Bab 5 - Kemana Kau Pergi?

Hera sudah berada di dalam Limousine Hades Club dan dalam perjalanan menuju mansion Hades, duduk santai sambil menikmati Moet et Chandon Brut Imperial Champagne (baca: Sampanye). Rasanya yang seimbang dan elegan menemani perjalanan panjangnya.

Ah... Pemandangan malam ini jadi lebih indah dari balik kaca limousine, batin Hera.

Tiba-tiba handphone Hera berbunyi.

Layar ponsel menunjukkan jika "Julius Caesar" meneleponnya.

"Papa...," ucap Hera kaget setengah mati.

Note: Papa Hera bernama Julius Hudiono tapi karena sikap Papa Hera mirip diktaktor "terakhir" Romawi, Hera menulis nama Papanya di ponsel dengan sebutan "Julius Caesar".

Bagaimana bisa Papa menelepon sepagi ini? Apakah Papa tahu kalau aku akan ke mansion Hades? batin Hera.

"Hallo, selamat pagi, Pa," salam Hera ketakutan.

"Pulang rumah. Sekarang juga!" bentak Presdir kejam.

Celaka... Papa marah besar. Sikap diktaktornya baru saja muncul. Perintah Papa jangan pernah dibantah. Bahaya, batin Hera.

"Baik, Pa," kata Hera kaget.

Hera menutup panggilan dan meminta Supir Club mengantar Hera pulang.

"Dasar Sohib gak tahu diri, main lapor-lapor aja ke Papa. Awas kau!" ucap Hera marah.

*

*

*

Hera pulang ke rumah. Tapi rumahnya sepi, Papa bahkan tidak ada di ruang tengah maupun di ruang kerjanya.

"Fiuh... Aman... Tidak dimarahi," ucap Hera segera masuk ke kamar tidurnya, berganti pakaian dan tidur.

*

*

*

Keesokan harinya,

"Cari tahu apa yang mau dibeli Hera dan katakan pada penjualnya untuk tidak menjual barangnya pada Hera. Gadis itu sudah membuatku marah kemarin malam," kata Presdir Yunani Kingdom Group kepada Sekertarisnya.

"Baik, Presdir."

Presdir kenal betul sifat putrinya, manja dan susah diatur. Percuma marah-marah kepada Hera. Gadis itu akan diam, menutup telinganya dan besok dia akan kembali melakukan kesalahan yang serupa.

Namun jika berhasil menemukan dan menekan titik kelemahannya, yaitu menghambat atau melarang transaksi jual beli barang-barang mewah yang diinginkannya, maka dia akan menyerah dan tidak berbuat sembrono lagi.

Sebuah cara yang mudah sekali dilakukan namun berhasil menguras habis emosi dan membuat Hera frustasi.

Sementara itu, Herapun paham bahwa perbuatannya yang terlalu berani subuh ini, pasti dan pastiii... Papa akan memberikan hukuman yang sama seperti biasanya. Menganggu transaksi pembelian barang limited edition yang baru-baru ini diinginkan Hera, sebuah jaket kulit keluaran desainer kondang dari mancanegara.

Tapi untuk kali ini, Papa pasti tidak dapat menebak apa yang sebenarnya benar-benar dia inginkan.

Hera tersenyum senang penuh kemenangan.

*

*

*

"Panggil Nona Hera ke ruang kerja. Saya mau bicara dengannya," kata Presdir pada Bi Atun yang baru saja menyajikan sepoci teh hangat dan sepiring buah melon segar kesukaan Presdir, sebagai pencuci mulut setelah makan malam.

"Baik, Tuan," kata Bi Atun patuh, mendekap nampan di dadanya, berjalan cepat meninggalkan ruang kerja Presdir. Dasternya bergoyang seirama dengan kecepatan langkah kakinya.

Beberapa saat kemudian, Bi Atun sudah kembali menghadap Presdir. Tubuhnya bergetar ketakutan, manik matanya selalu menunduk, tak berani menatap wajah majikannya.

"Ada apa?" tanya Presdir tidak sabar ingin mengetahui kabar keberadaan putrinya yang tertahan keluar dari bibir asisten rumah tangganya.

"Anu... Anu... Nona Hera tidak ada di kamarnya, Tuan. Saya sudah minta bantuan Satpam untuk membantu mencari Nona Hera. Maafkan saya, Tuan," kata Bi Atun menggigit bibirnya cemas akan kemarahan majikannya.

Brakkk...

"Cepat cari. Kalau tidak ketemu, segera lapor ke saya. Jangan diam saja," kata Presdir dengan nada tinggi setelah menggebrak keras meja yang ada di hadapannya.

"Baik, Tuan. Saya permisi," kata Bi Atun melangkah lebar, keluar dari ruangan, dengan gesit langsung mencari Nona Hera ke setiap penjuru ruangan yang ada di rumah ini.

*

*

*

Beberapa saat kemudian,

Tok tok tok

"Masuk!" perintah Presdir tidak sabar.

Pak Rahmat (Satpam) dan Bi Atun segera melangkah masuk, berjalan gontai mendekati meja Presdir. Mereka semua tampak ketakutan.

"Gimana? Nona Hera belum ketemu?" tanya Presdir dengan nada pasrah seakan sudah tahu bahwa putrinya sudah kabur dari rumah, hanya dengan memperhatikan ekspresi wajah satpam dan ARTnya.

"Belum ketemu, Tuan. Kata satpam baru, Nona pergi dari rumah mengendarai mobil setelah jam makan siang. Maafkan kami, tidak dapat menjaga Nona dengan baik," kata Pak Rahmat langsung memohon maaf sebelum Presdir naik pitam.

"Ya sudah. Mobil mana yang dibawa Hera?" kata Presdir tegas.

"Nona membawa mobil audi R8, Tuan," kata Pak Rahmat mengingat hanya mobil merah itu saja yang hilang dari garasi.

"Baik... Kalian berdua boleh pergi. Lain kali, kalian harus jaga baik-baik putriku jangan sampai kabur lagi," kata Presdir tegas.

Pak Rahmat dan Bi Atun langsung mundur teratur keluar ruangan, sedikit lega karena majikannya tidak memecat mereka berdua walaupun sudah berbuat kesalahan fatal.

Presdir segera mengambil ponselnya dan menelepon seseorang yang dipercaya dapat menemukan keberadaan putrinya dalam waktu singkat.

"Rudi, tolong lacak di mana mobil audi R8 saya. Kabari saya secepatnya," kata Presdir dengan cepat.

Presdir menutup sambungan teleponnya, berjalan ke dekat jendela, memandang rembulan yang bulat sempurna di langit malam.

"Permainan apa yang sedang kamu mainkan Hera? Apa yang kamu inginkan sekarang?" gumam Presdir cemas tidak dapat menebak pemikiran putrinya kali ini.

*

*

*

Flash Back On

"Hallo... Sofie, 10 menit lagi aku sampai di rumahmu. Cepatlah bersiap dan antarkan aku ke bank untuk mengambil uang," ucap Hera cepat di telepon.

"Baiklah," ucap Sofie.

Beberapa jam kemudian, Hera dan Sofie sudah berada di luar bank.

"Apakah aman membawa uang begitu banyak tanpa pengawalan polisi?" tanya Sofie kurang nyaman mengetahui Hera menarik uang ratusan juta dalam bentuk cash.

"Tak perlu, segera antarkan aku ke Hades Hotel sekarang," perintah Hera cepat setelah duduk di jok mobil empuk Sofie.

"Okay, no problem. Kita berangkat sekarang," ucap Sofie segera menjalankan kemudi mobilnya menuju tempat yang disebutkan Hera.

"Sebenarnya untuk apa uang itu, Her?" tanya Sofie yang mulai kepo.

"Aku kabur dari rumah, Sof. Jadi uang ini akan kugunakan untuk membiayai hidupku selama aku kabur," jawab Hera datar.

"Whattt??? OMG, pasti papamu bakal marah padaku, jika tahu kau meminta pertolongan padaku," ucap Sofie syok.

"Mungkin, bisa jadi," jawab Hera tersenyum licik pada Sofie. Inilah hukuman untukmu karena mengkhianatiku kemarin malam.

"Aduh... gawat, gawat. Memang kenapa kamu kabur dari rumah?" tanya Sofie mulai panik dan sedikit kesal karena terlibat dalam masalah Hera.

"Karena aku sebal sama papa. Dia terlalu mencampuri urusanku. Aku sudah dewasa sekarang, usiaku sudah 25 tahun. Aku bebas bergaul dengan siapa saja, kenapa dia melarangku pergi bertemu Hades?" ucap Hera.

"Semua orang tua yang mencintai anaknya, pasti melarang, Her. Hanya kamu seorang yang tergila-gila mengejar Hades," seru Sofie membenarkan tindakan protektif papa Hera untuk mencegah Hera menemui Hades.

"Ah... kalian berdua sama saja," balas Hera.

Flash Back Off

** Hallo, Readers... Jangan lupa tuk memberi like dan vote jika suka dengan novel ini. Supaya Author lebih semangat lagi dalam berkarya. Makasih...

Episodes
Episodes

Updated 47 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!