Chapter 15 - Akhir

(kok tidak bisa

terbuka?)

.......

(Hey! Jawab aku!

Kenapa pintu ini tak bisa terbuka!)

.......

Saat kulihat lagi

bayangan diriku didalam cermin tersebut kehilangan kadua kakinya, atau lebih

tepatnya seperti telah terhapus.

(Kemana perginya

kedua kakimu?)

Saat

kumenanyakannya kulihat lebih dekat tubuhnya bagai sebuah jam pasir yang jatuh

dan hancur menjadi butiran kecil menumpuk dibawah, wajahnya terlihat sangat

sedih, murung dan tak hampa dengan tatapan kosongnya ia berbicara hanya sedikit

saja itupun tanpa ekspresi.

(Hey?! Jawab

aku!)

*brak.....brak...

Ku puku cermin

itu namun tak ada respon darinya. Saat ku melihatnya aku seakan merasakan

sesuatu yang sangat menyedihkan, sebuah perasaan bersalah, takut, kecewa,marah,

kesepian, tanpa harapan, sebuah kehidupan menanggung dosa yang begitu besar.

Tiba – tiba saja

semua perasaan itu muncul dalam diriku

[Kenapa aku tiba

– tiba merasakan perasaan ini?]

“Dion!”

“hahahaha, kita

akan selalu jadi sahabat selamanya.”

“takkan ada yang

bisa memisahkan ikatan kita.”

[Apa ini?! Tiba –

tiba didalam kepalaku muncul sebuah suara!]

Suaraku :”kau

harus berjanji padaku untuk tidak meninggalkanku.”

Suara Asing anak

laki – laki :”tidak. Aku tidak mau melakukan perjanjian yang tidak jelas

seperti itu.”

Suaraku :”lalu?”

Suara Asing anak

laku – laki :”aku bersumpah, jika kau memutuskan hidup untuk hari esok maka aku

akan bertahan demi hari itu juga, jika kau memutuskan untuk mati hari ini maka

hal itu juga yang akan kulakukan, dan bila suatu saat kau dalam bahaya aku

dengan senang hati menyelamatkanmu.....”

[Apa ini suaraku?

Kapan hal ini terjadi? aku bahkan tak pernah ingat melakukan percakapan ini

dengan orang asing itu!]

Puluhan, ratusan,

bahkan sampai tak bisa ku hitung lagi suara yang masuk kedalam kepalaku dalam

waktu yang bersamaan.

[Apa ini?]

[siapa itu?]

[kenapa ada

suaraku?]

[Siapa mereka?]

Seluruh

pertanyaan muncul begitu saja dalam benakku, namun tak ada satu pun yang

berhasil mendapatkan jawaban dan terus menjadi sebatas pertanyaan.

Aku merasakan

pusing dan rasa sakit yang luar biasa dikepalaku, cukup sampai membuatku

berguling – guling dilantai. Hingga sampai,

“Dion,

bangunlah......kau tidak punya banyak waktu!”

Sebuah suara dari

langit muncul dan membangunkanku,

Ku buka kedua

mataku,

Sebuah ruang tamu

yang tak asing bagiku,

[apa tadi itu

hanya mimpi?]

Lina :”akhirnya

kau bangun juga, kak.”

Dion :”Lina?

Kenapa aku bisa ada disini?”

Lina :”aku tidak

sengaja menemukanmu pingsan dijalan, jadi aku membawamu kesini.”

[benar juga, aku

pingsan saat dikejar oleh semua teman sekelasku.]

Dion :”begitu ya?

Kau sudah menyelamatkanku. Terima kasih, Lina. Aku berhutang padamu.”

Lina :”kenapa

kakak berterima kasih terlebih dahulu?”

Dion :”hah?

Bukankah normalnya kita harus berterima kasih pada orang yang membantu kita?”

Lina :”dari

sekian banyak kemungkinan, kakak lebih memilih berterima kasih padaku, padahal

ada kemungkinan kakak menanyakan kemana aku hendak pergi sampai bertemu dengan

kakak. Menurutku kata terima kasih hanyalah omong kosong lebih tepatnya kata

yang tak memiliki makna artinya tidak berguna.”

Dion :”mengapa

kau bisa berfikir seperti itu?”

Lina :”jangan

terlalu sering bertanya begitu kak, jangan manja coba pikirkan sendiri dengan

otak kakak kecil kakak itu!”

Dion :”Kec- baru

kali ini aku di ejek oleh adik kelasku sendiri.”

Lina melempar

sesuatu kearahku,

Dion :”benar

juga, aku baru saja mau menanyakan tentang kunci ini. Jadi kau mengambilkannya

juga ya....teri-“

Seketika mulutku

dihentikan saat hendak berterima kasih oleh jari telunjuk Lina

Lina :”kakak

tidak perlu berterima kasih kepada budakmu yang setia ini.”

Dion :”sejak

kapan aku memiliki sebuah budak?!”

Lina :”Jahat!

Saat kakak sudah melakukan ‘ini’ dan ‘itu’ denganku sekarang kakak membuangku

begitu saja?!” ucapnya dengan kaget sambil kedua tangannya memeluk tubuhnya

sendiri

Dion :”tidak –

tidak – tidak. Tidak mungkin aku melakukan seperti itu.aku yakin tidak pernah

melakukannya dalam ingatanku.”

Lina :”kakak

berkata seolah – olah tidak pernah melupakan sesuatu.”

Dion :”memang

tidak, sayang sekali ingatanku ini sangatlah kuat tidak seperti yang kau

bayangkan.”

Lina :”oke!

Waktunya kuis!”

Lina :”pertanyaan

pertama....kapan pertama kali kakak tidak mengerjakan pr?”

Dion :”kelas 2 SD

di hari jum’at dipagi hari jam pelajarang kedua mapel matematika saat itu aku

sengaja tidak mengerjakan karena teman – temanku mengajakku untuk tidak usah

mengerjakan bukan karena lupa.”

Lina :”Pertanyaan

kedua...kapan terakhir kali kakak mengompol?”

Dion :”saat kelas

5 SD pada hari.....eh tunggu! Kenapa pertanyaannya jadi ngaco?”

Lina :”hahaha,

maaf – maaf kalau begitu pertanyaan selanjutnya. Sejak kapan kakak suka memakai

celana dalam berwarna biru?”

Dion

:”sejak....mana mungkin aku menjawabnya! Lagian dari mana kau tau itu?!”

Lina :”kakak

pasti berfikir aneh padaku, jahat sekali. Padahal saat itu kakak sendiri yang

memberitauku.”

Dion :”Kapan! Aku

tak pernah memberitaumu! Senior aneh macam apa yang membicarakan celana dalam

bersama adik kelasnya?!”

Lina :”itu

kakak.” Jawab Lina dengan nada datar sambil menunjuk kearahku

Dion :”Aku tidak

pernah! Coba kau katakan kapan aku mengatakannya padamu?!”

Lina :”bukannya

itu saat aku kelas 1 SMP dan kakak sudah kelas 3 di gedung olahraga saat kita

ada jadwal mapel olahraga kelas kita bersamaan?”

Dion :”tidak

mungkin! Aku tidak pernah mengatakan itu padamu!”

Lina :”kalau

begitu coba kakak ceritakan apa yang terjadi yang sebenarnya saat itu?”

Dion :”gampang,

saat itu......hmmm”

Lina :”ayo kak,

aku menunggu.....kakak tidak ingat ya?  Ya kan? Ya kan? Kakak juga tidak ingat saat menciumku didepan umum itu

juga?”

Dion :”tidak

mungkin! Itu hal paling mustahil!”

Lina :”pertanyaan

terakhir dari kuis! Coba sebutkan 1 saja hal yang terjadi saat kakak SMP.”

Dion :”gampang

kalau itu, cukup satu kan? Kalau begitu........hmm.......”

(aneh! Aku tidak

memiliki ingatan apapun saat aku SMP, aku punya ingatan jelas disemua waktu

namun tak ada satu pun ingatanku tentang masa SMP ku.)

Lina :”kakak

tidak mengingatnya kan? Itu membuat hatiku sakit kak.....kakak yang begitu saja

melupakan kenganan kita berdua. Itu adalah masa – mas yang indah bagituku,

namun kakak melupakannya.”

Lina :”bisa

dibilang kakak juga melupakan tentang kunci itu dan juga fian?”

(Fian, seperti

kata ketua, eh tunggu apakah ketua pernah menyebutkan namanya? Memangnya dia

itu siapa?)

Dion :”Lina,

sebenarnya sejauh mana kau mengetahui semua itu!”

Lina :”aku tidak

tau apa – apa, yang tau adalah kakak sendiri. Aku hanyalah budak dari Dion

kakak kelasku tidak lebih dan tidak kurang.”

Dion :”kubil-“

Lagi – lagi lina

menutup mulutku dengan jarinya namun kali ini berbeda,

Lina :”maaf

menyela, tapi sayangnya waktu kita sudah habis.”

*dok...dok...dok

Suara ketukan

pintu dari arah depan,

Ibo :”Permisi!”

(terdengar suara

Ibo didepan pintu!)

Lina :”sepertinya

mereka sudah mengepung kita, tapi tenang biar aku yang urus kau bersembunyi

saja didalam lemari ruang tamu, kalau ada celah langsung keluar lewat jendala

sebelah lemari itu. satu lagi apapun yang terjadi padaku jangan mendatangiku,

mengerti?”

Dion :”Mengerti!”

Lina :”Bagus, itu

baru tuanku.”

Terpopuler

Comments

Miss Logophile

Miss Logophile

Jangan lupa mampir di lapakku juga. Ditunggu feedbacknya. (Vote, like, komen, dan rate.)


"QUEEN GRETA OTO"

Ditunggu, ya. 😉😉😉

2020-08-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!