Kebahagiaan nampak terasa oleh sepasang pasutri kala mendapatkan kabar gembira. Penantian yang cukup lama akhirnya terwujudkan. Ya rasanya tidak lengkap tanpa kehadiran sosok tangisan bayi. Selama memutuskan hidup bersama 2 tahun lamanya Herdiana dinyatakan hamil dan mengandung seorang anak. Kebahagiaan itu semakin terasa di saat Herdiana melahirkan sosok bayi perempuan yang cantik.
13 tahun kemudian bayi itu tumbuh semakin cantik dan anggun. Kepribadian nya yang terbilang cukup mandiri membuat dirinya terlihat lebih dewasa dari umurnya, ya mungkin ini terbilang langka, tapi tidak banyak yang tahu semakin anak diajarkan banyak hal tentang hidup maka kepribadian nya akan terbentuk manakala orang tua yang juga sering pergi meninggalkan kita demi memberi nafkah
Ya Rahmat merupakan seorang karyawan di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang properti, begitupun dengan Herdiana yang merupakan sekretaris dari salah satu perusahaan yang sama bergerak di bidang properti. Tuntutan kerja yang mengharuskan keduanya sering meninggalkan putrinya itu
Suatu ketika keduanya mendapatkan tugas keluar kota sebagai orang kepercayaan untuk mengurus perizinan dan pembangunan di salah satu kota yang ada di wilayah bagian timur. Tentunya segala keperluan dan penanganan biaya tiket pesawat hingga tempat tinggal pun sudah tersedia
Sebelum keduanya pergi untuk menjalankan tugas sebagai orang kepercayaan di masing-masing perusahaannya, keduanya berpamitan pada putri sulung putri semata wayangnya
"Sayang, sini sebentar" panggil Herdiana pada putrinya saat riri menuruni anak tangga
"Ada apa Bun" tanya Riri menghampiri ibundanya
"Gimana sama sekolahnya, semua baik-baik saja bukan?" tanya Herdiana
"Hem...kenapa Bun, pasti bunda mau bilang, kalau besok bunda sama ayah mau pergi lagi, iya kan" tebak Riri menatap Ibundanya
"Hehe...anak bunda makin cantik ya, pinter dan jenius, tau aja kalau bunda mau pamitan" ujar Herdiana
"Tapi janji ya Bun, jika urusan nya sudah kelar segeralah kembali, apa kalian akan melewatkan hari spesial bersamaku" balas Riri mengadu memperingatkan kepada keduanya agar tak melewatkan moment spesial bersama dengan nya
"Ya anak Ayah, jangan sedih-sedih gitu dong, em...kalau urusan pekerjaan Ayah dan Bunda udah kelar, Ayah sama Bunda bakalan balik pakai kapal, ya lumayan buat have fun bareng" ujar Rahmat menggoda putrinya
"Ih Mas, suka deh jahilin anaknya sendiri" tegur Herdiana memukul paha suaminya
"😔😔" pasrah Riri dengan kejahilan Ayahnya
Rahmat yang melihat kemurungan putrinya itu langsung memiliki ide brilian. "Mau gak, Ayah bisikin sesuatu" tanya Rahmat antusias
"🤔🤔"
"Ayah dan Bunda lagi usaha buat Ade untuk Kaka, biar nanti Kaka gak sendirian" bisik Rahmat pada putrinya
"Beneran yah, Bun..." tanya Riri antusias dengan rona wajah yang bahagia mendengarkan kabar gembira itu
"Emang apaan, Ayah bisikin apa" tanya Herdiana
"Hehe..." seringai Rahmat menaik turunkan alisnya
"Mas kamu ya, udah gak usah di dengarkan tu Ayah kamu tuh, bawaannya gitu" ujar Herdiana
Ketiganya pun menikmati moment bersama, hingga keesokkan paginya keduanya pergi menuju bandara
2 Minggu kemudian, kepulangan keduanya dari kota B di wilayah bagian timur, sesuai dengan ucapan Rahmat jika kepulangan keduanya menggunakan kapal penumpang
Berada di atas kapal beberapa hari, berlayar bersama dengan orang tercinta itu sungguh menyenangkan, namun siapa sangka, moment yang tercipta itu seolah sirna dengan ketakutan yang maha dahsyat. Kapal yang mereka tumpangi ini mengalami sebuah tragedi hingga menewaskan beberapa ratusan orang
"Mas, aku takut Mas" ujar Herdiana yang memeluk erat suaminya
"Tidak usah khawatir sayang, kita akan baik-baik saja" jawab Rahmat menenangkan
"Mas aku ingin kita berdua selamat Mas" ujar Herdiana. "Ada Riri yang sudah menunggu kedatangan kita Mas" lanjut Herdiana menangis sesenggukan
Rahmat pun tak bisa berkata-kata hanya harapan dan doa yang iya panjatkan semoga badai ini berlalu, jika memang takdirnya harus meninggalkan putri semata wayangnya. Hanya satu harapannya, kelak putrinya akan mendapatkan seseorang yang benar-benar menjaga dan membuatnya bahagia.
Di satu sisi informasi telah beredar berita mengenai tenggelamnya sebuah kapal dari makassar tujuan surabaya. Riri yang beberapa hari ini gelisah dan selalu bermimpi dibuat kalut dengan berita yang tersebar
Riri yang sudah pulang sekolah dengan cepat menyambar TV dan menonton berita tersebut. Seperti sebuah nuklir yang membombardir tubuh Riri terpaku mencerna semua yang terjadi. Seketika tangis riri pun pecah, seakan frustasi dan tak percaya kedua orang tuanya pergi disaat usianya akan memasuki ke 15 tahun.
"Ayah... Bunda...." tangis Riri piluh
"Ayah... Bunda, Riri yakin Ayah dan Bunda pasti selamat" lirih Riri lalu beranjak pergi ke salah satu rumah sakit dimana para pasien dan para korban yang dievakuasi langsung segera ditangani oleh tim medis
_
_
_
_
Sudah satu minggu setelah pemakaman kedua orang tuanya. Riri hanya hidup sebatang kara, berdiam diri dan tak lagi memikirkan masa depannya saat ini. Riri menghabiskan waktunya hanya dengan meratapi kedua orang tuanya. Menangis ya, berteriak apalagi tapi tidak ada yang dapat menolongnya. Bahkan untuk mengurus dirinya saja entalah, makan pun jika iya benar-benar ingin. Jika tidak kadang harus menahan lapar hingga jatuh pingsan.
Beruntung Riri memiliki sahabat seperti Juliana yang selalu memberinya suport dan selalu membuatnya tertawa, memberikan semangat juang agar bangkit dari keterpurukan. Namun tetap saja, dalam ingatannya masih sangat jelas melihat kedua orang tuanya pergi untuk selama-lamanya. Membuat dada Riri sesak menahan sembiluh
"Akankah aku mampu bertahan untuk tetap hidup tanpa kalian?" isak Riri piluh sambil memeluk foto kedua orang tua tercintanya.
_
_
_
_
_
_
7 tahun kemudian....
"Tidaaaaaak….." teriak Riri
"Nak, bangun. Nak apakah kamu bermimpi buruk lagi" tanya Bu Ratih
"Hikss…hiks…"😭, "Riri kangen Bunda dan Ayah, Bu" ujar Riri menangis sambil memeluk Bu Ratih
"Sudah Nak, kamu minum dulu dan tenangkan hatimu lalu kembalilah tidur" titah Bu Ratih
"Nggak Bu, Riri gak mau tidur lagi" sedikit menolak, "Riri takut Bu" jawab Riri
"Sudahlah Nak, ayo biar Ibu temani ya sampai kamu tertidur" ujar Bu Ratih menenangkan. Riri yang masih gelisah pun mengangguk lalu merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya
Jam alarm berbunyi menandakan waktu sudah pukul 06.30 WIB. Riri segera bangun dan membersihkan dirinya, lalu beranjak menuju ke dapur
"Bu, sedang masak apa" tanya Riri
"Kamu sudah bangun Nak" jawab Bu Ratih. "Ayo, kita sarapan dulu" seru Bu Ratih sembari menata sarapan di meja makan. Keduanya pun memulai sarapan. Di sela-sela menyantap sarapan, Bu Ratih membuka percakapan
"Oh iya Nak, apa hari ini kamu tidak sibuk" tanya Bu Ratih
"Mm…sepertinya tidak, ada apa Bu" tanya Riri
"Begini Nak, Ibu hari ini berniat mau mengantarkan pesanan jahitannya Nyonya Sarah, tapi karena orderan jahitan yang masih menumpuk akhirnya Ibu menundanya" ujar Bu Ratih
"Padahal pesanan ini akan digunakan sebentar malam di acara besarnya Nyonya Sarah" jelas Bu Ratih. "Apakah Riri, gak keberatan bantu Ibu?" sambung Bu Ratih
"Iya Bu, mana alamatnya biar setelah Riri membereskan ini langsung pergi untuk mengantarkannya" jawab Riri
"Sebentar ya, Ibu rapikan dulu barangnya" ucap Bu Ratih beranjak dari ruang makan
Sepuluh menit kemudian setelah Ibu Ratih menyusun barang orderan...
"Apakah sudah beres Bu" tanya Riri
"Iya Nak, ini" jawab Bu Ratih lalu memberikan paper bag dan kartu alamat pemiliknya
"Ok. Kalau begitu Riri segera pamit ya bu" ujar Riri memberi salam
"Iya Nak, kamu hati-hati ya bawa sepedanya, gak usah ngebut-ngebut" ucap Bu Ratih
"Hehe…Ibu bisa aja, motor kali ngebut-ngebut" jawab Riri kemudian pergi mengantarkan orderannya dengan senang hati😍
Kasih semangat dong para readers, Author baru pemula nih, mungkin ada saran & kritik monggo....😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Noer S
cerita nya menarik
tapi masukan aja kalo bilang "nanti malam"
kalo sebentar malam kayaknya aneh tapi bagus ceritanya 👍
2021-10-02
0
RayY_n
2 like untuk mu
2021-03-22
0
RRR
mampir ka
2021-01-10
1