Ada yang aneh
dengan keluarga ini, seluruh ruangan sudah kujelajahi namun tak ada kamar milik Diana. Atau jangan – jangan aku kurang
teliti mencarinya?
Kuberbalik dan
kembali menelusuri rumah selagi Lina
membersihkan bekas tumpahan teh diruang tamu, setidaknya aku yakin
membersihkannya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berkeliling rumah ini.
[Kamar orang tua
Diana]
[Dapur]
[kamar mandi]
Tetap saja walau
sudah ku ulangi aku masih tak kunjung menemukan kamar milik Diana dan baru saja
kusadari bahwa Lina juga tidak memiliki sebuah kamar. Hanya tinggal satu
ruangan ini yang belum ku jelajahi lebih dalam.
*Kreek
Dibalik pintu tua
tersebut terlihatlah sebuah Ruangan gelap dengan udara pengap,
Kuraba tembok
disekitar pintu dan menghidupkan lampu
ruangan,
Dengan cahaya
yang sedikit sedup itu sudah cukup meyakinkanku bahwa ruangan ini bukanlah
kamar milik Diana ataupun Lina. Karena tempat ini hanyalah sebuah gudang tua
dengan perabotan yang diselimuti oleh debu – debu tebal.
Ku melangkah dan
berkeliling melihat – lihat dan berharap menemukan suatu petunjuk dimana Diana
berada. Banyak sekali alat – alat kuno yang tak pernah kulihat atau kuketahui,
namun diantara mereka semua tiba – tiba saja aku melihat benda yang membuatku
terkejut.
Sebuah kotak
tertutup oleh kain putih, saat kulihat lebih teliti debu di situ lebih sedikit
dari yang lain, saat kubuka kain yang menutupinya betapa terkejutnya aku
melihat benda yang membuatku teringat akan masa laluku. Sebuah Kotak musik
berwarna putih dengan lubang kunci berbentuk hati berwarna hitam, ini adalah
kotak musik yang kuberikan pada gadis entah kapan itu.
Wajah, nama,
waktu aku sama sekali tak mengingatnya yang ku ingat hanyalah aku memiliki
janji penting dengan gadis itu karena itulah aku memberikan kotak musik ini dan
aku yang membawa kuncinya.
Jika benda ini
ada disini.... jadi kemungkinan gadis itu adalah Diana atau Lina,
Lina :”berkeliaran
dirumah orang itu sangat tidak sopan , kak Dion.”
Tiba – tiba Lina
muncul dipintu gudang,
Dion :”T-tidak
Lina dengarkan penjelasan dariku!”
Lina :”gpp kok,
aku juga sudah menebak tujuan kakak datang kemari sejak awal.”
Aku hanya terdiam
tak bisa menjawab apa – apa,
Lina :”jadi.....
kakak sudah menemukan sesuatu?”
Dion :”oh iya
Lina! Ini..... benda ini apakah ini milikmu?”
Lina :”mungkin
saja.”
Lina langsung
mengalihkan padangannya dan berbalik keluar dari gudang,
Dion :”Tunggu!
Lina!”
Lina :”ambil saja
kalau kakak suka.”
Pada akhirnya aku
keluar dari gudang dan kembali ke ruang tamu bersama lina dengan membawa kotak
musik tersebut. Kami pun duduk bersama di ruang tamu, kecanggunganpun tercipta
diantara kami, ku keluarkan segala keberanianku dalam sebuah pernyatan.
Dion :”maaf tadi
aku sudah berkeleliling rumahmu tanpa ijin.”
Lina :”Jadi
begitu......berarti kakak sudah menyadarinya ya.”
Dion :”jadi itu
memang benar?”
Lina :”Begitulah,
persis seperti yang kakak lihat.”
Lagi – lagi kita
kembali kepada kesunyian,
Sambil menatap
kotak musik dan mencoba mengingat – ingatnya kembali,
Lina :”maaf kak,
kupikir sebentar lagi orang tua ku akan pulang, jadi bisa tidak kakak pulang?”
Dion :”oh iya, maaf sudah membuat masalah dan
terima kasih banyak Lina.”
Ku berdiri dan
langsung menuju ke pintu keluar dan memakai kembali sepatuku.
Dion :”Baiklah
kalau begitu aku pulang dulu ya, Lina.”
Lina :”tak
kusangka kau bisa melupakanku semudah itu,kak” Gumam kecil Lina
Dion :”Lina?”
Lina :”oh
iya....iya namaku Lina....hati – hati dijalan kak!”
Saat kuberbalik
pintu rumah sudah kembali ditutup oleh Lina, tadi kalau tidak salah dengar Lina
bergumam kecil tentang melupakannya? Memangnya kapan kita pernah bertemu? Aku bahkan
tak pernah ingat punya teman seperti dia.
Misteri Lina,
Ketua, Kotak musik, Malam mengerikan itu.....
Kenapa semakin
lama semakin banyak pertanyaan yang muncul dibenakku? Apakah ada yang salah
denganku? Semoga saja tidak....
Kutelusuri jalan
ditemani oleh rembulan,
Gelap, Dingin,
Sepi, tak ada satupun cahaya lampu untuk jalanan. Seluruh perjalananku benar –
benar penuh akan kegelapan dan rasa takut yang terus meningkat. Tak kusangka
Diana menuluri jalan seperti ini seorang diri setiap hari.
Sesampainya dirumah
aku langsung diserang ribuan pertanyaan dari kedua orang tuaku sampai beberapa
jam aku terjebak di ruang tamu bersama mereka.
Setelah sudah
puas mendapatkan sesi wawancara aku langsung naik menuju kamarku untuk menaruh
tas dan juga kotak musik ini.
Sebelum membuka
pintu kamar kulirik pintu disebelah kamarku yang tidak lain adalah kamar
adikku. Ia selalu mengurung diri didalam kamar dan tidak pernah keluar kecuali
saat kesekolah.
Pintunya tertutup
rapat seperti biasa,
*haaahhh
Kuhela nafas
panjang dan kuputar gagang pintu kamarku dan tiba – tiba terdengar suara adikku
dibalik pintu itu,
Adik Dion :”kakak
dari mana?”
Dion :”Ke rumah
teman dan mengambil kotak musik.”
Adik Dion :”Kotak
musik?”
*ceklek
Pintu kamarnya
terbuka sedikit, dengan wajah dan rambut berantakan terlihat ia sedang
mengintip dari celah pintu. Setelah beberapa detik ia mengintip raut wajahnya
langsung menjadi terkejut.
*Bruak
Ia langsung
membanting pintunya dan langsung berlari mengambil kotak musik yang ada
ditanganku,
Adik Dion :”Syukurlah
jadi kakak sudah bertemu kembali dengannya,”
Dion :”Tunggu
dulu wahai adikku! Bagaimana kau bisa tau tentang kotak ini?”
Adik Dion :”Bagaiman
gimana kak? Kan adik sendiri yang menyarankan ide ini pada kakak, karena kakak
yang terus mamaksa adik. Apa kakak lupa?”
(kalau adikku
yang menyarankan semua ini berarti dia mengetahui sesuatu tentang gadis itu
juga mungkin, tapi mungkin saja juga tidak, apakah aku bisa menanyakan hal itu
padanya?)
Adik Dion :”Kak?!
Kakak sedang memikirkan apa kok serius sekali keliatannya.”
Dion :”oh
enggk.... enggk jadi.... kalau gitu kakak masuk ke kamar dulu ya.”
Adik Dion :”apa
kakak sedang memikirkan gadis itu? atau janji kakak padanya itu?”
Kugenggam erat
tangan adikku dan menyeretnya masuk kedalam kamarku,
*Bruak
*Krek
Kututup pintu
kamar dengan rapat dan langsung kukunci dari dalam,
Adik Dion :”kak? Walau
kita bersaudara kupikir ada hal yang tidak semestinya kita lakukan kak.” Ujar adikku
dengan ketakukan
Dion :”Tenanglah
sekarang kau duduk saja di kasurku, dan jangan berisik aku tidak mau orang tua
kita mendengarnya.”
Kudorong adik
kecilku itu keatas kasur,
Adik Dion :”baiklah
jika kakak yang mau, adik akan melakukan apapun demi kakak.”
Dion :”Benarkah?!
Syukurlah kalau begitu akan lebih mudah lagi. Kalau begitu akan kumulau ya,
tenang saja aku tidak akan membocorkan pada orang lain, sebaiknya kamu juga ya.”
Adik Dion pun
mengangguk kecil
Kutarik sebuah
kursi dan duduk didepannya,
Dion :”baiklah
kalau begitu tolong ceritakan padaku tentang gadis dan janji yang kau katakan
tadi pada kakak!”
Adik Dion :”hah? Oh
iya...janji itu ya...heem.....tentu saja ya.”
Dion :”Kenapa kau
terlihat kecewa seperti itu wahai adikku?”
Adik Dion :”enggk,
mungkin itu hanya perasaan kakak saja.” Jawabnya sambil memukul – mukul kecil
bantalku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Aris Pujiono
semangat kak
2022-03-26
0