(kok tidak bisa
terbuka?)
.......
(Hey! Jawab aku!
Kenapa pintu ini tak bisa terbuka!)
.......
Saat kulihat lagi
bayangan diriku didalam cermin tersebut kehilangan kadua kakinya, atau lebih
tepatnya seperti telah terhapus.
(Kemana perginya
kedua kakimu?)
Saat
kumenanyakannya kulihat lebih dekat tubuhnya bagai sebuah jam pasir yang jatuh
dan hancur menjadi butiran kecil menumpuk dibawah, wajahnya terlihat sangat
sedih, murung dan tak hampa dengan tatapan kosongnya ia berbicara hanya sedikit
saja itupun tanpa ekspresi.
(Hey?! Jawab
aku!)
*brak.....brak...
Ku puku cermin
itu namun tak ada respon darinya. Saat ku melihatnya aku seakan merasakan
sesuatu yang sangat menyedihkan, sebuah perasaan bersalah, takut, kecewa,marah,
kesepian, tanpa harapan, sebuah kehidupan menanggung dosa yang begitu besar.
Tiba – tiba saja
semua perasaan itu muncul dalam diriku
[Kenapa aku tiba
– tiba merasakan perasaan ini?]
“Dion!”
“hahahaha, kita
akan selalu jadi sahabat selamanya.”
“takkan ada yang
bisa memisahkan ikatan kita.”
[Apa ini?! Tiba –
tiba didalam kepalaku muncul sebuah suara!]
Suaraku :”kau
harus berjanji padaku untuk tidak meninggalkanku.”
Suara Asing anak
laki – laki :”tidak. Aku tidak mau melakukan perjanjian yang tidak jelas
seperti itu.”
Suaraku :”lalu?”
Suara Asing anak
laku – laki :”aku bersumpah, jika kau memutuskan hidup untuk hari esok maka aku
akan bertahan demi hari itu juga, jika kau memutuskan untuk mati hari ini maka
hal itu juga yang akan kulakukan, dan bila suatu saat kau dalam bahaya aku
dengan senang hati menyelamatkanmu.....”
[Apa ini suaraku?
Kapan hal ini terjadi? aku bahkan tak pernah ingat melakukan percakapan ini
dengan orang asing itu!]
Puluhan, ratusan,
bahkan sampai tak bisa ku hitung lagi suara yang masuk kedalam kepalaku dalam
waktu yang bersamaan.
[Apa ini?]
[siapa itu?]
[kenapa ada
suaraku?]
[Siapa mereka?]
Seluruh
pertanyaan muncul begitu saja dalam benakku, namun tak ada satu pun yang
berhasil mendapatkan jawaban dan terus menjadi sebatas pertanyaan.
Aku merasakan
pusing dan rasa sakit yang luar biasa dikepalaku, cukup sampai membuatku
berguling – guling dilantai. Hingga sampai,
“Dion,
bangunlah......kau tidak punya banyak waktu!”
Sebuah suara dari
langit muncul dan membangunkanku,
Ku buka kedua
mataku,
Sebuah ruang tamu
yang tak asing bagiku,
[apa tadi itu
hanya mimpi?]
Lina :”akhirnya
kau bangun juga, kak.”
Dion :”Lina?
Kenapa aku bisa ada disini?”
Lina :”aku tidak
sengaja menemukanmu pingsan dijalan, jadi aku membawamu kesini.”
[benar juga, aku
pingsan saat dikejar oleh semua teman sekelasku.]
Dion :”begitu ya?
Kau sudah menyelamatkanku. Terima kasih, Lina. Aku berhutang padamu.”
Lina :”kenapa
kakak berterima kasih terlebih dahulu?”
Dion :”hah?
Bukankah normalnya kita harus berterima kasih pada orang yang membantu kita?”
Lina :”dari
sekian banyak kemungkinan, kakak lebih memilih berterima kasih padaku, padahal
ada kemungkinan kakak menanyakan kemana aku hendak pergi sampai bertemu dengan
kakak. Menurutku kata terima kasih hanyalah omong kosong lebih tepatnya kata
yang tak memiliki makna artinya tidak berguna.”
Dion :”mengapa
kau bisa berfikir seperti itu?”
Lina :”jangan
terlalu sering bertanya begitu kak, jangan manja coba pikirkan sendiri dengan
otak kakak kecil kakak itu!”
Dion :”Kec- baru
kali ini aku di ejek oleh adik kelasku sendiri.”
Lina melempar
sesuatu kearahku,
Dion :”benar
juga, aku baru saja mau menanyakan tentang kunci ini. Jadi kau mengambilkannya
juga ya....teri-“
Seketika mulutku
dihentikan saat hendak berterima kasih oleh jari telunjuk Lina
Lina :”kakak
tidak perlu berterima kasih kepada budakmu yang setia ini.”
Dion :”sejak
kapan aku memiliki sebuah budak?!”
Lina :”Jahat!
Saat kakak sudah melakukan ‘ini’ dan ‘itu’ denganku sekarang kakak membuangku
begitu saja?!” ucapnya dengan kaget sambil kedua tangannya memeluk tubuhnya
sendiri
Dion :”tidak –
tidak – tidak. Tidak mungkin aku melakukan seperti itu.aku yakin tidak pernah
melakukannya dalam ingatanku.”
Lina :”kakak
berkata seolah – olah tidak pernah melupakan sesuatu.”
Dion :”memang
tidak, sayang sekali ingatanku ini sangatlah kuat tidak seperti yang kau
bayangkan.”
Lina :”oke!
Waktunya kuis!”
Lina :”pertanyaan
pertama....kapan pertama kali kakak tidak mengerjakan pr?”
Dion :”kelas 2 SD
di hari jum’at dipagi hari jam pelajarang kedua mapel matematika saat itu aku
sengaja tidak mengerjakan karena teman – temanku mengajakku untuk tidak usah
mengerjakan bukan karena lupa.”
Lina :”Pertanyaan
kedua...kapan terakhir kali kakak mengompol?”
Dion :”saat kelas
5 SD pada hari.....eh tunggu! Kenapa pertanyaannya jadi ngaco?”
Lina :”hahaha,
maaf – maaf kalau begitu pertanyaan selanjutnya. Sejak kapan kakak suka memakai
celana dalam berwarna biru?”
Dion
:”sejak....mana mungkin aku menjawabnya! Lagian dari mana kau tau itu?!”
Lina :”kakak
pasti berfikir aneh padaku, jahat sekali. Padahal saat itu kakak sendiri yang
memberitauku.”
Dion :”Kapan! Aku
tak pernah memberitaumu! Senior aneh macam apa yang membicarakan celana dalam
bersama adik kelasnya?!”
Lina :”itu
kakak.” Jawab Lina dengan nada datar sambil menunjuk kearahku
Dion :”Aku tidak
pernah! Coba kau katakan kapan aku mengatakannya padamu?!”
Lina :”bukannya
itu saat aku kelas 1 SMP dan kakak sudah kelas 3 di gedung olahraga saat kita
ada jadwal mapel olahraga kelas kita bersamaan?”
Dion :”tidak
mungkin! Aku tidak pernah mengatakan itu padamu!”
Lina :”kalau
begitu coba kakak ceritakan apa yang terjadi yang sebenarnya saat itu?”
Dion :”gampang,
saat itu......hmmm”
Lina :”ayo kak,
aku menunggu.....kakak tidak ingat ya? Ya kan? Ya kan? Kakak juga tidak ingat saat menciumku didepan umum itu
juga?”
Dion :”tidak
mungkin! Itu hal paling mustahil!”
Lina :”pertanyaan
terakhir dari kuis! Coba sebutkan 1 saja hal yang terjadi saat kakak SMP.”
Dion :”gampang
kalau itu, cukup satu kan? Kalau begitu........hmm.......”
(aneh! Aku tidak
memiliki ingatan apapun saat aku SMP, aku punya ingatan jelas disemua waktu
namun tak ada satu pun ingatanku tentang masa SMP ku.)
Lina :”kakak
tidak mengingatnya kan? Itu membuat hatiku sakit kak.....kakak yang begitu saja
melupakan kenganan kita berdua. Itu adalah masa – mas yang indah bagituku,
namun kakak melupakannya.”
Lina :”bisa
dibilang kakak juga melupakan tentang kunci itu dan juga fian?”
(Fian, seperti
kata ketua, eh tunggu apakah ketua pernah menyebutkan namanya? Memangnya dia
itu siapa?)
Dion :”Lina,
sebenarnya sejauh mana kau mengetahui semua itu!”
Lina :”aku tidak
tau apa – apa, yang tau adalah kakak sendiri. Aku hanyalah budak dari Dion
kakak kelasku tidak lebih dan tidak kurang.”
Dion :”kubil-“
Lagi – lagi lina
menutup mulutku dengan jarinya namun kali ini berbeda,
Lina :”maaf
menyela, tapi sayangnya waktu kita sudah habis.”
*dok...dok...dok
Suara ketukan
pintu dari arah depan,
Ibo :”Permisi!”
(terdengar suara
Ibo didepan pintu!)
Lina :”sepertinya
mereka sudah mengepung kita, tapi tenang biar aku yang urus kau bersembunyi
saja didalam lemari ruang tamu, kalau ada celah langsung keluar lewat jendala
sebelah lemari itu. satu lagi apapun yang terjadi padaku jangan mendatangiku,
mengerti?”
Dion :”Mengerti!”
Lina :”Bagus, itu
baru tuanku.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Miss Logophile
Jangan lupa mampir di lapakku juga. Ditunggu feedbacknya. (Vote, like, komen, dan rate.)
"QUEEN GRETA OTO"
Ditunggu, ya. 😉😉😉
2020-08-03
0