Chapter 5 - Dibalik Kepergiannya

Disebuah lorong,

Ketua kelas

ternyata mengetahui rahasiaku terbesarku,

Dan mungkin dia

juga mengetahui alasanku pindah ke kota ini,

Dion:“dari mana

Ketua mendapatkan info itu?”

Langkah kami

berdua langsung terhenti,

Ketua:”apakah kau

tau tentang legenda Diary Rio, Dion?”

Dion :”jangan

mengalihkan topik! Jika ketua tidak mau bicara maka aku tidak punya pilihan

lain, aku tidak akan menahan diri walaupun ketua sudah banyak membantuku.” Ku masukkan

kedua tanganku kedalam saku dan memasang kuda – kuda,

Ketua :”Legenda

tentang kematian beruntun misterius yang di ungkapkan lewat buku diary salah

satu korban.”

Dion :”jam Segini

tak dilorong tidak akan ada orang, aku tidak main – main ketua.”

Ketua :”sudahlah

tenang saja aku hanya ingin berbicara padamu saja, gertakan itu takkan mempan

padaku, aku tau segalanya, memangnya apa yang ingin kau lakukan dengan kedua

kantong kosong itu.”

Dion :”Bagaimana

ketua tau?” ku keluarkan kedua tanganku

Ketua :”sudah

kubilang aku tau segalanya. Tenang saja, sebagai gantinya akan kuberitau suatu

rahasia yang sangat kau butuhkan sekarang ini tentang Diana.”

Dion :”apa

sebenarnya tujuan ketua?”

Ketua memakai

sebuah headphone dan di isi musik ber volume tinggi untuk menutupi telinganya.

Ketua :”tes....tes...baiklah

aku sudah tidak bisa mendengar suara apapun lagi. Untuk sekarang aku tidak bisa

mendengarkanmu jadi diam dan dengarkan, karena ini sangat penting. Jika dibiarkan

seperti ini kita berdua akan terbunuh, aku tak bisa menjelaskan rincian

waktunya tapi hal ini sudah pasti akan terjadi. setelah aku membuka headphone

ini anggap aku tak pernah mengatakan hal ini padamu, suatu saat aku akan

memberitaumu, tenang saja aku takkan membiarkanmu mati, karena kalau kau mati

maka aku juga akan mati sepertimu.”

Ketua

melepaskan  headphonenya,

(terbunuh?! Mana mungkin

aku percaya, ia bahkan tidak memiliki suatu argumen kuat, tapi jika yang

dikatakan itu benar ‘aku mengetahui semuanya’ itu benar maka tidak salah lagi,

tapi tetap saja ada kemungkinan dia mengada – ada)

Dion :”Ketua,

tolong jawab pertanyaanku yang pertama.......”

Ketua :”hmmm.......

oh! Pertanyaan mengapa aku tau segalanya? Sudah ku jelaskan diawal.”

Dion :”Kapan?! Ketua

tidak pernah mengatakannya padaku!”

Ketua :”maaf aku

hanya bisa berbicara sampai sini saja, aku tidak diperbolehkan bicara lebih

lanjut.”

(kapan ketua menjelaskan

padaku? Selain mengatakan takdirku yang terbunuh yang ia katakan

hanyalah........Legenda Diary Rio! Kematian beruntun misterius......)

Dion :”baiklah

kalau begitu katakan padaku rahasia yang kau janjikan padaku tadi!”

Ketua :”hahaha,

kau sangat tidak sabaran sekali ya, Dion.”

Dion :”Ketua!”

Karena terbawa

emosi aku langsung melangkah mendekati ketua, ku ambil langkah pertama dan

hendak menyentuh pundaknya,

*Bruak

Hal itu terjadi

dalam sekejab,

Tadi aku sudah

hampir menyentuh Ketua, namun saat kusadari aku sudah tersungkur dilantai,

Ketua :”tidak

boleh begitu dong, kau harus tetap menjaga jarak 1 meter dariku, Dion.”

Sekali lagi hal

enggk masuk akal terucap dari ketua,

Ketua mengambil

beberapa langkah menjauh dariku,

Dion :”Ketua! Tolong

beritau aku tentang diana!”

Ketua

menghentikan langkahnya,

Ketua :”Dion,

bukankah kau sudah menolak perasaan Diana, namun kenapa kau terus mengejarnya

hingga saat ini?”

(Dia bahkan tau

kalau aku menolak Diana? Apakah dia benar – benar.....ENGGK! enggk mungkin ada

orang yang bisa mengetahui segalanya!)

Dion :”Memang

benar aku sudah menolak perasaannya mentah – mentah, tapi itu karena aku tak

ingin kehilangan sahabatku sekali lagi.....sekali.....cukup sekali saja aku

merasakan sakitnya kehilangan sahabatku........ aku tak ingin hal ini terulang

kembali...”

Ketua :”hahahahaha,

selain pemaksa dan tidak sabaran ternyata kau juga egois ya, Dion. Hahahahaha

aku suka sifatmu itu. baiklah kalau begitu akan ku beritau kau 1 rahasia

tentang diana.”

Sebuah angin

kencang masuk kedalam lorong melewati jendela – jendela yang ada, diantara

suara angin yang begitu berisik terdengar jelas perkataan ketua yang

menciptakan harapan baru dalam hatiku, sebuah tetesan air mata jatuh membasahi

lantai, tak kusangka kemungkinan seperti ini juga ada,

Ku usap air mata

yang ada di mataku,

Dion :”Ketua....apakah

aku boleh percaya akan perkataanmu tadi?”

Ketua :” kenapa

kau tidak memastikannya sendiri?”

Dengan semangat

kubangkit dari lantai dan tersenyum lebar menatap kedepan,

Kami berdua pun

melanjutkan perjalanan hingga sampai didepan gerbang sekolah ada seorang pria

tua berambut putih memakai jas lab putih datang menghampiri ketua,

Dari pengamatanku

mungkin orang itu paman atau ayah ketua,

Saat aku sibuk

membayangkan segala kemungkinan tuk mencari jawaban yang tepat pria itu datang

mendatangiku,

Pria misterius :”anda

Dion ya?”

Dion :”iya

benar....dan paman ini......ayahnya ketua?”

Pria misterius :”

oh bukan.....nama saya Rufa, saya seorang dokter.”

Dion :”Dokter? Apakah

ketua sakit?”

Dokter Rufa

mendekat dan membisikkan sesuatu,

Rufa :”tolong

rahasiakan ini, sebenarnya tuan muda mengalami gangguan mental, ia tinggal

dibesarkan dilingkungan tanpa kasih sayang, hingga ia tumbuh menjadi anak yang

tak bisa membedakan mana yang benar dan yang salah, aku tidak tau sudah sejauh

mana jadi kumohon bantuannya, ini adalah nomor telepon ku, hubungi aku apa saja

tentang kejanggalan tuan muda ya.”

Ketua :”hmm...Dokter

sebelumnya mohon maaf tapi kami berdua harus buru – buru menuju rumah teman

sekelas kami.”

Ku ambil kertas

kecil berisi nomor telepon yang diberikan Dokter Rufa padaku,

Sebuah mobil

besar muncul dan menjemput kami berdua, kami langsung masuk dan diantar

langsung menuju rumah Diana,

(Tunggu....jangan

– jangan ketua ini anak orang kaya?)

Tak lama kemudian

sampailah kami di rumah Diana, semua sudah berada disana dan bergantian

mendoakan Diana yang sedang terbaring didalam peti, tanpa bicara apapun aku

masuk kedalamnya dan menunggu giliran. Ku lihat kearah sekitar di bagian

terdepan ada kedua orang tua Diana yang menangis tersedu – sedu, dan di samping

ibunya ada seorang gadis yang mirip dengan Diana tapi lebih kecil sedang

menenangkan ibunya.

(gadis itu? ia

memakai seragam yang tak asing bagiku)

Tiba – tiba mata kami

beruda bertemu, ia langsung tersenyum lembut kearahku dan kubalas mengangguk

kecil, mungkin itu senyum terima kasih. Kucoba mengingat – ingat kembali

seragam itu tapi tak kunjung ketemu, tak terasa giliranku sudah tiba.

Dengan karangan

bunga yang diberikan Ketua, aku melangkah mendekati peti Diana dan teringat

perkataan ketua,

[kenapa kau tidak

memastikannya sendiri?]

Kutaruh bunga itu

kedalam peti dengan perlahan sambil mengamati semua orang dibelakangku, saat

semua orang tidak melihat dengan cepat kubuka kain penutup wajah mayat di peti

tersebut dan langsung menutupnya kembali.

Aku berusaha

berjalan dengan tenang sambil melirik kesegala arah sampai berhasil keluar dari

ruangan duka,

Kuambil gelas

penuh air dan meneguknya sampai habis,

(persis seperti

kata ketua, Diana masih hidup, aku bahkan tak mengenali siapa mayat didalam

peti itu yang jelas dia bukan Diana. Sepertinya aku bisa mempercayai seluruh

perkataan ketua......)

Ku ambil gelas

baru dan meneguk semua isi airnya

(Semuanya......termasuk

tentang takdirku yang akan terbunuh itu juga....)

Saat malam hari,

Setelah selesai

mandi ku berbaring di atas kasur,

(walau aku sudah

percaya kepada ketua namun tetap saja tak menjelaskan seluruh misteri darinya,

tatapan mengerikan itu, kecepatannya, segala aturan anehnya, logika anehnya,

serta ia yang mengetahui segalanya.)

*Brrr Brr Brrr

Suara pesan

masuk,

Kuraih HP

dimejaku dan melihatnya,

Dion :”nomor yang

tidak diketahui?”

Kucoba membuka

pesan yang tidak jelas asal usulnya tersebut tanpa keraguan,

[jangan

khawatirkan aku... walau aku tak bisa memberitahumu sekarang ini, namun aku

bisa menjanjikan satu hal, kita pasti akan bertemu kembali jadi bersabarlah. Dan

juga tolong rahasiakan pesan ini dari semua orang sampai jumpa. Dari sahabatmu,

Diana]

Kututup hp dan

menaruhnya kembali kemeja sambil menatap langit penuh bintang,

(Ia bahkan tak

berkata kalau dia baik – baik saja.....Tunggu saja, aku pasti akan datang

menjemputmu dengan caraku sendiri.)

Diantara langit

yang gelap munculah ribuan cahaya kecil yang melukis dunia dengan keindahan

sesaatnya.

Terpopuler

Comments

Aris Pujiono

Aris Pujiono

bikin penasran...makin gimana gitu

2022-03-24

0

᪣•❦⃟𝓨ᷫ𝓪ͦ𝔂̽𝓪ᷤ٭ᴍᴍғ࿐

᪣•❦⃟𝓨ᷫ𝓪ͦ𝔂̽𝓪ᷤ٭ᴍᴍғ࿐

wow yang kali ini misteri , buat aku penasaran 🤔

2021-01-16

0

Kadek

Kadek

jangan lupa mmpir kk

2020-07-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!