Episode 2

Sesuai apa yang sudah dikatakannya pada Julian, saat ini Jana sedang berada di perpustakaan daerah bersama sahabat tempelnya. Dua gadis berbeda penampilan itu baru saja menjejakkan kedua tumitnya di pintu masuk gedung. Namun, seperti biasa penampilan si tomboi pasti selalu menarik perhatian orang-orang jika sedang berada di khalayak ramai.

"Jan ...!" seru Jelita seraya menyenggol lengan Jana. Sementara kedua bola matanya masih mengekori gelagat orang-orang di sekitar mereka. Jelita mulai berpikir bahwa kehadiran mereka berdua tidak diterima di sana.

"Santai, Jel. Udah biasa. Ini tempat umum kok, siapa pun boleh masuk," tutur Jana tanpa beban, kemudian menambah langkah menuju ruang baca.

Ya, pandangan mengintimidasi orang lain bukan lagi hal yang memusingkan bagi Jana. Dia yang selalu berpakaian bak preman pasar, dengan kaos oblong--lengannya dilinting ke atas--dan celana jeans sobek-sobek di bagian paha, sudah menjadi darah dagingnya. Rambut kuncir sanggul dengan model serampangan juga sudah menjadi ciri khasnya. Sepatu kets dan ransel bak seorang Dora The Explorer itu selalu setia menemaninya kemana pun ia bertualang. Lalu, bagaimana dengan make up? Ah, apa itu make up? Jana bahkan tak pernah mengenalnya.

Namun, di balik sisi kelaki-lakian yang selalu ia tonjolkan--tetap saja--jauh di dalam sana ada kelembutan seorang wanita, yang belum pernah ia tunjukkan pada siapa pun. Ya, anggap saja, penampilan ala brandalan itu hanyalah tameng untuk melawan kejamnya terkaman dunia. Jika pun sisi lembut itu suatu saat naik ke permukaan, mungkin itu hanya karena bunga cintanya mulai bermekaran.

"Jan, kamu gak pingin jadi cewek tulen gitu?" seloroh Jelita ketika mereka berdua sudah duduk di salah satu kursi pengunjung.

Jana tampak memutar kedua bola matanya malas. "Jel, kita ke sini mau ngerevisi outline loh, bukan bahas penampilan aku." Tanpa ada tambahan kalimat lagi, Jelita langsung membungkam mulutnya sebelum Jana mengeluarkan jurus keras kepalanya.

Jelita sudah sering membahas hal ini bersama Jana, namun tetap saja jawaban sahabatnya itu tidak berubah. Itu semua sudah menjadi jati dirinya. Begitu katanya.

Sementara Jelita, dia adalah gadis feminim dengan tingkah manja dan selalu berpenampilan cetar membahana bak super model. Namun, entah mengapa ia malah memilih untuk bergaul dengan gadis tomboi seperti Jana. Padahal masih banyak gadis-gadis yang terlahir dari keluarga konglomerat yang notabennya satu spesies dengannya. Spesies cewek cantik anak sultan yang menjadi primadona cowok-cowok di kampus.

Bagi Jelita, Jana merupakan sosok ternyaman yang membuatnya betah untuk selalu berada di sisinya. Jana yang ceplas-ceplos dan Jana yang tak pernah bermuka dua. Intinya, ia hanya menginginkan satu hal dalam sebuah persahabatan, yaitu ketulusan. Dan itu hanya ia dapatkan dari Jana Riani--sahabat sejati.

...🌀🌀🌀...

Selang tiga puluh menit fokus pada laptop dan buku referensi masing-masing. Jelita tampak menyenggol sikut Jana yang saat itu duduk tepat di sampingnya. "Eh, besok anak-anak Mapala mau mendaki Gunung Paralayang loh. Kamu ikut gak?" bisik Jelita di telinga Jana. Karena sedang berada di perpustakaan, maka pastinya mereka dilarang untuk menciptakan kehebohan.

Sontak Jana menoleh setelah mendengar informasi yang sangat menarik perhatiannya. "Gunung Paralayang?" koreksi Jana sembari menatap kedua bola mata Jelita. Gadis itu mengangguk tegas, membuat senyuman di kedua sudut bibir Jana mengembang berkali lipat.

Wah kesempatan buat ngonten nih, batin Jana. Jelita pun sudah mengerti kemana arah pikiran sahabatnya itu. Sudah lama sekali ia mengenal Jana. Bukan Jana namanya, jika hadirnya sebuah kesempatan tidak ia gunakan untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Sebagai seorang konten creator tentang petualangan di dunia lain, sudah sepatutnya tempat seperti gunung, hutan, dan gedung-gedung lama yang tak berpenghuni akan menjadi destinasi favorit baginya.

"Berarti aku harus selesaikan revisian ini sekarang juga!" lirih Jana, dengan penuh semangat, kemudian kembali berkonsentrasi dengan outline-nya.

...🌀🌀🌀...

Keesokan harinya

Julian tampak mondar-mandir di lorong rumah sakit. Pasalnya, ini sudah kesepuluh kalinya ia menghubungi ponsel Jana, namun tak tersambung juga. Ada raut gelisah dan khawatir berpadu menjadi satu di wajah putihnya. Rahang tegas dan bibir tipis yang kemerahan itu tak henti-hentinya berkomat-kamit bak seorang dukun yang sedang membaca mantra. "Kamu kemana, sih, Jana? Oma lagi butuh kamu ini," lirihnya di sela-sela langkah yang tak juga terhenti.

"Kamu kenapa, Jul? Kok bolak-balik kayak setrikaan gitu?" Tiba-tiba terdengar suara sang mama yang baru saja tiba di rumah sakit. Tadi malam, Julian meminta pada kedua orang tuanya untuk beristirahat di rumah saja. Sedangkan dirinya tetap tinggal untuk menjaga sang nenek.

"Oma mau ketemu sama Jana, Ma." Seraya masih menempelkan ponsel di telinganya, Julian menjawab.

Mendengar penuturan putra semata wayangnya itu, wajah Bu Riris langsung berubah sinis. "Memang apa istimewanya gadis itu, Jul? Sehingga omamu mau ketemu sama dia." Seperti biasa Bu Riris paling tidak menyukai apapun yang berhubungan dengan Jana.

Julian sudah bisa menebak ekspresi seperti apa yang akan ditunjukkan oleh mamanya. Sejak kecil, Bu Riris memang tidak suka jika putra tampan dan kayanya itu berteman dengan gadis yang berasal dari keluarga kalangan menengah seperti Jana. Sudah sering pemuda itu dikhotbahi oleh sang suri kediaman ketika baru saja pulang ke rumah sehabis bermain.

"Ma, tolong ... aku sedang tidak ingin berdebat. Keinginan Oma tetap yang utama untuk saat ini!" tegas Julian seolah tak bisa diganggu gugat. Bu Riris sontak melengos kemudian masuk ke ruang rawat ibu mertuanya itu.

"Ris, apa Jana sudah datang?" tanya sang ibu mertua dengan suara parau. Sebelum menjawab Bu Riris meletakkan sarapan bawaannya terlebih dahulu di atas nakas, lalu mendekati brankar sang mertua dengan senyuman cerah.

"Ibu ... Jana itu bukan siapa-siapa di keluarga kita. Kenapa ibu selalu menanyakannya ketika ibu sakit?" tanya balik Bu Riris tanpa menjawab pertanyaan sebelumnya.

"Ris ... ibu tahu kamu tidak menyukai gadis yatim piatu itu, tapi coba kamu pikir lagi, apa salah gadis itu sehingga kamu membencinya?"

Telak! Bu Riris tak lagi bisa berontak dengan lisan. Dia yang hanya memandang Jana sebelah mata karena status sosial yang disandangnya, tak mungkin bisa mengelak lagi jika memang gadis itu adalah wanita yang mandiri dan baik. Malah bagi ibu mertuanya, Jana adalah sosok yang paling pas jika bisa menjadi pendamping hidup cucu kesayangannya.

"Tapi, Bu ... Jana itu, 'kan-"

"Apa? Tomboi? Dari keluarga sederhana?" Serobot Oma sehingga Bu Riris tak lagi bisa melanjutkan argumennya. "Jangan menilai orang dari luarnya apalagi status sosialnya, Ris. Jana itu gadis yang baik dan mandiri. Lagi pula, kamu tidak bisa melihat apa? Betapa besar cinta yang terpancar di mata Julian untuk gadis itu? Uhuk ... uhuk ...." Kali ini Oma tak lagi bisa menahan emosinya. Ia bahkan tak habis pikir jika menantunya tersebut sudah melupakan jati dirinya sendiri.

"Ehem ... ehem!" Suara bariton tersebut sukses membuat kedua wanita beda generasi itu menoleh.

"Sudah, Oma. Oma gak boleh emosi begitu, nanti jantung Oma kumat lagi." Tanpa disangka Julian menerobos masuk dan langsung memperingatkan sang nenek. Dia langsung mengambilkan air putih dan membantu Oma untuk meminumnya.

"Terima kasih, Sayang. Kamu memang cucu oma yang paling baik, semoga kebahagiaan selalu menyertaimu, Nak." Penuturan sang nenek hanya mendapatkan tanggapan senyuman dari Julian. Oma tidak tahu, jika tadi Julian sudah mendengar semua perdebatan yang terjadi antara menantu dan mertua itu.

Terpopuler

Comments

Ichi

Ichi

sekaya ape sih Bu Riris 😪
sampe segitunya 🧐

2022-10-19

0

Ichi

Ichi

mampus kau Bu Riris 😌

2022-10-19

0

Ichi

Ichi

Omanya Jul kenal sama Jana? 😱

2022-10-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!