Aromatherapic Girl
DOR!
DOR!
Gadis kecil berusia 8 tahun itu terbangun saat mendengar suara letusan pistol di telinganya. Ia beranjak dari kasur dan melangkah pelan menuju pintu kamarnya. Ia membuka perlahan pintu kamarnya dan membelalak saat mendapati ayah dan ibunya tergeletak tak berdaya. Suara tawa itu terdengar jelas di telinganya. Gadis itu segera menutup perlahan pintu kamarnya dan mengunci pintu tersebut agar tidak diketahui siapapun. Ia kembali menaikki kasur dan menutup matanya rapat-rapat sambil mengenyahkan suara tembakan itu dari pikirannya. "Ini hanya mimpi hiks ... ini hanya mimpi hiks ... kamu harus bangun dari tidurmu, Clara," ujar gadis yang bernama Clara itu pada dirinya sendiri.
PRANG!!!
Suara piring pecah menggema di dapur hingga membuat nyonya rumah datang dengan penuh amarah. Wanita itu syok dengan apa yang dilakukan Clara. "Ya ampun!!! Bisa nggak kamu tuh kerja yang bener?!!! Piring ini tuh harganya mahal!!!"
"Ma-maaf Nyonya, sa-saya tidak sengaja. Sa-saya janji saya akan ganti piring ini." Clara menatap ketakutan sang nyonya yang semakin emosi.
"Apa??? Kamu mau ganti piring mahal ini??? Pakai apa kamu mengganti piring ini, hah?! Pakai daun?!!!" Sang Nyonya berteriak di depan wajah Clara hingga sang empu menutup matanya.
Clara menunduk sebentar, lalu kembali mendongak dengan wajah memelas. "Sa-saya ada tabungan, Nyonya. Saya yakin, uang tabungan saya cukup untuk menggantikan piring Nyonya."
Sang nyonya tertawa remeh. "Mau tabungan kamu cukup sekalipun, piring ini tidak akan ada yang jual di Indonesia! Piring ini impor dari Amerika, kamu paham?!!!"
Clara kembali menunduk dan meminta maaf. "Maafkan saya, Nyonya. Saya tidak bermaksud memecahkan piring Nyonya. Saya janji, saya tidak akan ulangi lagi."
Sang nyonya kembali murka. "Tidak usah janji-janji! Sekarang, kamu ikut saya!" Sang nyonya menarik tangan Clara dan membawanya ke gudang.
Clara tentu tidak tinggal diam. "Saya mau dibawa kemana, Nyonya?"
"Tidak usah banyak tanya! Saya mau kurung kamu di gudang biar kamu sadar apa yang menjadi kesalahan kamu! Sekarang, kamu ikut saya!" Sang nyonya kembali menarik Clara sekuat tenaga hingga tenaga Clara habis untuk memberontak. Setelah sampai ke gudang, sang nyonya mendorong Clara dengan kasar hingga Clara jatuh ke lantai. "Selamat menikmati pengapnya gudang ini, Clara. Kamu akan ditemani tikus, kecoak, dan hewan-hewan menjijikan di gudang ini. Hahahahaha!!!" Sang nyonya tertawa seperti nenek sihir.
Clara beringsut dan berlutut di hadapan sang nyonya. "Saya mohon, Nyonya. Tolong jangan kurung saya di sini. Saya janji, saya tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Saya betul-betul tidak sengaja mecahin piring kesayangan Nyonya. Saya mohon Nyonya, saya takut sendirian di sini," pinta Clara. Kedua tangannya menyatu meminta harapan agar nyonyanya itu tidak mengurungnya di gudang.
Sang nyonya menghempaskan kembali tubuh Clara hingga Clara terjatuh ke lantai. “Tidak usah mohon-mohon sama saya. Ini akibatnya kalo kamu ceroboh! Kecerobohan kamu membawa kerugian buet saya. Mulai sekarang, kamu tidur di gudang ini selamanya." Sang nyonya keluar dan mengunci pintu gudang itu.
Clara bangkit dan menggedor pintu gudang itu sambil berteriak. "Nyonya!!! Tolong buka pintunya!!! Saya mohon jangan kurung saya di sini!!!" Clara terduduk dan bersandar di pintu sambil menangis. "Tuhan, mengapa Engkau tidak mengambil nyawaku? Kenapa Engkau membuatku menderita bersama orang jahat itu? Hiks ... kenapa?!!!" Clara mengeraskan suaranya.
"Hiks ... tidak ada gunanya lagi aku hidup. Tidakkah Engkau merasa dunia ini kejam padaku, Tuhan? Aku lelah hiks ... aku lelah bila hidup seperti ini terus hiks...." Di saat Clara sedang sibuk menangis, suara tikus terdengar di telinganya. Clara segera bangkit berdiri dan mencoba mencari cara untuk kabur dari gudang. Saat menemukan celah, Clara menggunakan celah itu agar bisa keluar dari rumah yang dianggapnya neraka. "Aku harap, masih ada orang baik yang mau menolongku membalaskan kematian kedua orang tuaku."
Dua orang perempuan berbeda usia baru saja pulang dari pemakaman. Suasana berkabung masih terasa di mansion itu. Mereka baru saja kehilangan sosok kepala keluarga yang begitu mencintai mereka. Setidaknya, begitulah yang ada di pikiran mereka.
“Kenapa semua ini harus terjadi, Ma? Apa Papa harus dihukum mati?” tanya seorang gadis berlinang air mata.
“Entahlah sayang, Mama juga tidak tahu," jawab sang ibu lesu.
Dubrakk!!!
"C-Clara???" gumam mereka terkejut. Kedua wanita bernama Risa dan Calista itu seperti baru saja melihat hantu saking terkejutnya.
"Kenapa? Kaget? Tidak usah kagetlah, aku ke sini untuk mendoakan kebahagiaan kalian selamanya. Tapi, aku rasa kalian tidak pantas untuk bahagia. Perbuatan kalian padaku dulu tidak termaafkan. Si tua bangka brengsek itu sudah merenggut nyawa kedua orang tuaku dan rumah ini. Sedangkan kalian? Kalian itu cuma numpang, tapi bertingkah seenaknya. Sampai sekarang, aku masih tidak terima dengan perbuatan kalian meski si tua bangka itu sudah mati." Clara melangkah mendekati sepasang ibu dan anak itu dengan pistol yang tertodong.
Sepasang ibu dan anak itu melangkah mundur untuk menghindari Clara. "Ma-mau apa kamu?" tanya Risa ketakutan.
"Aku cuma mau nyawa kamu, Risa. Aku mau anak kesayanganmu ini merasakan apa yang aku rasakan selama ini. Kehilangan orang tua dan seluruh haknya di rumah ini." Clara menodongkan pistolnya di kepala
Risa.
"Jangan!!! Aku mohon, Clara ... jangan sakiti mamaku. Kami sudah sering nyakitin kamu dan perbuatan kami tidak termaafkan, tapi percayalah ... kami sangat menyesal dan merasa bersalah. Sungguh ... kami menyesali semuanya. Kami tidak tau kalau papa sudah membunuh orang tua kamu."
"Tidak tau??? Tidak tau apanya, hah?! Papa kamu merenggut nyawa orang tuaku supaya kalian tidak jatuh miskin! Aku yakin, kalian tidak mau hidup miskin, kan?! Kalian pasti akan menghalalkan segala cara untuk menjadi kaya raya! Kebetulan, papa kamu saudara kandung papaku! Makanya, papa kamu ngincar keluarga kami agar bisa mengambil kekayaan kami! Aku masih terima kalaupun kami harus jatuh miskin, tapi yang aku tidak terima, kematian orang tuaku yang tidak adil! Bahkan polisi sekalipun tidak mau ngusut kematian kedua orang tuaku, dan semua itu karena siapa?! Karena papa kamu yang membayar mereka untuk menutup kasus kematian kedua orang tuaku!!!" Clara berteriak dengan berlinang air mata, membuat Risa dan Calista membisu.
"Kenapa kalian diam?! Benerkan yang aku bilang?! Kalian itu sama aja kayak suami ataupun ayah yang kalian banggakan itu! Sekarang, siap-siaplah untuk menghadapi kematianmu, Risa!" Clara menekan
pelatuk itu dan....
DOR!!!
BRAK!!!
Sebuah buku berisi pertanyaan yang menginterogasi diletakkan kasar di meja. "Jawab pertanyaan itu sedetail mungkin! Jangan ada yang dilewatkan!" perintah pemuda berwajah dingin itu.
Sementara yang diperintah tidak menanggapinya dan hanya meminum teh yang terhidangkan di meja ruang interogasi itu. Clara berhenti minum sejenak. "Kalau aku tidak mau?" tanyanya acuh.
Pemuda bernama Felix itu mendekat ke Clara. Menatap tajam tepat di mata Clara. "Kamu akan rasakan akibatnya."
Ancaman itu sama sekali tidak membuat Clara takut. "Kamu juga akan merasakan akibatnya." Selain tidak ada rasa takut, Clara justru membalikkan ancaman yang dilontarkan Felix kepada Felix sendiri. Clara kembali menyesap teh lotus itu dan meletakkan gelas di meja. "Kamu pikir, riwayatku akan tamat dengan di penjara? Asal kamu tau, aku masih bisa mengakhiri nyawa kekasih kamu."
Felix menegang sebentar, namun, dalam sekejap Felix mengendalikan ekspresinya. "Dengan cara apa?"
Clara tersenyum manis dan mencondongkan tubuhnya ke arah Felix. "Kamu tahu caraku membunuh selama ini, bukan?”
Felix meneguk salivanya kasar. “Jangan bilang kalau....”
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Yuni Ayu Izma
Hai kuy, aku mampir, seru nih ceritanya ada tembak menembak😂
2022-09-03
1