Keesokan paginya, Dira kaget melihat Ayahnya pingsan di ruang tamu.
" Ayah... bangun. Ayah kenapa? badan ayah panas banget." Kata Dira sambil terisak dalam tangisnya. Dira segera memanggil Pak Budi tetangganya untuk membantu kerumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Ayah Dira segera di bawa ke ruangan untuk segera di tangani dengan cemas Dira menunggu dokter keluar.
" Tenang, nak Dira. Ayah kamu pasti baik-baik saja." Kata Pak Budi mencoba menghibur Dira.
" Terima kasih ya, Pak. Bapak selalu membantu kami. Maaf kalau kami selalu merepotkan bapak." Kata Dira sembari meremas jari jemarinya dengan perasaan penuh khawatir. Pak Budi adalah tetangga Dira yang baik hati, kebetulan Dira dan Ayahnya bukan orang baru di kampung itu, karena yang Dira tempati adalah rumah lama mereka.
" Tidak usah begitu, Pak Salman itu orang baik. Beliau juga sering menolong bapak. Jadi sekarang bapak yang gantian menolong Pak Salman ketika susah."
" Makasih, ya Pak. Dira bersyukur karena ada Bapak disini. Bapak sama Bu Murni sudah Dira anggap sebagai orang tua kedua Dira."
Dulu saat Pak Budi ingin menyekolahkan anak laki-lakinya, Pak Salman lah yang membantunya. Hingga anak Pak Budi bisa menjadi seorang TNI dan kini sudah menikah serta memiliki anak. Namun anak Pak Budi sedang bertugas di Merauke membawa serta anak dan istrinya.
" Sama-sama, Nak." Balas Pak Budi sambil menepuk bahu Dira dengan lembut seperti kepada anaknya sendiri. Tak lama kemudian dokter pun keluar.
" Keluarga Pak Salman." Kata Dokter.
" Iya, Dok. Saya Anaknya. Gimana dok keadaan Ayah saya."
" Mbak tidak perlu terlaku khawatir, hanya gejala tipus saja tapi harus di rawat inap dulu untuk 3 hari kedepan." Kata Dokter.
" Syukurlah. Terima kasih ya dok."
" Sama-sama, Mbak. Kalau begitu saya permisi." Kata Dokter.
" Iya, Dok. Terima kasih." Balas Dira. Dira dan Pak Budi segera menuju kamar Pak Salman di rawat.
" Dira." Sapa Pak Salman lirih.
" Ayah, ayah kenapa sampai kayak gitu? Kenapa Ayah nggak bilang kalau lagi sakit. Kenapa sampai nunggu pingsan."
" Maafin Ayah. Ayah nggak mau bikin kamu khawatir, kamu harus kerja dan kuliah. Nanti kamu malah nggak fokus."
" Ayah nggak boleh ngomong gitu, Dira sama sekali nggak merasa di repotin. Ini sudah jadi tugas Dira, Ayah." Kata Dira sambil memeluk Ayahnya yang terkulai lemas di rumah sakit.
" Maafin Ayah, nak. Karena ayah kamu harus menderita." Kata Pak Salman sambil menangis.
" Pak Budi, terima kasih ya sudah bantu saya. Maaf kalau saya sudah merepotkan." Imbuh Pak Salman.
" Tidak, Pak. Sama sekali tidak merepotkan. Saya senang bisa membantu Pak Salman. Dira, bapak pamit pulang dulu ya. Bapak mau mengantar Bu Murni ke pasar dulu untuk jualan Bakso nanti siang."
" Iya, Pak. Terima kasih. Hati-hati ya Pak."
Pak Budi memiliki kedai bakso yang sedang berkembang dan itu semua berkat bantuan Pak Salman. Pak Budi sudah punya 3 Kedai Bakso. Meskipun masih 1 kota, bakso Pak Budi cukup terkenal.
" Nak, kamu lebih baik pergi kuliah saja. Ayah baik-baik saja kok. Lagian ada suster yang jagain disini. Jangan sampai terganggu kuliah kamu, bikin bangga Ayah, Nak." Kata Pak Salman mencoba menyemangati Dira.
" Baik lah, demi Ayah. Dira akan lakuin apa aja. Kalau gitu, Dira pamit ya Yah." Dira pun akhirnya pulang naik ojek online untuk ganti baju dan bersiap ke kampus. Namun Dira tidak lupa menyiapkan dagangannya karena tiap tengah malam Dira selalu bangun membuat adonan roti. Dengan gaya tomboynya, tank top yang di lapisi kemeja lengan panjang tanpa di kancingkan dengan rambut kuncir kuda, celana jeans robek-robek dan sepatu sneaker melengkapi style Dira sehari-hari.
" Semangat Dira. Bismillah. Hari ini laris manis." Gumam Dira sambil menyemangati dirinya sendiri. Dira pun segera berangkat berkeliling di tempat biasa dia berjualan. Namun saat melewati tikungan, ada mobil yang melaju cukup kencang menabrak Dira. Dan BRUK. Untunglah mobil itu segera mengerem mendadak namun tetap saja Dira terjatuh karena mencoba menghindar. Pengemudi mobil itu segera turun.
" Maaf Mbak. Maaf, saya tidak sengaja."
" Gimana sih bapak ini. Hati-hati dong Pak lain kali kalau nyetir. Ini box saya dan sepeda saya pada lecet dan baret-baret gini. Lain kali hati-hati ya, Pak."
" Maaf, mbak. Tadi majikan saya nyuruh ngebut karena buru-buru." Kata Sopir itu ketakutan. Dira pun mencoba melongok ke arah mobil, melihat siapa majikan Pak Supir ini. Dan itu Keenan.
" Ayo, Pak cepetan. Kasih uang ajalah biar beres. Orang seperti itu biasanya modus, Pak." Kata Keenan menurunkan kaca mobilnya.
" Oh itu majikan, Bapak." Mendengar suara Keenan. Dira segera menghampirinya.
" Oh, Bapak Keenan yang terhormat anda rupanya." Kata Dira dengan ketus. Tanpa banyak bicara Keenan mengeluarkan 10 lembar uang 100 ribuan dan memberikannya pada Dira. Dengan kasar Dira melemparkan uang itu ke wajah Keenan.
" Maaf, Pak. Jangan menilai segala sesuatu dengan uang. Jangan karena anda kaya, uang bisa membeli segalanya termasuk harga diri saya. Belajarlah menghargai orang dan jangan mudah menilai sesuatu dengan materi."
Mendengar kata-kata Dira. Keenan hanya tersenyum tipis tanpa bereaksi.
" Ayo, Pak kita pergi. Nggak usah jadi orang munafik. Mana ada orang nggak mau uang." Keenan segera menutup kaca mobilnya. Pak Imron segera masuk ke dalam mobil karena suasana hati bosnya sudah rusak. Dira pun mencoba menahan amarahnya dengan sikap Keenan yang angkuh itu.
" Dasar orang kaya sombong. Siapa sih belagu amat. Baru kaya gitu aja sombong." Gerutu Dira sambil berjalan tertatih membangunkan motornya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 437 Episodes
Comments
Mulyanthie Agustin Rachmawatie
blm tau rasa nya nti jadi bucin pada Dira he...he...he...jgn terllu sombong pak Keenan...😠
2023-07-29
0
Kinan Rosa
aku suka dengan cerita wanita kuat
dan semoga Dira selalu bersikap yang tegas dan tak mudah tergoda oleh rayuan laki laki apalagi si Kenan
2023-06-18
0
Reski Mulia
mantap
2023-03-21
0