BAB 4 Cari Kerja & Makan Malam

Zelisia terbangun saat matahari sudah terbenam. Dia langsung beranjak ke kamar mandi, dia hanya membasuh wajah, karena dia terlalu malas untuk mandi.

✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈

"Gabut anj*rrr. Hah... Gw mau cari kerja aja deh." Gumam Zelisia sambil mengeluarkan ponselnya. Dia langsung mencari pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya.

"Eh, Cafe Zeint? Ini bukannya Cafe terkenal yang di akhir cerita novel itu, resepsi pernikahan tokoh utama itu di selenggarain di sana? Dan cafe ini punya salah satu penggemar rahasia Elisa. Tempatnya 'kan, gak jauh jauh amat dari sini. Wow... Gas, langsung kesana buat masukin lamaran." Ucap Zelisia yang langsung memposisikan dirinya menjadi duduk. Zelisia memasuki WIC, dan mengganti outfitnya.

"Gila, kalau gw ikut fashion show, gw pasti pulang bawa 3 buah piala." Ucap Zelisia menatap pantulannya di cermin.

Zelisia langsung mengambil tasnya, dan keluar dari kamarnya. Saat keluar kamar, dia berpas pasan dengan seorang pria. Zelisia memutar bola matanya malas saat matanya berpas-pasan dengan pria itu.

"Mau kemana?" Pertanyaan itu keluar dari bibir tipis pria itu, setelah menatap Zelisia dari atas sampai bawah.

"Bukan urusan lo?!" Ucap Zelisia dengan nada sinis, dan berjalan melewati pria itu.

Merasa kesal karena mendapat jawaban yang ketus dari Zelisia, pria itu langsung mencekal lengan Zelisia, "Gw abang lo! Jadi urusan lo, urusan gw juga." Ucap pria itu manatap Zelisia tajam.

"Tapi gw gak pernah anggep lo abang gw tuh?!" Ucap Zelisia balas menatap pria itu tak kalah tajam.

"Lo?!" Geram pria itu sambil menunjuk wajah Zelisia.

"Apa, hah?! Mau ngomong apa lagi lo? Jangan kira gw gak tau apa yang lo lakuin selama ini yah, Dirga." Ucap Zelisia langsung berjalan melewati pria itu.

Pria yang dipanggil Dirga itu mematung mendengar penuturan Zelisia. "Apa maksudnya?" Gumam pria itu menatap punggung Zelisia yang mulai menghilang dari pandangannya.

"Anj*ng tuh Dirga. Udah bikin nih pemilik tubuh asli menderita, dia malah ngaku ngaku jadi abangnya lagi. Emang gak punya malu tuh orang." Zelisia terus mengomel sepanjang jalan.

"Hah, udahlah. Sekarang fokus buat wawancara aja." Gumam Zelisia, yang saat ini sudah berdiri, tepat didepan cafe.

"Eh, bentar. Ini kan cafe yang biasa tokoh utama pakai buat nongkrong. Kalau gw kerja di sini pakai identitas asli gw, otomatis mereka bakal ngenalin gw, apalagi gw udah selalu ketemu mereka di sekolah. Gak, gak! Gw harus buat ID baru, biar gak ada konflik. Gw gak mau kalau harus berurusan sama kumpulan shikopat itu, hiiikkkk." Gumama Zelisia, yang bergidik ngeri mengingat seberapa mengerikannya tokoh tokoh penting dari dunia novel yang dia tempati saat ini.

"Ehh, ada toserba tuh. Kebetulan bet. Tuhan emang lagi berpihak sama gw." Gumam Zelisia yang langsung berjalan menuju toserba yang berada tidak jauh dari tempat dia berdiri.

Dia membeli satu set baju. Langsung saja dia mengenakan baju itu, dan menyamarkan penampilannya.

"Nah, perfect. Sekarang gw bisa kerja dengan tenang." Ucap Zelisia berjalan santai ke cafe.

✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈

BRUKHH

Zelizia menghempas tubuhnya kekasur empuk itu. "Akhirnya, gw keterima kerja di sana. Haishhh, badan gw lengket bet, tapi gw malas mandi. Udahlah, gw ganti baju aja, gak usah mandi lagi." Ucap Zelisia dengan malasnya bangun dari posisi tidurnya. Zelisia melangkah dengan gontai kekamar mandi untuk cuci muka.

"Nah, ginikan enak." Ucap Zelisia yang baru keluar dari WIC.

KRUUUKKK

"Duh, nih perut tau aja kalau gw belum makan. Butuh asupan, wkwk." Ucap Zelisia sambil mengelus perut ya yang baru saja berbunyi. "Pas bet udah jam makan malam, pasti udah ada makanan, jadi gw gak perlu masak lagi." Ucap Zelisia lagi setelah melihat jam di ponselnya.

Zelisia keluar dari kamarnya, dan langsung berjalan menuju lift. Saat akan memasuki lift, dia berpas pasan dengan dua orang pria, salah satunya Dirga, pria yang mengaku sebagai kakaknya Zelisia siang tadi.

"Gw gak jadi pake lift, gw lewat tangga." Bukan Zelisia, juga bukan Dirga yang mengatakan itu, tapi pria lainnya yang datang bersama Dirga, yang langsung pergi kearah tangga. Zelisia hanya menatap datar punggung pria yang sedang menuruni tangga.

"Lo juga, sana pake tangga?!" Ucap Zelisia menatap malas Dirga yang saat ini menatapnya dengan tatapan yang rumit.

"Dari mana kamu tadi, sampai pulangnya udah hampir malamnya gini?" Tidak menanggapi Zelisia, Dirga malah melontarkan pertanyaan pada Zelisia.

"Urusannya sama lo?" Tak ingin menjawab, Zelisia malah melontarkan pertanyaan lain. Toh, pria di depannya ini tidak memiliki hubungan apapun dengan. Hubungan darah? Oh, tidak. Pria itu hanya anak angkat, jadi tidak ada hubungan apapun, sekalipun ada, pria didepannya itu hanya sepupu jauhnya yang diangkat jadi anak oleh kedua orang tuanya karena orang tua kandung Dirga meninggal dalam kecelakaan pesawat saat Dirga berusia 5 tahun.

"Bisakah kamu tidak bersikap dingin pada kami? Sekalipun kami hanya anak angkat, tapi kita masih keluarga bukan?" Ucap Dirga yang menatap tepat di bola mata Zelisia.

"Keluarga? Ckck. Gw bisa gak dingin lagi ke lo semua, tapi dengan syarat, lo sama saudara lo yang lain jangan sok lemah depan orang tua gw, dan bikin gw seolah olah nindas kalian. Dan, lo harus ubah tatapan lo ke gw." Ucap Zelisia yang langsung memasuki lift, meninggalkan Dirga yang masih terdiam di tempat.

TING

Lift terbuka, dan Zelisia langsung keluar dan berjalan kemeja makan. Disana sudah ada orang tua Zelisia, dengan seorang gadis yang sedang membantu Mama Zelisia menyusun makanan di meja makan, dan seorang pria yang duduk di meja makan bersama Papa Zelisia.

"Eh, Sia. Kamu tumben mau makan disini bersama kami?" Ucap, gadis itu saat melihat Zelisia yang berjalan menuju meja makan.

"Ini rumah gw, semua yang ada di sini punya gw. Terus, kenapa gw gak boleh ke sini? Emang lo siapa, sampai tanya ngapain gw ke sini? Cuma Pembantu juga, segala tanya-tanya Majikannya?!" Ucap Zelisia menatap sinis gadis itu, dengan smirk yang tercetak di bibir tipisnya. "Dan lagi, lo bukan siapa-siapa gw, jadi tolong, lo jangan panggil nama gw kayak gitu. Lo, lo, sama kakak lo yang satu lagi, harus panggil gw Zeli, bukan Sia. Cuma Keluarga gw yang boleh panggil gw Sia." Ucap Zelisia penuh penekanan sambil menujuk mereka (orang tua Zelisia).

"Sia, Papa gak pernah ajarin kamu bersikap kayak gini yah, sama kakak-kakak kamu." Ucap Papa Zelisia marah karena sifat anaknya itu, yang tidak bisa menerima keberadaan saudara-saudara angkatnya.

"Kakak? Maaf Pa, Sia gak ingat kalau Sia pernah punya kakak. Yang Sia tau, Sia satu-satunya anak yang lahir dari rahim Mama." Ucap Sia menatap pria yang berstatus sebagai papanya itu sinis.

"Kamu?!" Geram pria itu menatap Zelisia tajam, dia heran dengan sifat anaknya yang berubah 180° setelah kejadian dimana dia tau bahwa kakak-kakaknya itu hanya anak angkat, bukan anak kandung mereka.

"Pah, udah, udah. Ini lagi di meja makan, gak baik bertengkar di depan makanan. Kamu juga Sia, kamu harus terima, bahwa Dirga, Varo, sama Sasa itu kakak kamu, sekalipun mereka bukan anak yang lahir dari rahim Mama. Kamu, harus hormat sama mereka." Ucap Mama menenangkan Papa Zelisia, dan menasehati Zelisia.

"Ck?!" Zelisia menatap mereka sinis. "BIBIII?!" Teriak Zelisia memanggil wanita tua yang ia tau, wanita itulah yang selalu merawat Zelisia saat orang tuanya begitu sibuk dengan pekerjaan mereka.

Seorang wanita berjalan dengan langkah cepat dari belakang, saat mendengar panggilan gadis itu yang terdengar sedang marah. "Iyah... hah... non... a... ada yang bisa Bibi bantu?" Tanya wanita itu saat sudah berdiri didepan gadis itu, dengan nafas yang memburu.

"Bi, tolong masakin Sia makanan kesukaan Sia, nanti antar aja keruang TV. Sia makan di sana." Ucap Sia yang matanya setia menatap mamanya tajam, kemudian berbalik dan pergi dari sana, setelah mengucapkan pesanannya pada Bibi.

"Ah, iya non." Ucap Bibi itu yang akan melangkah ke dapur.

"Biar saya aja yang masak Bi. Makanan kesukaan Sia masih yang biasa 'kan?" Ucap mama Zelisia yang di akhiri pertanyaan.

"Anu... itu, sebenarnya non Sia gak..." Ucap Bibi menggantung ucapannyanya. "Em, biar Bibi aja yang masak nyonya. Takutnya non Sia gak makan kalau bukan masakan Bibi." Sambung Bibi membuat mereka yang ada disana merasa heran.

"Maksud Bibi gimana sih? Bukannya Bibi biasa bawa masakan saya buat Sia? Kok bibi malah ngomong gitu?" Tanya Mama Zelisia menatap Bibi bingung.

"Iya Bi, kok Bibi bisa ngomong gitu? Emang masakan Bibi lebih enak dari masakan Mama?" Tanya Alesa yang sama bingungnya.

"Bukan itu maksud saya non. Tapi, itu, non Sia biasanya gak makan makanan yang nyonya masak setiap saya antar ke kamar. Katanya... emm... itu bukan makanan kesukaan non Sia, setiap bibi tanya 'kenapa makanannya gak dimakan.' Jelas wanita tua itu dengan nada pelan diakhirnya, takut menyinggung perasaan nyonya nya itu. "Yaudah, Bibi masak dulu." Ucapnya lagi, yang langsung berjalan kedapur dan langsung menyiapkan alat dan bahan.

'Apakah anak itu mulai membenci kami? Maafkan Mama Sia, Mama sama Papa gak maksud bikin hubungan kita renggang kayak gini.' Batin Mama Zelisia yang terdengar parau. "Ayo sayang, kita makan. Kak Dirganya udah datang." Ucap Mama berusaha mengabaikan rasa bersalah dihatinya, sambil mengusap sayang puncak kepala Alesa.

"Mama gapapa? Maaf Ma, gara-gara kita, hubungan Mama, Papa harus renggang sama Zeli." Ucap Alesa tulus, dia jelas merasa bersalah.

"Iya Ma. Gara-gara kita tinggal di sini, hubungan kalian jadi renggang sama Zelisia." Ucap pria yang sejak tadi hanya diam dan menyimak, akhirnya berbicara.

"Udah, udah. Di sini gak ada kok yang hubungannya renggang. Sia cuma butuh waktu aja. Kalian jangan ada pikiran buat pergi dari sini yah, kalian tetap anak anak Mama." Ucap Mama sambil tersenyum lembut.

"Iya, Sia cuma butuh waktu. Dia belum dewasa, jadi dia masih belum bisa mengerti keadaan kalian. Kalian tenang aja, perlahan dia pasti ngerti kok. Kalian yang sabar yah." Ucap menatap kedua anak angkatnya itu secara bergantian.

✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈

"Kamu gak makan?" Tanya Dirga yang baru keluar dari lift, dan melihat Zelisia yang sedang menonton film action yang di tayangkan di layar televisi itu.

"Hm." Gumam Zelisia yang terlihat fokus dengan tayangan yang ada di televisi.

"Hahhh~" Dirga menghela nafas berat, kemudian berjalan ke meja makan untuk makan malam bersama keluarganya.

Nama : Herson Winston

Umur : 47 Tahun

Nama : Chelsea Q. Winston

Umur : 46 Tahun

Nama : Dirga Q. Winston

Umur : 18 Tahun

Nama : Alvaro Q. Winston

Umur : 17 Tahun

Nama : Alesa Q. Winston

Umur : 17 Tahun

Terpopuler

Comments

Manusia

Manusia

Kembar?

2023-04-26

1

Manusia

Manusia

Ngapain hormat sama binatang mah😊

2023-04-26

1

Manusia

Manusia

Bau badan lo

2023-04-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!