Indra duduk jongkok di sudut trotoar yang buntu. Menangis. Air matanya jatuh tanpa suara, bibirnya bergetar, Dia sedang kebingungan. Seteleh mengejar burung kecil lucu yang tak sempat ditangkapnya.
“Adek, Adek lagi apa disini sendirian?” Ujar seorang wanita muda yang memakai seragam putih abu-abu. Indra tak menjawab pertanyaan itu, Dia masih menangis sambil melihat ke bawah. “Adek ganteng, ini Kakak ada permen Adek mau?” Kata anak SMA yang satu lagi sambil menawarkan permen lolipop ukuran ekstra.
Anak kedua dari Alex itu mendongak melihat Kakak-kakak yang baru saja menawarkannya permen. Dia lekas mengambil permen itu dan melahapnya, Indra merasa terhibur sekarang dan berhenti menangis. Untuk sementara Dia melupakan kebingungan dan kesedihannya yang sejak tadi menunggu jemputan Ayahnya.
Dua sejoli yang sedang menunggu jemputannya datang tak sengaja melihat Indra yang sedang menangis terseduh disudut. Dengan sadar mereka mengetahui ada yang tidak beres terhadap anak itu.
“Adek namanya siapa?” Tanya kakak yang berambut pendek. Sesekali Dia membelai rambut pendek Indra. “Indra kak.” Jawab Indra yang sedang asyik menjilati permen manis itu.
“Nama kakak siapa?” Indra bertanya kembali, kini Dia mulai merasa akrab setelah merasakan kenikmatan permen di tengah perut yang kosong. “Nama Kakak Eliana, ini temen Kakak yang berambut panjang namanya Dinda. Oh ya, rumah Adek dimana?” Eliana kembali bertanya. Kali ini Indra kebingungan menjawab pertanyaan Kakak itu.
“Adek manis, sekolah di SD mana ya?” Sekarang Dinda yang bergantian bertanya. Sambil mengeluarkan satu lolipop lagi. Lolipop yang ini berukuran sedikit lebih kecil.
“SDN 21 Kota Jakarta. Namaku Indra, Anak kedua dan nama Ayahku Alex.” Indra berusaha menjelaskan sesuatu yang Dia ketahui. Dia mencoba menghapal kalimat itu sejak pertama kali masuk sekolah dasar.
Eliana melirik Dinda. Begitu pun sebaliknya Dinda melirik Eliana sedikit heran. Bagaimana bisa siswa kota Jakarta bisa menyusuri jalan hingga ke kota Bogor.
Tak lama jemputan Eliana datang. Pak supir mengklakson memberi tanda kehadiran sekaligus kode untuk segera pergi. “Pak Ujang, bisa antar kami dulu ke kantor polisi.” Ujar Eliana ke pak Ujang supir setia nya.
“Siap Non.” Jawab Pak Ujang dengan sopan.
Sementara itu di waktu yang sama Alex berlari sekuat mungkin setelah memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah. Dia tidak memperdulikan lagi kenyamanan Hendra yang masih dalam dekapannya. Alex hanya terus berlari menuju kelas Andra.
Sesampainya di kelas Andra, sejak tadi Wali kelas Indra dan Kepala sekolah sudah menunggu. Andra ditemani mereka berdua, mengingat para siswa yang sudah pulang sedari tadi.
Belum sempat bertanya, Bu Aisyah wali kelas Indra lebih dulu menangis dan menjelaskan kronologi hilangnya Anaknya kedua Alex tersebut.
Alex sungguh bersedih mendengar cerita dari Ibu itu. Tetapi Ibu itu bercerita sambil menangis pula hingga membuatnya tidak menunjukkan kesedihannya. Naluri laki-laki Alex bergejolak membuatnya menahan tangis di depan seorang perempuan. Alex hanya terlihat tegang sambil menggendong Hendra.
Tiba-tiba nada dering khas dari HP merk nokia berbunyi. Tanpa basa basi Bu Aisyah langsung mengangkatnya. “Halo Assalamualaikum bagaimana Pak, apa ada kabar?” Dengan menangis Bu Aisyah mengatakan kalimat pertanyaan itu dengan cepat.
Sejenak berbicara via telepon itu Bu Aisyah langsung mengelap air matanya. Terlihat ekpresi datar tanpa raut wajah yang sedih sekarang. Lalu Ibu itu mematikan panggilan telepon suara tersebut.
“Pak Alex ayo sekarang ke Polsek, Indra sudah ditemukan Pak.” Kata Bu Aisyah yang sudah bisa tersenyum sekarang. Sedangkan Alex masih merasakan ketegangan kemudian bergegas masuk ke dalam mobil dan diikuti oleh Andra, Bu Aisyah dan Kepala sekolah.
Alex belum merasa tenang sebelum Dia benar-benar melihat Indra di depan matanya. Untung saja kepala sekolah bersedia untuk menyetir mobil. Dalam kondisi ini Alex ingin menyetir namun ia mengurungkan niatnya karena Dia pasti akan mengebut, dan tak ingin mengulangi kejadian pahit enam bulan lalu.
Nada dering HP nokia itu berdering kembali. “Assalamualaikum Pak, iya Pak? Baik Pak.” Dengan sigap Bu Aisyah menjawab dan menutup telepon genggamnya.
“Pak Kepsek Kita harus putar balik dan menuju kota Bogor. Indra sedang di kantor Polisi kota Bogor.” Ujar bu Aisyah sedikit tenang namun terlihat Alex semakin tegang. Dia belum bisa menjernihkan pikirannya. Alex bertanya-tanya dalam hati, bagaimana bisa Indra sampai kota Bogor.
“Pak Alex, Bapak bisa tenang. Alhamdulillah, kata Polisi tadi Indra tidak kenapa-kenapa. Tidak kurang satu pun dari Indra.” Jelas bu Aisyah sambil memegang pundak Alex. Perlahan ketegangan Alex memudar. Sentuhan tangan Bu Aisyah sedikit membuatnya bergetar.
Selama enam bulan, belum sedikit pun badan itu tersentuh jemari seorang perempuan. Alex mengalihkan perhatiannya dengan menepuk-nepuk paha Hendra. Kemudian Bu Aisyah melihat jalan di laluinya dibalik kaca pintu mobil itu.
“Pak Alex kita sudah sampai.” Pak Kepsek membangunkan Alex. Alex tertidur bersamaan dengan kedua Anaknya. Dia kelelahan seharian mengurus anaknya, ditambah dengan perjalanannya untuk menemukan Indra.
“Maaf Pak Saya tertidur.” Muka kantuk Alex belum sepenuhnya hilang namun tetap saja Dia bergegas turun dan berjalan cepat masuk ke kantor Polisi. Kemudian Alex melihat Indra yang sedang duduk manis sambil mengemut lolipop yang sudah sebesar kelereng itu.
Eliana hanya memandang Alex dari kejauhan. Alex perlahan mengecil dari pandangannya. Hinggar akhirnya Alex menghilang saat Eliana di dalam mobil yang melaju perlahan di pembelokan jalan raya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Dwi MaRITA
trus.... gimana indra kok isa nyasar mpek k bogor yak?
pa satpam skulahnye gak ada...
misteri beud... 🙊
2022-09-07
0
Dwi MaRITA
apakah eliana mmpnyai wajah mirip nindi...
😁
2022-09-07
0