumu untuk kembali. Ayo, ikutlah denganku!"
Setelah mengatakan kalimat itu Ratu Narin langsung berdiri. Diikuti oleh Jana yang memasang wajah cerah bak mentari pagi. Impian untuk pulang dan berkumpul dengan keluarganya sebentar lagi akan menjadi kenyataan. Ia bahkan hampir saja melompat-lompat saking bahagianya, namun masih ia tahan karena segan terhadap Ratu.
"Aku akan mengirimmu kembali ke hutan gunung Paralayang, kuharap setelah ini kamu tidak akan kembali ke tempat itu lagi," kata sang Ratu sambil terus mengayun langkahnya. Ia membawa Jana ke sebuah ruangan kecil di samping taman belakang.
Setelah tiba di sana, bisa Jana lihat ada sebuah cermin besar--berbentuk oval--yang berdiri di pojok ruangan. Gadis itu tak ingin menebak-nebak, ia masih mengekori langkah Ratu hingga akhirnya berhenti tepat di depan cermin tersebut.
"Sudah siap?" tanyanya pada Jana. Walaupun terlihat ragu, namun gadis itu tetap mengangguk tegas.
Setelah itu, Ratu tampak memejamkan mata, kemudian memutar jemarinya membentuk lingkaran sebanyak dua kali. Tak lama setelah itu, muncullah kilatan cahaya berwarna ungu muda dari telapak tangannya. Lalu, beliau mengarahkannya pada cermin.
Jana tampak terpana bukan main, mulutnya menganga dan kedua matanya membola. Bagaimana tidak? Setelah kilatan cahaya ungu itu berpindah tempat, bisa Jana lihat dengan jelas pusaran cahaya di permukaan cermin itu menampakkan hutan gunung Paralayang.
"Masuklah, Jana!" titah sang Ratu.
"Hah?" Jana terperanjat. Menurut logikanya, bagaimana mungkin ia bisa masuk ke dalam sebuah kaca?
"Bawalah ini!" Ratu menyerahkan sebuah kotak berbentuk persegi panjang kepada Jana. Tanpa bisa menolak, Jana langsung memindahkan kotak itu ke dalam timangannya.
"Kotak itu jangan dibuka, sampai kamu tiba di rumah, ya!" Kedua bola mata ratu tampak berkaca-kaca setelah mengatakan kalimat tersebut. Sekali lagi, ia mengelus pipi Jana. Ada sebuah rasa bersalah terhadap Shara karena ia harus melakukan hal ini.
"Selamat tinggal, Jana." Setelah itu, Ratu langsung menuntun gadis tersebut mendekati cermin.
"Terima kasih, Ratu. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu," tutur Jana, kemudian masuk ke dalam pusaran cahaya ungu di permukaan cermin.
Bak kekuatan sebuah sihir, tubuhnya langsung tersedot ke dalam cermin, lalu menghilang ditelan pusaran cahaya tersebut. Ratu Narin tampak kembali menitikkan air mata, kemudian berlalu meninggalkan ruangan itu.
🌀🌀🌀
"Kenapa ibu melakukan ini?" tanya Shara dengan suara menggelegar ketika kedua kakinya menginjak kamar ibundanya. Seluruh pelayan yang saat itu sedang melayani ratu, akhirnya harus bubar.
"Putraku ... ada apa ini? Kenapa tiba-tiba saja kau menjadi murka?" Ratu Narin tampak kebingungan. Ia langsung bangkit dari duduknya, kemudian berjalan mendekati Shara.
Pria itu hanya membuang muka dan bergeser ke depan jendela. "Aku tidak menyangka bahwa ibunda akan mengkhianatiku," tuturnya dengan kedua mata yang memerah--menahan amarah. Tidak mungkin ia mengamuk pada wanita yang sudah melahirkan, merawat, dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang itu.
Ratu Narin mengernyit tak mengerti. Ia merasa tidak melakukan kesalahan apa pun terhadap putranya ini. "Shara, apa maksudmu? Ibunda tidak mengerti."
DEG DEG DEG
Mendengar penuturan ibunya, jantung Shara berdetak cepat. Emosinya semakin tersulut karena merasa ibunda ratu tidak mau mengakui kesalahannya. Ia langsung bergerak mendekat dan berdiri di depan wanita itu.
"Kenapa ibunda membebaskan Jana?" tanyanya dengan rahang mengeras. Walaupun dengan suara rendah, namun tersembunyi amarah di dalam sana.
"Jana? Siapa, Jana? Ibu tidak mengerti ini semua. Tolong bicaralah dengan jelas, Shara? Ibunda baru saja kembali bersama ayahmu, bagaimana ibunda bisa melakukan hal yang kau sebutkan itu?"
DEG
Seketika Shara tersadar bahwa saat kejadian, ibundanya sedang menemani raja memenuhi undangan dari salah satu petinggi kerajaan yang sedang menikahkan putrinya.
"Shara? Ada apa sebenarnya?" Melihat Shara yang tercenung sesaat, membuat Ratu Narin bertanya seraya memegangi kedua bahu putranya. Ia mulai merasa khawatir.
"Jika ibunda sedang bersama ayahanda, lalu siapa yang datang ke villa kemarin?" gumam Shara, namun masih bisa didengar oleh sang ibu.
Sontak Shara mengingat seseorang yang dicurigainya. Ia mendongakkan pandangan, lalu meraup wajahnya dengan kasar. "Kurang ajar!" Pria itu langsung berbalik badan dan hendak meninggalkan ruangan.
"Shara, mau kemana kau? Jawab dulu pertanyaan ibu!" Ratu Narin masih berusaha mengekori langkah putranya itu, namun tentu saja ia kalah cepat. Shara sudah tak lagi tampak di pelupuk mata.
"Siapa, Jana?" gumam sang ratu, kemudian meminta salah satu pelayannya, untuk memanggil seseorang yang ia yakini bisa memberinya informasi tentang hal tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Ichi
Jadi pen buru² ke bab berikut 🚀🚀🚀
2022-10-23
0
Ichi
hah? Terus siapa yg ngasih Jana jalan Doraemon? 😤😭
2022-10-23
0
Ichi
kasihan Shara kehilangan perempuannya 🤧
2022-10-23
0