"Aku gak percaya kamu lakuin ini sama aku. Kamu bahkan gak mikirin anak kamu"
"Kamu tahu kalau dia cinta pertamaku. Sekarang dia sudah kembali ke kota ini. Dan aku akan mengejarnya kembali"
Plakk
"Kamu pikir aku ini mainan? Bukankah aku sudah menolakmu dulu? Lalu siapa yang memohon pada ibuku agar aku menerimamu? Lihatlah dirimu sekarang. Kamu terlihat menyedihkan.
Pergilah
Dan jangan pernah mencari kami lagi"
Keira memalingkan wajahnya, dan membalik badannya. Masuk ke mobil mungilnya dan pergi dari hiruk pikuk jalanan di sore itu. Dia memilih melepasnya, dari pada terus bersamanya dalam keterpaksaan.
Keterpaksaan suaminya menjalani hidup dengannya.
Sungguh, dia tak pernah merebut apapun dan siapapun dari seseorang.
Dia pikir berumah tangga selama 5 tahun dengannya, menjalaninya dengan suka cita, akan abadi selamanya. Namun tanpa ia sangka, sang suami menemukan kembali cinta pertamanya, dan berkeras ingin kembali padanya, tanpa melihat anak mereka yang sudah berusia 4 tahun.
Betapa egoisnya dia. Pikir Keira.
"Mama, kenapa papa ditinggal, Ma?"
"Nanti papamu ada yang jemput, sayang" Keira bersusah payah menahan air mata dihadapan anaknya, Arga.
Mereka tadi bersitegang di luar mobil. Sedangkan Arga tengah asik menggambar di dalam mobil.
Keira dan Jodi, suaminya, tak pernah memperlihatkan masalah mereka di depan anaknya.
Mereka baru saja kembali dari berlibur di Bali. Namun siapa sangka mereka bertemu cinta pertama sang suami, dan langsung membuatnya goyah.
Sesampainya di rumah. Tanpa berkata apapun dia menyiapkan makan malam. Lalu membereskan pakaiannya dan sang anak. Dia berfikir kembali. Dia yang akan pergi. Karena menyedihkan jika dia yang ditinggalkan.
Tapi Keira memutuskan untuk tak kembali pada orang tuanya.
Biarlah mereka bahagia di masa tuanya. Dia tak mau menjadi beban pikiran orang tuanya yang sudah renta itu.
"Mama, kita mau kemana lagi?" tanya Arga yang sudah terlihat mengantuk.
"Kita ke rumah teman mama ya sayang. Teman mama sedang pergi ke luar negri. Gak ada yang jagain rumahnya. Jadi, sementara kita yang jagain rumahnya"
"Rumah kita siapa yang jagain?"
"Kan ada papa. Mama udah bilang kok, sama papa. Arga jangan kuatir ya?"
"mm.." Arga mengangguk. Lalu merebahkan diri di kursi belakang.
Saat itu waktu menunjukkan pukul 10 malam. Berhubung Arga belum sekolah, jadi Keira tak terburu buru untuk bangun pagi.
Dia mendapatkan sewaan apartemen kecil dalam sekejap. Untunglah Keira mempunyai simpanan pribadi dari hasil jualan online nya.
Sedangkan uang belanja mingguan dari suaminya terkadang dia gunakan untuk biaya berobat orang tuanya. Atas persetujuan sang suami tentunya.
Liburan kemarin adalah reward yang berupa voucher dari kantor sang suami karena menjadi pegawai teladan.
Kehidupan mereka sederhana, namun sangat bahagia, saling mendukung, saling menjaga, saling bekerjasama tentang pekerjaan rumah. Tak pernah ada yang menuntut melakukan ini itu.
Sebelumnya.
Tapi ternyata kebersamaan mereka selama 5 tahun seolah tak berarti apa apa saat sedikit angin menerpa kehidupan mereka. Akhirnya tumbang juga.
Keira membuka toko di dekat apartemen mungilnya. Toko bunga seperti impiannya selama ini. Sebenarnya sudah berjalan. Namun dia hanya menerima pesanan melalui teman dan kerabat dekatnya saja.
Tapi kini, dia bertekad untuk menjadikannya ladang penghasilan.
Toko kecil berukuran 2,5m x 3m itu awalnya sepi pembeli. Namun saat ada yang mulai memesan ulang hasil rangkaiannya, dan promosi yang tersebar dari mulut ke mulut, mulailah Keira kerap kebanjiran order.
Lambat laun usahanya menjadi berkembang. Dan Keira bisa merekrut 1 orang karyawan untuk meringankan pekerjaannya.
Setelah beberapa bulan berpisah dengan sang suami yang tak tahu apakah mencarinya atau tidak. Pikiran Keira teralihkan oleh kesibukannya.
tring
tring
Ponselnya berdering didalam saku apron yang dia pakai.
Keira yang tengah menyingkirkan duri bunga mawar pun melepaskan sarung tangan karet nya dan merogoh saku apron.
"Mama?"
"Halo, ma. Apa kabar?"
"Key kamu dimana? apa yang kau lakukan pada suamimu?"
"M-maksud mama apa?"
"Suamimu beberapa kali kesini menanyank.an keberadaanmu dan anakmu. Apa yang terjadi? Jangan menyembunyikan sesuatu dari mama"
Akhirnya Keira menceritakan perihal kondisi rumah tangganya yang tak bisa dipertahankan lagi. Sang mama hanya menghela nafas.
"Pulanglah Key. Setidaknya kamu masih istrinya. Mama lihat dia sedang terpuruk. Tubuhnya kurus kering. Besarkan hatimu nak. Ingatlah kebaikannya selama ini. Setidaknya jadilah temannya"
Sang mama menasehati yang akhirnya disetujui oleh Keira. Dia memang kuatir dengan suaminya yang sudah tak mempunyai siapapun.
Mama benar. Dia tak boleh menutup kebaikan suaminya selama ini hanya karena setitik debu, terutama pada orang tuanya.
Setidaknya kini dia akan berperan sebagai seorang teman, sahabat.
Benar saja. Saat Keira kembali ke rumah lamanya, tanpa membawa serta Arga, anaknya. Jodi, sang suami terlihat kusut dan kurus. Menurut penuturannya dia dipecat karena melakukan kesalahan fatal di perusahaan.
Rumah yang dulu nyaman dan hangat kini seperti kapal pecah. Serangga serangga kecil bertebaran dimana mana, menandakan jika penghuninya tak pernah membersihkannya.
"Jodi... Jod-" panggilan Keira terpotong oleh suara lemah dan bergetar dari seorang pria yang memanggil namanya.
"Key? apa itu kamu? kamu kembali?..." Jodi tertatih mencoba meraih Keira dengan tubuh lemah berbalut baju yang lusuh.
"Ya Tuhan. Jodi, apa yang terjadi denganmu?"
Keira menyeka keringat yang muncul di dahi Jodi. Setelah pertemuan mereka kembali, Jodi jatuh pingsan karena sudah berhari hari tidak makan. Keira merasa bersalah telah meninggalkannya.
Dia sempat membersihkan rumah yang pernah menjadi surganya yang kini tampak suram.
Benar adanya. Sebuah rumah tanpa adanya sentuhan wanita, tak bisa disebut rumah. Namun hanya akan menjadi tempat singgah.
Untung saja tadi Keira membawa beberapa bahan makanan untuk dimasak. Benar saja. Suaminya ini memanglah dalam kondisi mengenaskan.
Jika dia tak segera datang, entah bagaimana nasibnya.
Keira dengan telaten menyuapi bubur ayam buatannya sendiri, kesukaan Jodi.
Setetes demi setetes air mata lolos dari sudut matanya.
Jodi benar benar menghabiskan satu panci bubur buatan Keira.
Keira tersenyum. Dia merasa lega karena Jodi tak lagi terlihat pucat.
"Maafkan aku" Jodi memegang punggung tangan Keira yang sedang mengupas jeruk.
"Aku.. ternyata aku tak bisa hidup tanpa kamu. Berhari hari aku mengejarnya, tapi aku seperti mengejar bayanganku sendiri. Begitu dekat, tapi tak bisa kuraih. Seperti orang gila, tapi aku lebih gila lagi kala mendapati kamu tak lagi dirumah menungguku. Maafkan aku" Jodi menunduk sambil terisak"
Keira memeluknya dan menepuk perlahan punggungnya.
"Aku juga minta maaf. Seharusnya aku lebih bersabar lagi"
"Mana Arga?" tanya Jodi kemudian setelah mereka saling memaafkan.
"Di toko"
Jodi terlihat melipat kening nya.
"Sebenarnya aku sedang mencari seorang pengangguran untuk membantuku di toko" kelakar Keira yang dibalas senyuman Jodi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Sandisalbiah
lah... laki model gini bagus di kiloin aja terus lelang di pasar loak..
2024-03-06
0
Is Wanthi
jadi si Jodi terpuruk bukan di tinggal anak istri tapi karna di pecat di tempat kerjanya,ck ck ck ck ck ck ck
2022-11-16
3
mar
awalnya ko sedih ya
2022-09-01
0