Chapter 7 - Kenangan yang terbuang

Ada yang aneh

dengan keluarga ini, seluruh ruangan sudah kujelajahi namun tak ada kamar  milik Diana. Atau jangan – jangan aku kurang

teliti mencarinya?

Kuberbalik dan

kembali menelusuri  rumah selagi Lina

membersihkan bekas tumpahan teh diruang tamu, setidaknya aku yakin

membersihkannya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berkeliling rumah ini.

[Kamar orang tua

Diana]

 [Dapur]

[kamar mandi]

Tetap saja walau

sudah ku ulangi aku masih tak kunjung menemukan kamar milik Diana dan baru saja

kusadari bahwa Lina juga tidak memiliki sebuah kamar. Hanya tinggal satu

ruangan ini yang belum ku jelajahi lebih dalam.

*Kreek

Dibalik pintu tua

tersebut terlihatlah sebuah Ruangan gelap dengan udara pengap,

Kuraba tembok

disekitar pintu dan menghidupkan  lampu

ruangan,

Dengan cahaya

yang sedikit sedup itu sudah cukup meyakinkanku bahwa ruangan ini bukanlah

kamar milik Diana ataupun Lina. Karena tempat ini hanyalah sebuah gudang tua

dengan perabotan yang diselimuti oleh debu – debu tebal.

Ku melangkah dan

berkeliling melihat – lihat dan berharap menemukan suatu petunjuk dimana Diana

berada. Banyak sekali alat – alat kuno yang tak pernah kulihat atau kuketahui,

namun diantara mereka semua tiba – tiba saja aku melihat benda yang membuatku

terkejut.

Sebuah kotak

tertutup oleh kain putih, saat kulihat lebih teliti debu di situ lebih sedikit

dari yang lain, saat kubuka kain yang menutupinya betapa terkejutnya aku

melihat benda yang membuatku teringat akan masa laluku. Sebuah Kotak musik

berwarna putih dengan lubang kunci berbentuk hati berwarna hitam, ini adalah

kotak musik yang kuberikan pada gadis entah kapan itu.

Wajah, nama,

waktu aku sama sekali tak mengingatnya yang ku ingat hanyalah aku memiliki

janji penting dengan gadis itu karena itulah aku memberikan kotak musik ini dan

aku yang membawa kuncinya.

Jika benda ini

ada disini.... jadi kemungkinan gadis itu adalah Diana atau Lina,

Lina :”berkeliaran

dirumah orang itu sangat tidak sopan , kak Dion.”

Tiba – tiba Lina

muncul dipintu gudang,

Dion :”T-tidak

Lina dengarkan penjelasan dariku!”

Lina :”gpp kok,

aku juga sudah menebak tujuan kakak datang kemari sejak awal.”

Aku hanya terdiam

tak bisa menjawab apa – apa,

Lina :”jadi.....

kakak sudah menemukan sesuatu?”

Dion :”oh iya

Lina! Ini..... benda ini apakah ini milikmu?”

Lina :”mungkin

saja.”

Lina langsung

mengalihkan padangannya dan berbalik keluar dari gudang,

Dion :”Tunggu!

Lina!”

Lina :”ambil saja

kalau kakak suka.”

Pada akhirnya aku

keluar dari gudang dan kembali ke ruang tamu bersama lina dengan membawa kotak

musik tersebut. Kami pun duduk bersama di ruang tamu, kecanggunganpun tercipta

diantara kami, ku keluarkan segala keberanianku dalam sebuah pernyatan.

Dion :”maaf tadi

aku sudah berkeleliling rumahmu tanpa ijin.”

Lina :”Jadi

begitu......berarti kakak sudah menyadarinya ya.”

Dion :”jadi itu

memang benar?”

Lina :”Begitulah,

persis seperti yang kakak lihat.”

Lagi – lagi kita

kembali kepada kesunyian,

Sambil menatap

kotak musik dan mencoba mengingat – ingatnya kembali,

Lina :”maaf kak,

kupikir sebentar lagi orang tua ku akan pulang, jadi bisa tidak kakak pulang?”

Dion  :”oh iya, maaf sudah membuat masalah dan

terima kasih banyak Lina.”

Ku berdiri dan

langsung menuju ke pintu keluar dan memakai kembali sepatuku.

Dion :”Baiklah

kalau begitu aku pulang dulu ya, Lina.”

Lina :”tak

kusangka kau bisa melupakanku semudah itu,kak” Gumam kecil Lina

Dion :”Lina?”

Lina :”oh

iya....iya namaku Lina....hati – hati dijalan kak!”

Saat kuberbalik

pintu rumah sudah kembali ditutup oleh Lina, tadi kalau tidak salah dengar Lina

bergumam kecil tentang melupakannya? Memangnya kapan kita pernah bertemu? Aku bahkan

tak pernah ingat punya teman seperti dia.

Misteri Lina,

Ketua, Kotak musik, Malam mengerikan itu.....

Kenapa semakin

lama semakin banyak pertanyaan yang muncul dibenakku? Apakah ada yang salah

denganku? Semoga saja tidak....

Kutelusuri jalan

ditemani oleh rembulan,

Gelap, Dingin,

Sepi, tak ada satupun cahaya lampu untuk jalanan. Seluruh perjalananku benar –

benar penuh akan kegelapan dan rasa takut yang terus meningkat. Tak kusangka

Diana menuluri jalan seperti ini seorang diri setiap hari.

Sesampainya dirumah

aku langsung diserang ribuan pertanyaan dari kedua orang tuaku sampai beberapa

jam aku terjebak di ruang tamu bersama mereka.

Setelah sudah

puas mendapatkan sesi wawancara aku langsung naik menuju kamarku untuk menaruh

tas dan juga kotak musik ini.

Sebelum membuka

pintu kamar kulirik pintu disebelah kamarku yang tidak lain adalah kamar

adikku. Ia selalu mengurung diri didalam kamar dan tidak pernah keluar kecuali

saat kesekolah.

Pintunya tertutup

rapat seperti biasa,

*haaahhh

Kuhela nafas

panjang dan kuputar gagang pintu kamarku dan tiba – tiba terdengar suara adikku

dibalik pintu itu,

Adik Dion :”kakak

dari mana?”

Dion :”Ke rumah

teman dan mengambil kotak musik.”

Adik Dion :”Kotak

musik?”

*ceklek

Pintu kamarnya

terbuka sedikit, dengan wajah dan rambut berantakan terlihat ia sedang

mengintip dari celah pintu. Setelah beberapa detik ia mengintip raut wajahnya

langsung menjadi terkejut.

*Bruak

Ia langsung

membanting pintunya dan langsung berlari mengambil kotak musik yang ada

ditanganku,

Adik Dion :”Syukurlah

jadi kakak sudah bertemu kembali dengannya,”

Dion :”Tunggu

dulu wahai adikku! Bagaimana kau bisa tau tentang kotak ini?”

Adik Dion :”Bagaiman

gimana kak? Kan adik sendiri yang menyarankan ide ini pada kakak, karena kakak

yang terus mamaksa adik. Apa kakak lupa?”

(kalau adikku

yang menyarankan semua ini berarti dia mengetahui sesuatu tentang gadis itu

juga mungkin, tapi mungkin saja juga tidak, apakah aku bisa menanyakan hal itu

padanya?)

Adik Dion :”Kak?!

Kakak sedang memikirkan apa kok serius sekali keliatannya.”

Dion :”oh

enggk.... enggk jadi.... kalau gitu kakak masuk ke kamar dulu ya.”

Adik Dion :”apa

kakak sedang memikirkan gadis itu? atau janji kakak padanya itu?”

Kugenggam erat

tangan adikku dan menyeretnya masuk kedalam kamarku,

*Bruak

*Krek

Kututup pintu

kamar dengan rapat dan langsung kukunci dari dalam,

Adik Dion :”kak? Walau

kita bersaudara kupikir ada hal yang tidak semestinya kita lakukan kak.” Ujar adikku

dengan ketakukan

Dion :”Tenanglah

sekarang kau duduk saja di kasurku, dan jangan berisik aku tidak mau orang tua

kita mendengarnya.”

Kudorong adik

kecilku itu keatas kasur,

Adik Dion :”baiklah

jika kakak yang mau, adik akan melakukan apapun demi kakak.”

Dion :”Benarkah?!

Syukurlah kalau begitu akan lebih mudah lagi. Kalau begitu akan kumulau ya,

tenang saja aku tidak akan membocorkan pada orang lain, sebaiknya kamu juga ya.”

Adik Dion pun

mengangguk kecil

Kutarik sebuah

kursi dan duduk didepannya,

Dion :”baiklah

kalau begitu tolong ceritakan padaku tentang gadis dan janji yang kau katakan

tadi pada kakak!”

Adik Dion :”hah? Oh

iya...janji itu ya...heem.....tentu saja ya.”

Dion :”Kenapa kau

terlihat kecewa seperti itu wahai adikku?”

Adik Dion :”enggk,

mungkin itu hanya perasaan kakak saja.” Jawabnya sambil memukul – mukul kecil

bantalku

Terpopuler

Comments

Aris Pujiono

Aris Pujiono

semangat kak

2022-03-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!