Episode 4 - Pernikahan

jauh dari pemukiman, didalam hutan, ada seorang gadis kecil yang tinggal didalam mansion

tua dan termakan lumut.

Dipagi hari

ditemani burung dan malam hari ditemani kelelawar.

Diantara alam

tanpa mengenal kehidupan diluar sana.

Hari hari begitu

damai, tenang tanpa konflik. Gadis kecil itu menghabiskan waktu dengan membaca

buku – buku tua yang ada di dalam mansion itu.

Tak menghiraukan

apa – apun,

Buku demi buku

telah dibalik, semakin banyak membaca semakin senang dirinya dan muncullah

perasaannya yang amat mencintai buku – buku. Mulai dari buku fiksi dan buku

pengetahuan ia serap semua.

Cahaya mentari

pagi memasuki perpustakaan melewati dinding yang berlubang,

gadis itu

ditemani oleh para tupai dan kelinci,

Hingga cahaya

mulai meredup dan burung hantu serta kelelawar bergantian menemani malamnya,

Didalam kebahagiaannya

itu ia menemukan sesuatu,

Sebuah novel

Cinta,

Romeo &

Juliet

Membuatnya bingung,

walau sedang menghadapi konflik berat sampai mempertaruhkan nyawanya, si tokoh

utama itu bisa terlihat begitu bahagia, ditengah permusuhan dan pertumpahan

darah,

kenapa ia bisa

tersenyum seperti itu?

Kenapa ia bisa

begitu mudah menangis?

Kenapa ia bisa

begitu mudah marah?

Kenapa ia bisa

berjuang begitu keras?

Kenapa ia bisa

sebegitu beraninya mempertaruhkan nyawa demi orang lain?

Kenapa ia bisa

mati dalam senyuman seperti itu?

Jika dibandingkan

dengan diriku, tak ada konflik, damai dan tenang.

Kalau aku yang

berada didalam cerita itu, aku pasti sudah lebih memilih berdiam diri dan tak

melakukan hal yang bodoh seperti itu,

Tapi,

Tapi mengapa.....

Romeo tak

terlihat menyesali perbuatannya,

Bahkan ia

terlihat begitu puas dan bahagia didetik – detik kematiannya.

Dan mengapa aku tidak

pernah mendapatkan semua itu?

Apa yang kurang

dariku?

aku bahkan sudah

lupa kapan terakhir aku tersenyum, marah ataupun menangis.

gadis itu mencoba

mencari jawaban dari berbagai novel,

pagi dan malang

terus berganti, tanpa ia sadari tumpukan buku sudah mengelilinginya dan

membentuk sebuah benteng besar, ia tak pernah beranjak dari kursi dan terfokus

pada setiap kata dan kalimat setiap kisah.

Hingga suatu

saat,

*kreeekkk

Terdengar suara

pintu tua terbuka,

Gadis itu mencoba

menghiraukannya,

‘Mungkin itu

hanyalah kelinci atau rusa’ pikir gadis itu

Didalam benteng

buku gadis itu menghela nafas panjang dan menutup buku yang ia pegang,

‘disini juga

tidak ada’ gumam kecilnya

“hey, apakah

membaca buku itu menarik?”

Tiba – tiba terdengar

suara anak laki – laki seumuran sedang bertanya dan memandangi gadis itu,

Gadis itu

terkejut sampai tak bisa berkata – kata,

“Hey?!” wajah

anak itu semakin dekat

“EH?!” dengan

cepat si gadis menyembunyikan wajahnya dibalik buku

(Si-siapa anak

ini? Apa yang ia inginkan dariku? Kenapa ia terus berbicara padaku?)

Ketakutan mulai

menyerang pikiran gadis itu,

Seperti kata

pepatah, ketidaktahuan adalah simbol ketakutan,

Setelah beberapa

menit anak itu langsung pergi dan berpamitan pada gadis itu,

Dan sejak saat

itu,

Setiap hari anak

itu mengunjungi si gadis,

Namun anak itu

tidak berbicara,  hanya duduk dibawah

kursi si gadis sambil membaca buku – buku dari tumpukan benteng itu dan

mengembalikannya ke rak setelah membacanya,

Hari demi hari

terlewati ketakutanpun mulai berkurang,

Si Gadis pun

mulai terbiasa berada didekat anak laki – laki itu,

Hari Senin, terdengar

suara kicauan burung dari hutan, didalam benteng gelapnya ia membaca sebuah

novel horror,

Hari Selasa, Kisah

Romansa mengisi kehampaan didalam hatinya, dengan angin lembut dan hangat yang

terus menari – nari disekitarnya,

Hari Rabu, sebuah

kisah persahabatan yang terpisah jauh akan takdir membuat nya merasa iri, aroma

harum dengan hangatnya cahaya mentari membuatnya semakin nyaman menikmati

cerita

1 minggu pun

berlalu, setelah selesai membaca buku lagi – lagi gadis itu menatap ke atas dan

terus memikirkan jawaban atas masalahnya,

Sinar mentari

bersinar terang hingga menerangi wajah si gadis itu,

“ah! Silau!” ia

munutupi kedua matanya dengan lengannya,

Ia pun menyadari

sesuatu yang janggal,

Saat ia membuka

lengan dan kedua bola matanya ia kaget, seluruh buku telah kembali ke raknya

masing – masing dan menjadi terlihat begitu rapi dan bersih.

Cahaya mentari

yang terpantulkan dari lantai yang mengkilap membuat ruangan menjadi sangat

terang, dan di atas lantai itu terlihat sebuah bayangan – bayang anak, saat ia

mengangkat wajahnya ternyata didapnnya ada si anak laki – laki, dengan

tersenyum anak itu berlari dan membuka sebuah jendela yang tak pernah dibuka

itu.

Sebuah angin besar

masuk kedalam perpustakaan menerbangkan semua potongan – potongan kertas yang

ada dan membawanya menuju dunia luar yang tak pernah dilihat oleh si gadis,

sebuah pemandangan alam hijau di iringi nyanyian burung dan sebuah sungai bersih

yang mengalir disamping jendela membuat si gadis takjub sampai tak bisa berkata

– kata.

Si anak laki –

laki menggenggam tangannya dan menariknya keluar melewati jendela besar.

Sebuah dunia baru

yang tak pernah ia rasakan dan hanya menikmatinya dalam cerita kini bisa ia

masuki, bagaikan mimpi, perasaan bahagia dan juga senang menumpuk dalam

hatinya.

Sampai ia tak

menyadari akan air mata yang mengalir melewati pipinya, dengan bahagia ia

memeluk anak laki – laki itu dan berterima kasih padanya,

“Aku takkan

pernah bisa keluar dari ruangan itu jika seorang diri, terima kasih banyak.”

Setelah mengusap

air mata ia melepaskan pelukannya dan duduk diatas rerumputan hijau diantara para

kelinci kecil,

Sembari duduk si

gadis melihat anak itu berlari kesana kemari dan bermain di sungai. Jatuh kesungai,

dikejar kelinci, menjerit saat melihat belalang, tertawa saat berhasil mengkap

ikan, membuat sang gadis ikut bahagia dan tertawa bersamanya.

Mentari mulai

menghilang, tanda perpisahan telah tiba.

Saat anak itu

berpamitan tiba – tiba tangannya di genggam erat oleh sang gadis,

“jangan pergi.” Gumam

kecilnya

Dengan lembut si

anak mengusap kepala gadis itu,

“aku harus pulang

kalau tidak orang tua ku akan cemas.”

Perlahan genggaman

gadis itu semakin melemah dan melepaskannya,

Saat anak itu

pergi, gadis itu menahan tangis dan menghabiskan malam berdoa untuk segera

bertemu dengannya,

Pagi pun telah

tiba, dan saat si gadis melihat keluar jendela si anak laki – laki itu sudah menunggunya

sambil tiduran dibawah jendela,

Si gadis membawa

kursi dan duduk didepan jendela dan menatap wajah anak itu,

“hey, apakah

membaca buku itu menarik?” pertanyaan itu terucap kembali dan kali ini sang

gadis bisa  menjawabnya tanpa harus

menutupi wajahnya

“Tentu saja, kau

bisa melihat dunia luar dari sebuah cerita.”

Untuk pertama

kalinya mereka berbincang – bincang dan bercanda bersama.

Si Gadis yang

menceritakan kisah – kisah menarik dari sebuah novel yang dibacanya,

Dan juga si anak

yang dengan semangat menceritakan pengalamannya bersama teman – teman sekelasnya,

“oh iya,

bagaimana jika aku mengajak sahabatku kemari? Namanya fian, pasti seru!”

“JANGAN!”

“mengapa? Apa kamu

takut seperti dulu? Tenang saja dia orangnya baik kok aku bisa jamin itu.”

“bukan itu....”

“baiklah, aku

tidak akan memaksamu tenang saja, katakan saja jika kamu berubah pikiran.”

“terima kasih....”

“he’em........baiklah,

sebaiknya aku segera pulang, sampai ketemu besok ya.”

“iya....hati –

hati ya!”

Saat anak itu

pergi gadis itu merasa sangat kesepian, setiap detik,setiap menit ia selalu

memikirkan tentang anak itu, ia bahkan tak bisa fokus membaca dan lebih banyak

melamunkan anak itu.

Saat pagi tiba

gadis itu berada dijendela perpustakaan dengan perasaan bahagia ia menunggu

kedatangannya, jantung berdetak begitu kencang tak sabar melihatnya lagi.

Menit demi menit,

Jam demi jam,

Anak itu tak

kunjung datang,

Mentari sudah

menghilang,

Perasaan khawatir

mulai muncul.

Apakah dia

tersesat?

Apakah dia tidak

datang?

Apakah dia

melupakanku?

Bagaimana jika ia

tak kembali kesini lagi?

Dengan penuh ke

khawatiran sang gadis menutup jendelanya dan berbalik menuju kursinya,

*tok tok

Suara ketukan

dari kaca jendela membuat sang gadis berbalik dan segera membukanya.

Semua perasaan

takut dan khawatir langsung hilang saat mengetahui si anak sudah berada diluar

jendela,

“Maaf aku

terlambat.”

“Enggk, gpp kok.”

“tapi apa tidak

apa – apa malam – malam kamu datang kesini?”

“aku kesini ingin

mengatakan sesuatu.”

“apa itu?”

“Pertama – tama,

kamu pejamkan matamu dan kemarikan kedua tanganmu.”

Sang gadis

mengikutinya, sambil menebak – nebak hal apa lagi yang akan anak itu lakukan. Tiba

– tiba tangan sang gadis menjadi berat.

“baiklah sekarang

buka matamu!”

Gadis itu membuka

matanya perlahan.

“Tada!!!”

Sebuah kotak

musik ukuran sedang berwarna putih dengan lubang kunci berbentuk hati berwarna

hitam berada di tangan sang gadis,

“A-apa ini?” sang

gadis dengan gembira sambil melompat – lompat kecil bertanya pada anak itu,

“tunggu...”

Si anak mengambil

sebuah kunci dari kantongnya dan memasukkan ke lubang kunci,

Kotak itu

langsung terbuka dan musik pun berjalan, didalamnya terlihat sebuah boneka

kecil anak laki – laki dan perempuan sedang berdansa sangat imut,

“kenapa kok tiba –

tiba memberiku benda sebagus ini?”

Anak laki - laki itu

menarik nafas panjang dan langsung memegang kedua tangan gadis yang sedang

memegang kotak musik itu,

“Aku

mencintaimu....”

Sebuah tetesan

air mata kebahagiaan bercucuran, kini semua menjadi jelas, selama ini jawaban

yang sedang  ia cari ternyata tidak ada

didalam buku melainkan didalam anak itu,

“aku juga

mencintaimu.......”

Sambil mengusap

air mata si gadis itu ia berkata,

“kalau begitu mau

kah kau berjanji padaku?”

“apa itu?”

Anak itu menutup

kotak musik dan mengambil kuncinya,

“aku akan

memegang kunci ini, dan kamu membawa kotak itu dan suatu saat, saat kita berbua

sudah besar dan aku akan membuka kotak itu menggunakan kunciku, dan saat itu

terjadi maukah kau menikah denganku?”

Si gadis

tersenyum bahagia dan mengangguk kecil, tak pernah ia membayangkan bahwa semua

hal yang selama ini ia inginkan bisa terwujud semua saat bersamanya,

(ialah yang

selama ini kucari, sosok yang bisa membuatku menjadi sempurna.) kata gadis itu

dalam hati

Anak itu pun

berpamitan,

“kalau begitu aku

pergi dulu.”

“Tunggu! Siapa

namamu?”

“Dion, 15 tahun. Jangan

lupakan itu.”

Dion pun pergi

meninggalkan gadis itu,

Dan itu adalah

pertemuan terakhir mereka berdua.

Terpopuler

Comments

Aris Pujiono

Aris Pujiono

bikin senyum2

2022-03-18

0

᪣•❦⃟𝓨ᷫ𝓪ͦ𝔂̽𝓪ᷤ٭ᴍᴍғ࿐

᪣•❦⃟𝓨ᷫ𝓪ͦ𝔂̽𝓪ᷤ٭ᴍᴍғ࿐

wow cerita kali ini agak adem di baca , aku suka

2021-01-16

0

𝑵𝒂𝒂𝑬𝒓𝒏𝒂𝒂02

𝑵𝒂𝒂𝑬𝒓𝒏𝒂𝒂02

5 like telah mendarat👍🏻 Ku tinggalkan jejak disini dulu kapan-kapan aku mampir lagi 😁

Salam dari "PERJUANGAN CINTA BEDA AGAMA" ku tunggu feedbacknya🤗 Bantu like eps 17-21 terimakasih🙏🏻

Mari saling mendukung😇

2020-09-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!