Perjaka Kesayanganku
Semua orang tahu aku sempurna, kaya, cantik dan seksi. Sayangnya semua kata sempurna itu harus tersandung kata mandul yang terus membayangi kelamnya biduk rumah tanggaku bersama papi Narendra.
Sudah lima tahun kami bersama-sama tapi tak kunjung alat tes kehamilan ku bergaris merah, cukup dua garis merah samar-samar pun tak apa itu sudah melegakan hati kami berdua. Sayangnya keinginan untuk memiliki buah hati itu tak kunjung membuahkan hasil meski setiap malam kami sudah mencoba segala posisi.
Tidak hanya cara paling alami yang bisa kami lakukan setiap malam panas di atas ranjang. Berbagai cara sudah kami lakukan, dari minum jamu tradisional dari resep kerajaan yang fenomenal ‘Jamu macan kerah’ sampai mengikuti program bayi tabung. Tapi entahlah, dokter bilang kecebong papi Narendra kurang gesit, kurang semangat. Beda sekali dengan orangnya yang suka buru-buru dan tidak sabaran.
Entah siapa yang salah aku atau papi Narendra, aku sama sekali tidak ingin berspekulasi sendiri siapa yang tidak subur. Tapi dokter sudah mengatakan bahwa kami memang perlu sedikit bersama sambil terus melakukan pengobatan dan hidup sehat.
Aku mendengus. Pikiranku kadang keruh memikirkan hal itu. Sudah ruwet selama lima tahun harus mencoba cara yang mana. Aku juga tak lupa berdoa. Sudah aku tanya-tanya juga teman yang punya anak banyak gaya apa yang wajib dilakukan setiap bercinta.
Gaya apa saja mereka bilang, pokoknya yang penting sampai dalam Bella, usahakan sampai dalam!
Juga sudah aku coba sampai dalam meski tidak sampai lambung. Itu juga tidak jadi.
Kadang aku berpikir, apa mungkin adopsi anak saja atau terus mengikuti jejak Zaskia Sungkar dan Irwansyah yang tetap bertahan di era gempuran ombak kata-kata yang tidak enak di dengar dan menyakiti perasaan?
Aku mendongak sewaktu pintu kamar terbuka di jam setengah sebelas malam.
"Papi, baru pulang?" tanyaku sambil bergegas menyambutnya.
"Tanda tangan surat cerai sekarang juga, Bella! Aku sudah muak mama dan papa terus menanyakan kehamilanmu yang tidak kunjung berhasil!" maki Narendra Wicaksono sambil melemparkan berkas surat-surat perceraian di atas ranjang.
"Kok gitu, pih? Bukannya kita udah sepakat untuk usaha lagi, setahun lagi, baru kita bisa memutuskan mau gimana hubungan kita kedepannya." protesku sambil berkacak pinggang.
Narendra menangkis tanganku yang hendak meraih lengannya.
"Papih, mami kan nggak salah apa-apa. Kenapa papi jadi kasar gini sih!" omelku jengkel, "Kita udah bicara kan kemarin kalo kita usaha lagi setahun ini. Apa papi lupa, papi khilaf minta cerai?" ucapku lagi mengingatkannya.
Papi Narendra melepas dasinya dengan makian “mandul” yang langsung menyiksa batinku.
Aku bergeming dengan napas tercekat dan muka terhina sambil menatap suamiku yang berwajah lesu dan muram.
"Papi kenapa sih, papi ada masalah perusahaan? Mau aku bantu, atau papi mau aku servis?" kataku menawarkan, biasanya Narendra akan terhibur dengan tawarku itu tapi dia tetap muram malah sambil mengeluarkan baju-bajunya dari lemari.
"Pih, ayolah. Aku nggak mau cerai!" kataku mengiba sambil mencampakkan baju-baju yang ia ambil kembali ke lemari. Aku benar-benar tidak mau cerai, aku masih mau bertahan. Aku masih mau jadi kesayangan papi Narendra.
"Pih, maaf, maaf kalo mami banyak kurangnya. Maafin mami, pih. Mami nggak lagi-lagi deh boros, mami bakal servis papi setiap papi mau. Mami nggak akan nolak, tapi plis kita jangan cerai dadakan gini, Pih. Toh kita kemarin sudah bicara, kita bertahan setahun lagi."
"Tapi aku tetap mau cerai, Bella!" bentak Narendra sambil mengibaskan bahunya seakan-akan dia jijik dan tidak mau aku sentuh lagi.
"Aku mau kita udahan, Bella. Udah cukup buang-buang waktu selama lima tahun ini. Lagian apa lagi usaha yang harus kita lakukan untuk mendapatkan keturunan? Aku capek, malu terus-terusan program bayi yang nggak ada hasilnya dan cuma buang-buang uang!" urainya dengan nada tinggi.
Aku menunduk, dadaku rasanya sakit sekali diceraikan secara mendadak, bahkan kecepatannya mengalahkan tahu bulat yang di goreng dadakan di pangkalan ojek di depan gapura perumahan. Tapi sekarang aku memutuskan memiliki pikiran sendiri.
Narendra berdiri di depanku setelah ku tahu dia meraih berkas perceraian kami di atas ranjang.
"Aku sudah berjanji kepada mama dan papa untuk memberikan mereka cucu di usiaku yang nggak muda lagi Bella dan secara pribadi aku menyerah dengan pernikahan ini. Aku mau kita bercerai!" pungkas Narendra dengan nada final.
"Papi yakin mau cerai sama Bella, papi udah nggak sayang lagi sama Bella?" tanyaku sambil menahan isakkan.
Narendra mengangguk dengan ragu-ragu. "Maaf Bella! Segera saja tanda tangan surat cerai kita dan kamu tetap akan mendapatkan setengah dari uang bulananmu seperti biasanya." ucapnya dengan enteng.
Aku mendekat sambil merentangkan kedua tanganku. Minta peluk, tapi sampai jeda yang tidak menyenangkan berakhir. Narendra sama sekali tidak membalas pelukanku.
Aku menurunkan tanganku dengan berat hati. Papi Narendra berubah.
"Aku lebih butuh papi, aku sendiri di sini, papi. Aku nggak punya orang tua lagi. Cuma papi yang ada, sekarang papi minta cerai. Papi kenapa sih nggak bisa berjuang sebentar lagi sama mami. Pap–"
Aku berontak sewaktu Narendra membekap mulutku.
"Cerai sekarang atau nanti sama saja, Bella. Segera tanda tangan atau perlu pakai kekerasan?"
Aku mengangguk dengan terpaksa. Dalam hati aku yakin, lima tahun hidup dengan papi, aku yakin papi pasti punya wanita idaman lain. Aku bakal cari sendiri informasi itu!
Dengan napas berat akhirnya aku tanda tangani surat cerai kami.
"Semoga papi menyesal udah minta cerai!"
Narendra menatapku seraya mengambil tas dan menyampirkannya di bahu.
"Terserah kamu, Bella. Aku tidak akan pernah menyesal dengan keputusanku sendiri, kamu tahu itu!"
Sialan, semudah itu Narendra pergi dari rumah ini, semudah itu dia meninggalkan aku disini sendiri hanya dengan bibi Marni. Argh, aku mengeram. Jangan-jangan papi punya wanita idaman lain dan ini tidak bisa di biarkan. Papi selingkuh!
•••
Selamat membaca kisah nyonya Bella. Jangan lupa untuk komentar, vote, hadiah, kalo mau ngasih kasih sayangnya Vivi juga terima.
Salam sayang. Skavivi 💚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Bunda
baru nyimak Thor 😊
2024-08-17
0
Sulaiman Efendy
PASTI NNTI NYESAL TU SI RENDRA..
2023-12-26
0
Sulaiman Efendy
BRU MMPIR NI THOR, SALAM KENAL...🙏🏻🙏🏻🥰🥰🥰
2023-12-26
0