Kejutan Di Pagi Hari

Waktu pagi yang masih tampak embun basah di berbagai hamparan jalan, seorang gadis berdiri di depan jalanan sehabis keluar rumah sakit.

“Aduh…kok nggak ada taksi lewat yah? Nanti bisa telat ke sekolah.” gerutu Laurent yang melihat jam di pergelangan tangannya.

Ponsel yang ia pegang pun sama tak menunjukkan ada pergerakan dari taksi online di jam sepagi ini.

“Ibu juga pasti belum ke sini. Kasihan Ayah. Semoga Ayah masih tidur di dalam sana. Hari ini kan ada kuis, nggak mungkin buat ijin jaga Ayah.” tutur gadis cantik dengan bibir komat kamit melihat kendaraan yang sepi berlalu lalang.

Hingga beberapa menit ia mulai lelah berdiri, tiba-tiba saja terdengar klakson mobil yang berhenti di gerbang rumah sakit.

“Laurent, kamu baru mau pulang?” tanya seseorang yang baru saja menurunkan kaca jendela mobilnya.

Senyuman seketika mengembang di wajah cantik Laurent. Ia pun mengangguk cepat lalu berkata, “Iya, Bu. Tapi nggak ada taksi dari tadi nungguin.” keluhnya dengan wajah sedih.

“Kamu pulang pakai mobil ini saja. Tidak apa-apa masih terlalu pagi, aman dari razia. Ingat hati-hati yah? Kamu belum punya sim loh. Langsung pulang ke rumah. Ibu mau masuk langsung.” Sang Ibu seketika turun dari mobil tanpa mematikan mesin mobilnya.

Ia berjalan menghampiri Laurent.

“Jangan Bu. Nanti Laurent yakin Ibu pasti butuh mobil ini. Lagi pula ini masih terlalu pagi. Biar nunggu taksi sebentar lagi.” tolaknya karena tidak ingin Amanda kesulitan jika ingin bepergian.

Amanda tersenyum. Inilah yang sangat ia sukai dari anak tirinya. Selalu memikirkan orang di sekelilingnya baru memikirkan diri sendiri.

“Nak…” Di usapnya lembut rambut panjang sang anak. “Pagi sepi seperti ini rawan orang jahat. Lebih aman bawa mobil sendiri. Dengarkan Ibu.” tuturnya lemah lembut.

Mendengar nada bicara sang Ibu, tentu Laurent tak kuasa untuk menolak lagi. Tangannya bergerak meraih tangan sang ibu lalu mencium punggun tangan itu.

Setelah berpamitan, gadis itu segera melaju menuju kediaman dimana seorang gadis terlihat tengah bersantai dengan setelan olahraga serta tubuh yang berkeringat.

“Kak, buatin jus jeruk dong.” teriak Lina kala melihat Laurent turun dari mobil.

“Iya, aku siap-siap dulu. Takut terlambat.” sahut Laurent dengan santai.

Lina sontak mencebikkan bibirnya. “Coba aja kalau di depan Ibu atau Ayah, pasti langsung di buatin. Apa perlu aku video call mereka baru Kakak buatin aku langsung jus jeruk?”

Laurent menghela napas kasar, lagi-lagi kesabarannya di uji oleh anak ingusan seperti Lina.

“Oke, buat sekarang. Puas kan?” ketusnya melenggang masuk ke dalam kamar.

Di rumah tampak pelayan tengah membersihkan seluruh sudut rumah usai menyiapkan sarapan. Sementara Lina yang masih berada di luar tersenyum-senyum dengan ponsel di genggamannya.

“Ini jusnya.” Setelah beberapa saat akhirnya Laurent datang dengan segelas jus yang menggiurkan tentunya.

“Kamu jangan terlalu sering minum seperti ini, Lin. Magg kamu sering kambuh loh, yang bagus kalau pagi itu yang hangat-hangat.” naseha Laurent namun di acuhkan oleh sang adik.

“Udah sana pergi. Aku mau menikmati pagi ku yang cerah ini. Oh iya sekalian ijinkan yah di kelas. Aku mau ke rumah sakit soalnya.” Lina kembali fokus pada ponsel tanpa memperdulikan Laurent yang mengernyit menatapnya.

Sejak kapan Lina rela bolos sekolah demi keluarga. Ini adalah hal yang langka. Begitu pikir Laurent.

Masa bodoh karena bicara pun, tentu adiknya itu tidak akan menghiraukan. Justru yang ia dapat pasti hanya cercaan dan hinaan. Akhirnya dengan pasrah, Laurent melangkah masuk kembali untuk bersiap sekolah.

Seragam putih abu-abu dan sepatu yang sudah lengkap bersiap mengantarkan gadis cantik itu ke sekolahnya. Senyuman mengembang di wajah cantiknya. Meski di bawah mata gadis itu ada kantung mata yang menandakan bahwa ia kurang tidur.

“Semoga kuis hari ini berjalan lancar. Aamiin.” ucapnya semangat. Berharap hasil akan sesuai dengan apa yang ia usahakan semalam.

Yah, Laurent rela tidur hanya beberapa jam demi belajar dan menjaga sang ayah.

“Non Laurent, taksinya sudah datang, Non.” panggil pelayan yang berlari di bawah anak tangga sembari menengadah menatap ke arah kamar Laurent.

“Iya, Bi. Aku datang.” teriaknya berlari cepat menuruni tangga.

“Aduh Non, hati-hati jangan lari seperti itu bahaya.” peringat sang pelayan namun hanya mendapat senyuman dari Laurent.

“Aman Bibi. Doakan yah semoga semuanya lancar hari ini. Assalamualaikum.” ujar Laurent bergegas pergi dari dalam rumah.

Namun tak ia sangka, langkah terkahirnya kali ini menginjak tangga lebar di teras rumah justru terhenti dengan mendadak. Senyuman di wajahnya pun seketika hilang.

Roti yang ia gigit tadi terjatuh di tangannya. “Raul…” tuturnya lirih penuh kebingungan.

Pagi ini ia melihat dua manusia tengah tertawa lepas di depan rumahnya.

“Jangan lupa ijin buat aku yah, Kak?” teriak Lina dengan santai sembari melambaikan tangannya.

Raul hanya tersenyum menatap Laurent. Ingin sekali gadis itu mendekati sang kekasih. Namun, melihat taksi dan jam tangan yang menunjukkan waktu setengah tujuh, sungguh sangat tidak sempat baginya.

“Hah sudahlah. Aku bisa tanyakan nanti pada Raul.” tuturnya sembari masuk ke dalam mobil.

Mobil taksi pun mulai berjalan meninggalkan halaman rumah milik Pradana. Mata Laurent terus tertuju pada pria yang asik tertawa dengan sentuhan lembut tangan Lina di wajahnya. Sungguh sangat intens.

“Tapi Lina bilang dia akan ke rumah sakit hari ini?” ucap Laurent meyakinkan diri jika semuanya akan baik-baik saja. Raul tidak mungkin meninggalkannya dan beralih pada sang adik.

Terpopuler

Comments

❌

raul gk teges amat sih jadi cowok 😏😏

2022-08-31

0

✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT

✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT

adik tiri nya manja sekali🤔

2022-08-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!