Kabar Dijodohkan

“Dari dulu Umi lebih sreg kalo Afsheen dijodohkan.” Ucap Umi Tsuroyah pada Farhan.

Malam itu, Farhan dan Umi sedang duduk di ruang tamu. Masih membahas tentang Afsheen yang semakin hari semakin acuh dengan pernikahan.

“Iya Umi. Minta Gus Lafi untuk menjodohkan Afsheen saja, Mi. Apalagi Gus Lafi bukan orang sembarangan. Pasti sangat mempertimbangkan bibit bebet bobot calon untuk Afsheen. Siapa tau nasib pernikahannya nanti harmonis seperti Hanafi sama Mey.”

Mengenai bibit bebet bobot seorang calon di keluarga Afsheen memang sangat dipertimbangkan. Sebab, Afsheen sendiri masih keturunan orang besar nan terpandang di kotanya. Begitu pula Afsheen anak perempuan terakhir yang sangat disayangi keluarganya.

“Hmm.. Tapi, Umi juga penasaran, siapa yang akan dijodohkan dengan Afsheen ya?”

Jawaban Umi membuat Farhan juga berfikir.

Dalam heningnya suasana, tiba-tiba terdengar ada seseorang yang mengucapkan salam dari luar rumah.

“Assalamu’alaikum..”

Ternyata Hanafi dan Mey, istri Hanafi yang datang. Hanafi merupakan kakak Afsheen yang nomor 3. Hanafi sudah menikah dengan kisah perjodohan yang diperantarai oleh Gus Lafi. Kehidupannya sangat bahagia dengan istri yang luar biasa sholihah. Namun, dalam 1 tahun ini mereka belum dikaruniai seorang anak, pasca keguguran 6 bulan lalu.

“Wa’alaikumsalam.. Eehh,, anak Umi yang datang. Duduk sini.”

Hanafi dan istrinya pun duduk di sebelah Umi Tsuroyah.

“Ada yang perlu diobrolkan kah, Mi?” tanya Hanafi.

Sebab, Hanafi yang malam itu tak ada rencana ke rumah Uminya, tiba-tiba ditelpon untuk datang ke rumah.

Umi Tsuroyah memberitahukan semuanya pada Hanafi. Atas pemaparan Umi tadi, Hanafi pun menyetujui apabila Afsheen dijodohkan saja.

“Kalo soal itu Hanafi setuju, Mi. Gus Lafi pernah bilang, kalo ingin menjodohkan Afsheen dengan Bang Kaba. Tinggal Afsheen nya aja mau apa enggak. Batu banget itu anak kalo soal perjodohan. Hehe.” Ucap Hanafi.

“Siapa? Kaba?” ucap Farhan dan Umi Tsuroyah secara bersamaan.

“Iya, paman jauh kita. Masih keponakannya Abi.”

“Iya gak apa-apa sih kalo emang Kaba. Walau usianya selisih 9 tahun. Duuh,, Umi punya mantu dokter kalo iya sama Kaba jodohnya. Hehe.” Jawab Umi sembari tertawa kecil.

Kedua anak lelakinya saling tertawa melihat Uminya terlalu bahagia. Farhan yang berada di sebelahnya pun meledek Umi Tsuroyah dengan gurauan.

“Umi ini. Giliran dokter aja mau. Haha.”

Umi Tsuroyah terlihat sangat bangga memiliki anak-anak dan menantu yang sangat membanggakan. Najwa yang memiliki bisnis bersama suaminya di luar kota, Farhan sukses menjadi kontraktor, Hanafi yang memilih kerja di kantoran, dan Afsheen diterima di lembaga keuangan.

Afsheen yang sedari tadi berada di dalam kamar, akhirnya keluar menuju ruang tamu setelah ia mendengar banyak suara orang.

Ruang Tamu

“Loh, ada Kak Hanafi sama Mbak Mey juga di sini. Kok aku gak denger suara motornya.” Sapa Afsheen sembari menyalami tangan kakaknya.

“Kamu mah headset an mulu, jadi gak denger kakak datang. Hehe.” Jawab Hanafi.

“Hehe, enggak, kak. Aku di dalam lagi ngetik naskah.”

Afsheen pun mengambil duduk di sebelah Mbak Mey. Ia sedikit kebingungan melihat kakak laki-lakinya kumpul semua. Walau hanya kakak perempuannya yang tidak ada malam itu.

Melihat adiknya senyum-senyum, akhirnya Farhan membuka obrolan malam itu.

“Gini loh, Sheen. Umi undang aku, Hanafi, itu buat ngobrolin yang tadi sore.” Ucap Farhan.

Afsheen terkejut.

Tadi sore? Harus dibahas secepat itu? bisik Afsheen dalam hati.

“Iya, terus?” jawab Afsheen.

“Hmm.. Gus Lafi pernah bilang sama kakak, mau ngejodohin kamu sama orang pilihan Gus Lafi.” Ujar Hanafi.

“Gimana-gimana? Dijodohkan? Harus aku terima gitu? Dikasih kesempatan untuk berkenalan lebih dulu kan?”

Afsheen di sini hanya bisa pasrah dan penasaran. Ia berpikir mungkin ini yang terbaik untuk dirinya. Melihat keluarga Hanafi yang adem ayem membuat Afsheen tak ada alasan untuk menolak. Ia menerima untuk berkenalan lebih dahulu.

“Tenang, tenang. Hehe. Iya pastinya kenalan dulu loh, gak langsung dilamar gitu. Kalo kamu bersedia, besok kakak langsung sowan ke Gus Lafi.” Ucap Hanafi.

Mey pun ikut mengelus pundak Afsheen yang sedari tadi terlihat tegang sejak Hanafi mengeluarkan sepatah kata.

Terlihat Umi Tsuroyah tersenyum tipis, pertanda beliau sangat bahagia akan mendapatkan menantu terlebih seorang dokter muda.

Hanafi yang dekat dengan Afsheen pun memastikan dan menjamin jika perjodohan tidak selamanya berakhir buruk. Karena Hanafi sudah mengetahui siapa calon Afsheen, maka ia ikhlas jika adiknya harus dijodohkan. Sejatinya ia mengenal siapa adiknya, adiknya yang sulit membuka hati dengan laki-laki yang tak dikenalinya.

Setelah terjadi percakapan panjang, Umi Tsuroyah pun berterima kasih kepada Afsheen karena mau menuruti ucapan orang tuanya, juga berterima kasih kepada Farhan dan Hanafi yang bersedia datang malam itu.

“Ya sudah, Farhan pamit ya, Mi. Kasihan nanti anak istri Farhan nunggu sampe malam.” Ucap Farhan saat mencium tangan Uminya. “Assalamu’alaikum..”

“Iya hati-hati ya, Nak. Wa’alaikumsalam.” Jawab Umi Tsuroyah.

Kemudian, Hanafi dan Mey pun ikut pamit untuk pulang ke rumah mereka yang berjarak 20 menit dari rumah Uminya. Afsheen dan Umi Tsuroyah ikut mengantarkan mereka sampai di depan pagar rumah. Hingga, lampu motor mereka sudah tak terlihat dari kejauhan.

Afsheen dengan wajah penuh penasaran berjalan menuju kamarnya, sedangkan Umi Tsuroyah masih menutup pintu dan jendela rumah. Setelah itu, Umi Tsuroyah memasuki kamarnya bersiap untuk tidur, karena jam sudah menunjukkan pukul 21.00 malam.

Kreek.. braak..

Suara khas pintu kamar Afsheen.

Ia langsung membaringkan badannya di kasur yang masih tertata rapi. Ia tutup laptop yang masih terbuka di samping badannya. Kemudian, berjalan menuju meja tempat ia meletakkan laptop.

“Hmm.. kira-kira siapa ya yang akan Gus Lafi jodohkan denganku? Ya Allah, mudah-mudahan ini jodoh terbaik untuk hamba.” Ucap Afsheen dengan suara lirih.

Hati seseorang memang tidak dapat ditebak. Nantinya tidak bisa jadi berubah menjadi iya.

Afsheen membuka jendela kamarnya, ia perhatikan setiap sudut langit yang cerah malam ini. Seraya berucap dengan seseorang, iya mendongakkan kepalanya mengahadap langit.

“Abi, kalo ini yang terbaik, Abi ikhlas kan? Siapapun nanti jodoh Afsheen. Afsheen berharap, dia seperti Abi yang sangat bertanggung jawab dan penyayang.” Ucap Afsheen dengan seyuman.

Sebenarnya Afsheen bukan orang yang mendukung akan perjodohan. Tapi, jika Umi Tsuroyah mengiyakan Afsheen untuk dijodohkan, maka Afsheen tak bisa menolak Keinginan Uminya.

Sebab, tak sedikit teman maupun kerabatnya yang dijodohkan hidupnya tak harmonis. Bahkan, Afsheen pernah menerima curhatan dari temannya yang dijodohkan, dan berakhir suami dari temannya itu memiliki wanita idaman lain. Dari situ lah, Afsheen sangat takut jika harus dijodohkan.

Hari semakin malam, udara semakin dingin. Afsheen yang masih bersandar di jendela perlahan menutup jendela tersebut. Berjalan menuju kasur yang tak berukuran besar dengan beralaskan seprei berwarna cream dengan motif abstrak.

Terpopuler

Comments

Kaukaba Alfakhri

Kaukaba Alfakhri

semangaat kak!
hati" dalam setiap penulisan yaa.

2022-10-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!