Mabuk

Daniel mengulurkan tangannya, "Bagaimana kabarmu, Viona?"

Viona nampak gugup sekali, seorang Daniel menanyakan kabar padanya. Benar kah ini? Mengapa dia harus kegeeran, ingat Viona, kamu sudah bersuami. Mungkin Daniel memang selalu begitu kepada orang lain, karena Daniel orangnya memang ramah. Viona terus saja bermonolog sendiri dengan pikirannya.

Viona berusaha untuk bersikap tenang, dia meraih tangan Daniel, saat kedua tangan itu saling bersentuhan rasanya ada sesuatu yang bergetar di dalam dada, kedua mata mereka saling memandang.

"Kabarku baik." Viona segera melepaskan tangannya.

Daniel tersenyum manis, "Syukurlah kalau kabar kamu baik. Mengapa kamu sendirian aja? Gak bawa pasangan?"

Jika Viona bisa berkata jujur, dia ingin Daniel tidak tersenyum padanya. Senyuman itu membuatnya terhipnotis ingin selalu memandangi wajah tampannya. Karena itu Viona memilih fokus untuk minum lagi.

"Suami aku lagi kerja ke luar kota." Viona mengatakan itu sambil agak menundukkan kepala, dia tidak ingin melihat Daniel, dia tidak boleh menumbuhkan rasa cinta yang dulu pernah terpendam untuknya.

Namun Daniel malah duduk di samping Viona, membuat Viona semakin gugup.

Tenangkan hati kamu Viona, jangan sampai kamu terlihat gugup.

Viona segera meminum kembali minuman yang berwarna merah itu untuk menyembunyikan rasa gugupnya.

"Emm... apa kamu masih ingat waktu kerja kelompok, kita semua malah bermain petak umpet." kata Daniel, pandangan matanya tak bisa lepas dari wajah cantik Viona.

Sementara Viona memilih menundukkan kepala, dia tidak mengerti mengapa Daniel malah memilih mengobrol dengannya dibandingkan wanita-wanita lainnya, padahal mereka masih ada yang single.

"Oh itu, iya aku ingat. Waktu itu kita bersembunyi di tempat yang sama, di dalam lemari." Rupanya Viona baru ingat, masih ada kenangan dia dan Daniel, saat Daniel menarik tangannya ke dalam lemari pakaian, waktu Viona kebingungan mencari tempat untuk bersembunyi. Saat itu mereka saling berhadapan, rasanya jantung Viona hampir mau meledak kala itu.

Daniel tertawa kecil, "Waktu itu aku reflek menarik kamu karena melihat kamu kebingungan mencari tempat untuk bersembunyi."

"Emm... iya, begitu." Viona nampak ambigu, dia tidak tau harus bicara apalagi pada Daniel.

Daniel memperhatikan minuman yang Viona minum. " Kamu suka minum?"

"Emm... Oh iya aku suka minuman ini."

Daniel mengerutkan keningnya seakan tidak mempercayai ucapan Viona. Apa Viona suka mabuk? Padahal dia pikir Viona bukan tipe wanita seperti itu.

Lalu ada seorang wanita memanggil nama Daniel, "Daniel!"

Wanita itu melambaikan tangannya pada Daniel, tentu saja Viona mengenalnya, dia adalah wanita terpopuler di sekolah, dia bernama Alexa. Sosok wanita yang dulu digadang-gadangkan paling cocok berpasangan dengan Daniel.

Daniel tersenyum membalas lambaian tangan Alexa.

Hm... ya Daniel seperti itu, dia selalu bersikap ramah kepada siapapun, makanya Viona tidak ingin kepedean hanya karena Daniel datang menghampirinya.

"Aku pergi dulu." pamit Daniel.

"Emm...oh iya silahkan."

Viona memperhatikan Daniel yang datang menghampiri Alexa, mereka terlihat akrab sekali, bahkan mereka berbicara dengan begitu asik, tidak dengannya yang lebih banyak memilih diam.

Hm... andai dia belum menikah, mungkin dia akan sedikit lebih berani. Viona menepuk jidatnya sendiri, bisa-bisanya dia berpikiran seperti itu. Mau seberani apapun tetap saja dia tidak akan cocok dengan Daniel, Daniel lebih cocok dengan wanita seperti Alexa, sama-sama good looking dan berasal dari keluarga terpandang.

Viona jadi ingat Satria, ya lebih baik dia memikirkan suaminya, namun sampai sekarang Satria belum juga membalas pesan darinya, padahal dia sudah mengirim pesan tiga jam yang lalu.