Pukul 5 pagi,
sebuah Pesan singkat dikirim dari Ibo ke seluruh anggota kelas. Tak terbayangkan
sama sekali akan ada kemungkinan sepert ini, ku pikir dengan memberitau orang
lain tentang kejadian ini bisa menebus sedikit kesalahanku, namun kenyataannya
aku terjebak dalam delusi ini seorang diri.
Ternyata tak
semudah itu untuk lolos dari beban ini, semakin lama semakin berat beban yang
kutanggung ini, setiap salah langkah bertambah 1 nyawa lagi ditanganku tanpa
tau bagaimana menyelamatkan ataupun menemukan mereka semua.
Disetiap mimpiku
selalu dihantui oleh beban ini, tak ada yang mengetahuinya dan ternyata kini
tak ada yang boleh mengetahuinya. Oleh karena itu, saat ku bersama ketua semua
kumerasa semua bebanku telah terangkat dan saat bersama diana kubisa
mendapatkan semangat untuk melangkah kedepan. Saat ini, saat mereka berdua tidak
ada disampingku barulah kusadari betapa pentingnya mereka dalam hidupku.
Pukul 5 : 30 aku
sudah sampai didepan pintu kelas,
*Cekrak
Saat kubuka,
ternyata semua orang sudah berada dikursi mereka masing – masing, semua tanpa
terkecuali dan Ibo yang berdiri didepan memimpin pertemuan ini.
(apakah aku
terlambat? Seharusnya tidak karena undanganku tertulis pukul 6 tidak mungkin
salah ketikkan.)
Semua orang
menatapku dengan serius, berbeda dengan biasanya sebelum ku bertanya Ibo
langsung menyerahkan posisinya padaku.
Ibo kembali
ketempat duduknya dan meninggalkan diriku berdiri seorang diri didepan tanpa
tau apapun.
Dion :”anu....apa
yang harus kulakukan?”
Rui
:”Dion....tolong ceritakan apa yang sebenarnya terjadi!”
Dion :”apa
maksudmu, Rui?”
(apa yang terjadi?
jangan – jangan semuanya sudah mulai mencurigaiku?)
Jay :”seorang
teman takkan pernah menyembunyikan sesuatu, apapun yang terjadi kita harus
bersama, bukankah kita pernah mengatakannya padamu,Dion?”
Dion :”Aku tidak
menger-“
Ibo :”Tadi malam,
Tiana menelponku. ia meminta pertolongan padaku, katanya ia diikuti oleh
bayangan hitam, ia terdengar sangat ketakutan. Tanpa pikir panjang aku langsung
menuju kerumahnya, saat dalam perjalanan kularang ia menutup telponnya agar aku
bisa memantaunya, ditengah perjalanan tiba – tiba aku mendengar jeritan seorang
gadis berlari kearah Tiana setelah itu suara panggilan menjadi sunyi kutambah
kecepatanku sambil memanggil – manggil Tiana namun tak ada jawaban dan
setibanya aku disana kau tau? Dia sudah tidak ada. seluruh keluarganya berkata
mereka tak mendengar apapun dan tak menyadari kalau Tiana sudah menghilang.
Kuhabiskan waktu semalaman untuk mencari Tiana namun tak ada dimana – mana.
Saat kubuka HP milik Tiana dan catatannya sebelum menghilang, disana tertulis
namamu. Apa yang sebenarnya kau sembunyikan dari kami?”
Rui :”Ceritakan
saja pada kami, Dion. Kami tidak akan marah jika kau bisa jujur pada kami.”
Ibo :”pertama
Diana, lalu ketua sekarang Tiana mau sampai kapan kau tutup mulut kepada kami?”
Ibo adalah orang
yang baik, sangat baik namun karena kebaikannya itu bisa membuatnya menjadi
seperti ini, begitu menyeramkan.
(Tidak! Aku tidak
boleh menceritakan pada mereka semua, jika tidak kejadian seperti Tiana akan
terulang!)
Jay :”aku tidak
akan membela siapapun sampai semua ini jelas. Dion, kau ini sebenarnya musuh
kami atau kawan kami?”
Seluruh mata
tertuju padaku, menunggu jawabanku Rui yang mencoba melindungiku, Jay yang
mencoba memperjelas situasi, Ibo yang menatap penuh dendam padaku, serta teman
– teman lain yang menunggu jawabanku.
Rui berdiri dan
menghampiriku,
Rui :”tenanglah,
tarik nafas dalam – dalam lalu hembuskan aku akan selalu percaya padamu.” Kata
Rui sambil mengusap punggungku,
Ku pejamkan mata
dan menghadap kebawah,
(apa yang harus
kulakukan? Apa aku nekat memberitau mereka? Atau aku tetap menutup mulutku dan
kehilangan kepercayaan mereka semua? Tak ada pilihan lain.)
(........Aku
harus mengatakannya.......)
Kubuka mataku dan
menatap kearah mereka semua, saat kubuka mulutku tiba – tiba kepalaku terasa sakit
kemudian aku melihat sebuah gambaran didalam kepalaku
Situasi yang sama
seperti ini,
Semua mata
tertuju padaku,
Saat ku berbicara
seisi kelas bermandikan darah,
(apa ini?! Apakah
ini ingatanku?! Siapa mereka semua?! Ini bukan salahku! Ini hanya halusinasi!
Aku tak pernah melakukannya! aku bukan pembunuh! kutukan ini bukan salahku!)
Kepalaku diserang
oleh berbagai pertanyaan dan berbagai suara, saat ku sadar mulutku kembali
tertutup rapat, keringat terus menetes dari kepalaku dan sekujur tubuhku
bergetar ketakutan.
Saat kulihat
tatapan mereka, rasa takut didalam diriku memuncak tinggi.
Rui :”Dion.”
Jay :”Dion.”
Ibo :”.....”
Seluruh harapan
tertuju padaku, mengapa hal ini harus terjadi padaku?! apa salahku?! Kenapa aku
diberikan takdir yang begitu berat!
Kubalikkan badan
dan bergumam kecil
Dion :”Maafkan
aku.” Dengan berlinang air
mata ku berlari keluar kelas,
Rui :”Tung-
Dion!” rui berusaha meraihku namun terlambat
saat aku berhasil
keluar kelas terdengar suara teriakan keras dari Ibo
Ibo :”TANGKAP
DIA!”
Rui :”Tunggu
semuanya!”
*Bruak!
Ibo :”AKAN KU
BUNUH KAU!!”
Terdengar suara
lemparan keras kearah pintu dan diikuti oleh suara orang – orang yang
mengejarku. Tanpa melihat kebelakang kuterus berlari, berlari, dan berlari
dengan air mata disetiap jejak kakiku.
Hilang!
Segalanya!
Tanpa sisa,
Kepercayaan,
Kawan,
Kebahagiaan,
Kedamaian,
Kehangatan,
Yang tersisa
hanyalah luka didalam diriku ini,
Ku biarkan kemana
kakiku membawaku, tanpa arah, tanpa tujuan, diriku hanya dipenuhi oleh rasa
lara. Sejak awal aku tidak diberi kesempatan untuk memilih betapa lucunya
takdirku ini. Ditengah kesedihan ini jauh didalam hatiku kumerasakan perasaan
lega, entah dari mana asalnya namun perasaan itu tak cukup kuat untuk menutup
luka ku saat ini.
Kuberlari dan
terus berlari menjauh dari suara kejaran mereka,
Mataku mulai
berkunang –kunang, nafas terengah – engah, kecepatanku mulai menurun,
sepertinya aku sudah mencapai batasku,
*Brak!
Aku pun terjatuh,
kedua kakiku tak bisa digerakkan lagi.
*Kling!
Kunci kotak musik
terlepas dari leherku terhempas jauh,
(aku tidak boleh
mati disini! Aku belum bertemu gadis itu! aku belum mengungkapkan perasaanku
pada Imelda! Aku belum menyelamatkan Diana, Ketua serta Tiana!)
Dengan tenaga
yang tersisa ku ulurkan tanganku mencoba meraih kunci itu, pandanganku mulai
kabur, suara orang – orang yang mengejarku semakin dekat.
Tiba – tiba ada
yang memegang pergelangan tanganku,
Tangan kecil,
putih dan halus.
“Kemari!” suara
lembut yang tak asing bagiku,
Sebelum ku
melihat wajahnya kesadaranku sudah menghilang,
Kegelapan
terbentang luas disekitarku, hampa, aku bahkan tak bisa membedakan apakah saat
ini aku sedang membuka mataku atau sebaliknya, karena aku tak melihat
perbedaannya sama sekali.
Didalam
kesendirian ini, keraguan dalam diriku mulai terlahir.
(Apakah pilihanku
ini sudah tepat?)
Iya,
(Apakah aku bisa
menyelamatkan mereka semua?)
Iya,
(bagaimana kau
tau?)
......
(siapa kau?)
......
(Apakah kau
peri?)
......
(Apakah kau
hantu?)
..........
(Apakah kita
pernah bertemu sebelumnya?)
........
(Siapa namamu?)
...........
Ku coba meraba –
raba udara untuk mencari dirinya, sampai akhirnya aku berhasil menyentuh
sesuatu.
(Apakah ini kau?)
Iya!
Sebuah cahaya
terang muncul dan mengusir seluruh kegelapan, kulihat ke kiri dan kenan tak ada
apapun selain kehampaan, aku pun melihat apa yang sedang kupegang didepanku
ini.
Pintu terbuat
dari cermin tepat berdiri didepanku, tanganku menggenggang gagang pintu itu
sambil melihat bayanganku didalam pintu cermin tersebut.
(Apakah ini kau?)
Iya!
dengan kaget ku
melihat bayanganku didalam cermin berbicara,
(apa yang ada
didalam pintu ini?)
Semua selama ini
kau cari,
Dengan sedikit
gemetar kucoba untuk memutar gagang pintu tersebut,
*Grak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Penjaga Hati
lanjuuut kk ♥️
salam dari karyaku😊
2020-07-24
0