Tragedy Cyberlic Labs

" Tuan, saya tahu bahwa saya melakukan sebuah kesalahan besar. Namun dengan cara seperti ini, keberadaan dari tuan masih dianggap aktif oleh guild petualang kota dan para petugas pajak pun silih berganti memberikan item tambahan sebagai ganti dari pembayaran pajak yang tepat waktu." tambah Vi sembari bersiap diri untuk mendapatkan sebuah hukuman dikala tuannya hanya terdiam tanpa balas.

" Da--dan lagi, [Beberapa hari lalu mereka juga mengirimkan beberapa bingkisan lain yang melalui sebuah portal misterius.]" lanjut Vi yang semakin gemetar ketakutan dikala mengingat kekuatan dari tuannya yang begitu besar beberapa saat setelah melihat salah satu tangannya yang mulai mengepal hingga menampakkan sebuah kekesalan hingga membuat suaranya menghilang tanpa sadar.

" *staps* Tenanglah Vi. Aku tidak terlalu mempermasalahkan item maupun artefak sampah yang ada di dalam ruangan ini. " ucap Rose setelah memberikan sebuah pukulan pelan di atas kepala Vi.

" Lagipula beberapa artefak dewa serta beberapa reserce maupun item tingkat tinggi lainnya sudah aku simpan dengan aman di dalam satu ruangan. " lanjutnya sembari melangkahkan kakinya ke ruangan lain.

Dalam ruangan berbeda dari lantai utama yang sama itu, Rose mengajak Vi untuk pergi ke salah satu ruangan yang telah di tata sedemikian rupa sehingga menciptakan sebuah altar pemujaan bagia para dewa dewi dunia.

"[hoyah. Pembaharuan yang mereka lakukan pada area ini pun sangat luar biasa. ] " ucapnya dalam hati ketika melihat ruangan serupa altar itu terasa lebih nyata dari sebelumnya.

Sebuah patung dewa bertubuh kekar dengan kain penutup mata dan bagian tubuh bawahnya nampak kokoh berdiri dihadapan sebuah meja pemujaan yang di setiap sisinya terdapat candle yang bertingkat serta sebuah karpet merah yang menutupi lantai ruangan itu memberikan kesan serupa katedral maupun tempat pemujaan yang mendamaikan hati

*script sgrgs sgrgs sgrgs sgrgs scdampts * Beberapa saat setalah Rose mengusap bagian altar pemujaan itu, sebuah ruangan rahasia mulai terbuka bersamaan dengan patung dewa yang berganti menjadi patung dewi cantik dengan busana sutra yang menutup tubuhnya.

" Wa~ah, Tuan. Saya tidak pernah tahu bahwa ada ruang rahasia di ruangan ini. " ucap Vi dengan kagum sesaat setelah Rose mengajaknya masuk ke sebuah ruang rahasia itu

" Akh, benarkah itu? Jika kamu mengingat perubahan terakhir yang aku lakukan pada waktu itu, seharusnya kamu sudah mengetahui mengenai ruangan ini. [Kecuali jika aku lupa mematikan mode disain dan mengaktifkan mode jelajah]." balasnya sembari mengingat opsi terakhir yang dirinya gunakan untuk mengatur ulang ruangan itu

" Hehehe... mengenai itu, hal terakhir yang saya ingat mengenai ruangan altar itu~ m... Seharusnya patung dewa Oxlyen di apit oleh dua candle bertingkat dan setelahnya ada sebuah meja altar didepannya. " balas Vi sembari berjalan mengikuti tuannya dari belakang karena ruangan itu terlalu sempit untuk dua orang yang berjalan bersebelahan.

" Hm~em ya sudahlah Vi. Kamu tidak perlu murung seperti itu. Lagipula itu mungkin salahku karena tidak memberitahukan hal ini kepadamu " balasnya setelah membantu Vi untuk keluar dari sebuah lubang

Setelah melalui sebuah ruangan rahasia dengan jalan yang sempit lagi serupa dengan labirin, mereka berdua sampai di sebuah ruangan yang luasnya hampir seperti luas rumah itu.

" Selamat datang di Cyberlic Labs, Vi " sambutnya sembari memperlihatkan sebuah ruangan yang diselimuti oleh rangkaian kabel berwarna biru kehitaman yang nampak diantara dinding besi.

" Oa~ah... Jadi disini tempat dari semua artefak dan item reserse tingkat tinggi di simpan? " ucap Vi yang kembali dibuat terkejut karena didalam tempat itu tersimpan beberapa artefak dengan efek aura maupun reserse item yang bercahaya

" Hehehe...begitulah Vi. Seperti yang kamu lihat disini. Beberapa reserse item seperti AI Inkubator, Cualdron reserse, Lamda Rift dan beberapa artefak maupun item khusus lain masih tertata rapi di sini. " lanjutnya sembari menunjukkan beberapa tabung penetasan dari telur monster, beberapa bejana untuk membuat ramuan tingkat tinggi beserta rak-rak berisikan bahan campurannya serta beberapa batuan tempa maupun bahan mentah lain yang berkualitas tinggi.

Berjalan penuh kekaguman dengan mengamati setiap detail luar biasa dari setiap item yang ada, mereka berdua terhenti di sebuah artefak besar serupa jam pasir yang susunannya berada tepat ditengah ruangan itu

" Tuan. Bukankah ini... " ucap Vi yang gemetaran ketika melihat artefak besar itu

" Iya, Vi. Artefak besar itu adalah artefak yang kamu berikan kepadaku disaat hari itu berlangsung. " balasnya tersenyum sembari mendekat ke arah artefak itu

* Script stupts * Sesaat setelah Rose menyentuh kan jarinya ke salah satu sisi dari artefak besar itu, artefak besar yang nampak seperti jam pasir itu mulai mengecil dan setelahnya sebuah tas pinggang dengan bentuk dasar serupa jam pasir pun ada didalam genggamannya

Vi sempat terlihat ingin menangis ketika Rose kembali mengenakan tas pinggang serupa jam pasir itu yang pada dasarnya tas itu merupakan tempat penyimpanan item sementara dengan slot yang terbatas

" A~a~ tuan! Saya benar-benar tidak menyangka bahwa tuan masih menyimpan benda tidak berharga ini! " ucap Vi yang mencoba merebut paksa tas pemberian itu sembari menahan tangis harunya.

" Apa maksudmu, Vi. Setiap barang yang kamu berikan adalah barang yang berharga [yah, setidaknya selama statistik data yang ada masih lebih unggul dari item lainnya] " balasnya sembari berlari menghindar dari Vi yang nampak menahan air matanya.

Setelah berlari menghindari kejaran dari Vi, salah satu bagian dari tas pinggang itu terlepas dan bersama dengan hal itu Vi yang masih terfokus untuk mengejar Rose harus terjatuh disaat salah satu kakinya menabrak tas yang jatuh itu

* Sdhapts * Dengan sebuah refleks yang cukup cepat, Rose berhasil menangkap tubuh dari Vi meskipun pada mulanya jarak diantara keduanya sudah cukup jauh

" Hyups~, hehehe. Hampir saja terjadi hal buruk kepadamu, Vi. " ucapnya setelah menangkap tubuh Vi yang hampir jatuh menghantam sebuah tumpukan batuan tempa pada etalase didepannya.

* Sdrudududududms dums dumsss * Beberapa batuan tempa yang sempat tertata rapi itu mulai runtuh dan menimpa keduanya

" Tu--tuan." ucap Vi dengan lirih sembari melihat tuannya yang mengorbankan dirinya untuk menjadi pelindung dari batuan tempa yang hendak jatuh menghantam tubuh dari Vi.

" Syukurlah bahwa kamu baik-baik saja, Vi. " balasnya sembari tetap menahan beberapa batuan tempa yang masih ada di atas punggungnya sembari meminta Vi untuk merangkak keluar dari sebuah celah yang sengaja dirinya buat untuk menyelamatkan Vi.

Sesaat setelah Vi menarik kakinya dari celah yang dibuatkan oleh Rose, Tubuh dari Rose mulai ambruk bersamaan dengan beberapa batuan tempa yang mulai menghancurkan lantai berlapis besi itu dan menciptakan beberapa sabaran listrik statis yang tercipta akibat dari beberapa bagian besi yang memotong jaringan kabel yang ada dibawahnya.