Mawar Berhati Baja
Gwendoline berangkat terburu-buru dengan menyambar novel yang baru dibelinya kemarin.
Menyambar rotinya dan meminum susunya secepat kilat karena khawatir terlambat ke sekolah.
Melirik jam tangannya kurang setengah jam lagi dia harus segera sampai di sekolahnya.
Terburu-buru menyeberang jalan karena mengejar bis yang akan mengantarnya ke sekolah dan tiba-tiba matanya menggelap.
"Gwen!!!" Teriakan ibunya menggema seiring dengan suara dug kencang yang menyambar tubuhnya yang terlempar ke pinggir trotoar.
Dinding berwarna krem, ranjang yang berbau sangat wangi seperti semerbak harum kayu cendana dan melati menerpa hidungnya.
Gwen terbangun dan tidak mengenali tempat dimana dia berada.
Cermin besar dan aneka peralatan make up terhampar dan lemari berisi pakaian-pakaian mewah dan seksi.
"Dimana aku? Tempat apa ini?"
Tubuhnya telanjang bulat dan disampingnya tidur seorang pria yang berwajah tampan. Tertidur nyenyak seperti bayi.
"Astaga! Apa yang sudah kulakukan?"
Gwendoline bermaksud beranjak dari tempat tidurnya. Tetapi sebuah tangan menahan dan memeluknya.
"Jangan pergi dulu!" Sahut pria yang sedang tertidur itu berkata padanya.
Pria itu memeluknya sangat erat. Mencerukkan wajahnya ke lehernya.
Gwendoline merasa sangat risih. Hatinya resah. Bagaimana dia bisa tidur bersama dengan seorang pria tidak dikenalnya.
Walaupun wajah pria tersebut sangat tampan. Tetap saja mereka tidak saling mengenal.
Apakah dia dicecoki obat? Atau minum alkohol sampai mabuk? Apa yang sebenarnya terjadi? Dimana mereka saling kenal? Kapan mereka berkenalan? Kapan mereka mulai merasa dekat? Kapan mereka mulai berhubungan intim?"
"Aku mau ke kamar mandi."
Terpaksa dia berbohong agar pria itu mau melepaskannya.
"Jangan lama-lama…."
Pria itu melepaskan pelukannya. Melanjutkan tidurnya.
Gwendoline mengenakan pakaiannya dan berlari ke kamar mandi.
Membersihkan tubuhnya dan merasa jijik dengan apa yang sudah dilakukannya tanpa sadar.
Air matanya mengalir, "Ibu, maafkan, aku! Aku tidak tahu mengapa aku menjadi seperti ini! Bagaimana aku bisa tidur dengan pria yang tidak kukenal sama sekali? Apakah dia memperdayakanku? Aku sudah tidak punya masa depan. Aku wanita yang sangat nakal!"
Selesai mandi, dia mengenakan kamar jas yang ada di kamar mandi dan bermaksud memilih pakaiannya.
Semua pakaian di dalam lemari sangat seksi. Berpotongan dada rendah. Dia tidak bisa memilih satu pun pakaian di dalam lemari tersebut.
Pilihannya jatuh pada baju kaos menggantung, memperlihatkan perut dan pusarnya. Branya juga terlihat mengintip di balik kaos yang menggantung tersebut dan celana panjang ketat.
"Kau sudah mandi?"
Pria tersebut bangun dan melenggang masuk ke dalam kamar mandi.
Terdengar suara air shower dinyalakan. Pria itu bernyanyi kecil sambil membersihkan tubuhnya.
Air shower dimatikan. Tanda pria itu selesai mandi. Hening dan tidak lama terdengar alat cukur dinyalakan.
Pria itu kembali memasuki kamar dengan mengenakan kamar jas. Jubah kamar jasnya dipakai asal.
Tubuhnya yang proposional dengan perut berbentuk six pack mengintip di balik kamar jasnya.
"Mengapa kau menangis? Ah! Wanita memang sulit dimengerti. Kau bersedih atau karena habis bercinta?"
"Apa?" Tanya Gwendoline tidak mengerti.
"Ada wanita yang menangis setiap selesai bercinta. Tapi aku baru melihatmu menangis. Apa kau ada masalah?"
Gwendoline tidak menjawab.
"Kau tidak ingin membagi masalahmu denganku? Tidak apa-apa. Urusanku sudah banyak. Lebih baik kau simpan masalahmu sendiri. Kau pasti bisa menyelesaikannya." Pria itu membuka tutup botol air mineral. Meminumnya sampai tandas. Sepertinya dia terlihat sangat haus.
Membuka tutup kaleng toples yang berisi kue kering. Ada lima jenis kue, coklat, nastar, kastengel, cookies dan lidah kucing.
"Kau dan madam Juwita sudah setuju, aku mengontrakmu setahun. Menikah pura-pura denganku untuk mendapatkan warisanku dari kakekku. Agar aku bisa mengambil warisanku. Syaratnya aku harus menikah baru bisa memperoleh warisan itu."
Gwendoline memandang dengan kelu dan tidak berkata sepatah kata pun.
"Bersiaplah. Supirku akan membawakan barang-barangmu. Kita mampir dulu membeli pakaian. Orang tuaku tidak akan mengijinkan kau berpakaian seseksi ini. Semua pakaianmu digunakan kalau kita berkencan saja? Bagaimana?"
Gwendoline hanya diam. Pikirannya kacau. Dia juga tidak menginginkan semua baju yang sepertinya diperuntukkan baginya.
Dean merangsek maju dan bersiap untuk ******* bibir Sinta.
"Kau mau apa?" Sinta mendorong Dean.
"Jinak-jinak merpati. Ya sudah, nanti saja kita lanjutkan setelah menikah supaya sakral. Ada yang bilang juga kalau calon pengantin jangan saling bertemu sebelum menikah. Aku tidak terlalu percaya takhayul semacam itu. Tapi kalau kau masih mempercayainya, aku menghormatimu." Dean berjalan menjauhkan diri dari Sinta. Dia mengganti jubahnya dengan pakaiannya.
Refleks Sinta menutup mata melihat Dean membuka kamar jasnya. Bertelanjang bulat. Memakai pakaiannya.
"Mengapa kau berlaku aneh? Apakah menikah mengubah kebiasaan dan prilaku seseorang? Tetapi kupikir itu dalam hal tanggung jawab dan anak. Bukan kebiasaan sehari-hari."
Dean meraih sepatunya. Memasang kaos kaki. Memakai sepatunya. Dasinya disampirkan begitu saja. Di sekitar lehernya. Memasang jam tangan yang tergeletak di nakas samping tempat tidurnya.
"Persiapkan semua barang-barangmu dan ikut aku!"
Sepertinya aku bertransmigrasi ke dalam tubuh seseorang.
Gwen membatin. Semua serba asing dan baru dilihatnya. Semua isi kamar ini bukan kepunyaannya sama sekali.
Gwen membereskan barang-barangnya.Memasukkannya ke dalam koper yang terdapat di atas lemari pakaian.
Dia mengganti bajunya kembali dengan pakaian yang dianggap paling sopan karena pakaian yang dipilihnya masih membuatnya risih.
Pilihannya jatuh pada celana panjang ketat yang membungkus tubuhnya dan kemeja tangan pendek yang memperlihatkan lengannya. Mengancingnya sampai paling atas karena khawatir belahan dadanya tersembul. Menyambar syall dan menutupi seluruh tubuhnya dengannya.
"Aku tidak suka semua pakaian disini. Membuatku sangat risih!"
Seorang pria mengetuk pintu kamarnya dan sepertinya supir dari pria muda yang berada di kamarnya.
"Maaf, non saya ingin membawakan barang-barang nona ke mobil."
"Silahkan, pak!"
Gwen berjalan mengikuti supir yang membawa barang-barangnya ke mobil.
"Pak, nanti kita mampir dulu ke toko pakaian. Membeli pakaian untuk Nona Sinta."
"Baik, tuan."
"Aku akan menemui madam Juwita sebentar. Kalian langsung saja menuju mobil. Nanti aku menyusul."
Sayup-sayup terdengar suara pria muda tersebut berkata kepada wanita yang sedang diajak bicara.
"Sudah murah, tuan. Tidak bisa kurang lagi harganya. Aku rugi sebenarnya menjualnya secara kontrak. Selisihnya sangat jauh kalau mengeteng. Apalagi Sinta yang terbaik disini. Memandang hubungan baik denganmu. Aku mau melakukannya."
"Aku hanya minta harganya kau kurangi sedikit."
"Belum bisa tuan. Apa kau ingin menggantinya dengan Shirley atau Mitha?"
"Hmm, tidak. Aku hanya mau Sinta yang menjadi isteri pura-puraku."
Suara pembicaraan mereka semakin sayup dan menghilang.
Sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam mengkilat.
Aku ada dimana? Mengapa semua terasa asing? Aku belum pernah ke tempat ini. Dimana aku?
Apakah aku bertransmigrasi ke tubuh seseorang. Siapa aku?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Murni Dewita
👣
2024-07-25
0
Tantri Utami
gw mampir thor, awal yang mnrk
2023-04-06
0