3 hari berlalu
sejak hilangnya Diana, benarkah ia menghilang? Apakah ia sudah meninggal?
Dimana dan siapa pelakunya? Tak ada, setau ku aku tak pernah melihat orang yang
membenci Diana. Pendiam, tak pernah berbuat jahat, sabar dan netral, dipikirkan
berkali – kali tetap saja tak pernah tergambarkan siapa pelakunya. Kemungkinan
yang lain hanyalah bunuh diri namun aku ragu karena Diana tidak punya cukup
keberanian untuk melakukakannya, seorang gadis yang bahkan takut akan darah tak
mungkin melakukan hal seperti itu.
Hari ini, diruang
kelas tetap seperti biasa mereka semua menganggap Diana membolos seperti
biasanya. Hanya dirikulah yang bisa menyelamatkannya.
Bel sekolah belum
berbunyi namun pak heza wali kelas kami memasuki kelas,
“Perhatian,
semuanya!”
Seluruh mata
langsung tertuju pada pak Heza
“Ada apa, Pak?”
tanya salah satu siswa
“Diana....”
Saat pak Heza
menyebutkan nama itu aku langsung kaget,
“Diana mungkin
membolos hari ini pak, jadi kalau bapak –“
“.....Ia Telah
meninggal.”
Dibalik kacamata
pak Heza terlihat sebuah tetesan air mata yang perlahan jatuh membasahi
pipinya. Seluruh kelas langsung hening seketika,
“Tadi Pagi bapak
baru saja dikabari pihak keluarganya.”
Di hari secerah
ini diawali berita duka, seisi kelas dihujani rasa iba dan terciptalah suasana
yang begitu hening dan dingin ini, seorang guru menahan tangis didepan para
muridnya yang sangat terpukul bahkan beberapa dari mereka menangis juga.
Pemandangan ini........sangat tak asing......membuatku teringat kenangan buruk
itu lagi...
[bukankah kau
sudah berjanji untuk menjadi sahabat terbaikku dan terus berada disampingku?]
[dengan emosi dan
menahan tangis kuberdiri menatap batu nisan bertuliskan fian]
Apakah hal ini
akan terulang lagi?
*Bruak
Tanpa sadar aku
sudah merobohkan mejaku,
Seluruh perhatian
tertuju padaku,
Marah,kesal,kaget
dan sedih bercampur menjadi satu dan membawaku pergi dari ruang kelas,
Kulihat taman
teringat akan saat kami berdua bersantai sambil memandang langit,
Kulihat lorong
teringat akan saat kami berdua bercanda gurai sambil tertawa ria,
Kulihat kantin
teringat akan saat kami berdua makan bersama,
Setiap sudut
sekolah ini hanya ada kenanganku bersama Diana,
Hingga akhirnya
kakiku membawaku ke sebuah perpustakaan, tempat yang paling sering kami
kunjungi saat kami bolos bersama.
Kubuka pintu
perpus dengan perlahan,
Hening,bersih,sejuk,
Begitu damai,
Namun entah
mengapa tempat ini menjadi begitu menyakitkan tanpamu.
Ku duduk ditempat
biasa kami berdua duduk, disamping jendela sambil menatap lapangan tengah
sekolah.
Ku ambil sebuah
kamus yang sering dibaca Diana,
Setiap kata,
setiap lembar membuat dada ku semakin sakit,
“aku baru tau
kalau kamus bisa membuat orang menangis.” Terdengar suara laki – laki
disampingku
Ku hapus air mata
dan meliriknya ternyata ia adalah ketua kelasku,
“hmm.....siapa
ya?”
“jahat sekali,
setidaknya ingatlah nama ketua kelasmu sendiri, Dion.”
“Jadi...apa mau
mu?”
“aku kemari untuk
mengajakmu kerumah Diana, kami semua sepakat akan berangkat pagi ini kesana.”
“TIDAK AKAN!”
bentakku
“Aku sarankan kau
untuk pergi kesana bersamaku.”
“BERISIK!”
Kulempar kamus
tebal itu langsung ke arah wajah ketua kelas,
Namun,
Dalam sekian
detik, sangat cepat, tangan kiri ketua kelas menangkap kamus itu dan langsung
melemparkan kembali melewati wajahku
*Wuushhh
Tanpa sempat aku
berkedip sekalipun semua itu terjadi aku bahkan tidak mempercayai dengan apa
yang kulihat sebelumnya wajah ketua berubah sepenuhnya yang biasanya selalu
tersenyum tenang kini terlihat begitu kejam dengan matanya yang kian memerah.
*Crak.....Tiarr
Kata jendela
perpus langsung pecah,
“gawat! Apa kau
baik – baik saja, Dion?” dengan santai ia bertanya padaku
“I....iya.”
“huuftt syukur
lah kalau kalau kau tidak apa – apa,tapi bisa kah kau merahasiakan semua ini?”
“Te..tentu, tapi
bagaimana cara menutupinya?”
“Tenang, semua
biar aku saja mengurusnya kau cukup diam saja. Aku pergi untuk memanggil guru
dulu.”
Ketua kelas pergi
meninggalkan perpus,
Dibalik pintu
perpus ia berkata padaku dengan serius,
“berhentilah
memalingkan wajah, pergi dan lihatlah dengan kedua bola matamu sendiri.”
Mendadak seperti
kepribadiannya berubah, tentu saja kau kaget aku juga mengerti apa yang
dimaksudnya.
‘percaya atau
tidak percaya buktikanlah sendiri’ itu pasti yang ia maksud, percuma aku
berfikir tentang segala kemungkinan jika aku tak pernah mencoba untuk melihat
dan mencari tau maka semua itu hanyalah omong kosong. Mungkin aku harus
berhenti memikirkan segala kemungkinan dan barulah membuat langkah jika sudah
mengetahui keadaan yang sebenarnya.
Tak lama kemudian
ketua kelas kembali dan membawa seorang guru, disaat yang sama aku pun berdiri
dan menatap ketua kelas dengan semangat,
“Baiklah kalau
begitu kami permisi dulu, pak.”
Aku mengikuti
ketua dari belakang,
Saat meninggalkan
perpus ia mengingatkanku untuk menjaga jarak sekitar 1 meter darinya, mungkin
ia punya alasan khusus jadi aku tak perlu mananyakan detailnya.
Siapa sangka ketua
kelas kita yang begitu lembut, penyayang, sabar, tenang, bijaksana, tegas sosok yang begitu baik seperti malaikat ini
bisa terlihat begitu menyeramkan bagai iblis.
“oh iya,
ketua....bagaimana caramu mengatasi masalah kaca yang pecah tadi?”
“oh itu? aku
bilang saja pada guru kalau ada siswi yang melihat kadal dan karena ketakutan
ia tak sengaja melempar buku ke arah jendela.”
“memangnya dengan
itu masalah bisa selesai?”
“tentu saja tidak
jika yang melaporkannya itu kau, berbeda
denganku.”
“Emmm...ketua,
apa Cuma perasaanku tapi kurasa perlakuanmu padaku cukup berbeda ke teman –
temanmu yang lain?”
“Aku hanya
tertarik padamu saja tak ada alasan lain.”
“hiiii, ketua!
Maaf! Aku lebih suka dengan wanita!”
“Kau membuatku
terlihat aneh saja, jangan salah...aku juga masih normal, hanya saja pacarku
tertarik padamu jadi aku ingin mengetahui alasan mengapa ia tertarik padamu
saja.”
(jadi ketua sudah
punya pacar ya, tapi siapa? Aku tidak membayangkannya)
“begitu ya, aku
juga bingung apanya yang menarik dariku ini, ngomong – ngomong apakah ketua
tidak marah?”
“kenapa?”
“Yaa...itu....pacarmu
yang tertarik padaku itu, apakah kau tidak cemburu atau marah padaku?”
“hahahaha,tentu
saja tidak kau sangat aneh, Dion.”
“Aneh? Bukankan
normalnya kau mesti marah padaku?”
“tidak mungkin
aku bisa marah padamu. Hahahaha.”
(aku merasa ada
yang aneh disini)
“Ketua bolehkah
aku bertanya? Tolong dijawab jujur.”
“Tentu – tentu,
tanyakan apa saja akan kujawab dengan jujur.”
“ketua lebih
memilih menyukai ku atau membenciku? Sebagai teman.”
“benci...”
“lalu kenapa
ketua tidak marah padaku?”
“lagi – lagi
pertanyaan itu lagi, bukankah normal kita memperlakukan orang yang kita benci
dengan baik?”
“maaf, bolehkan
aku bertanya sekali lagi?”
“Tentu.”
“Apakah kau
mencintai pacarmu sendiri?”
“tentu saja aku
sangat mencintainya lebih dari apapun, ia adalah segalanya bagiku, aku tak bisa
hidup tanpanya karna itulah aku sangat ingin sekali menyiksanya sedikit demi
sedikit.”
“hah? Kupikir itu
sangat lah salah ketua seharusnya –“
“diam....jangan
pernah mengganggu cinta kami berdua, kupikir kita ini sama, benarkan? Dion si
Pembunuh?”
“A-apa maksudmu?
Aku tidak mengerti, tolong jangan bercanda ketua.”
“Fian......apakah
kau masih berpura – pura suci saat mendengar nama itu lagi?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
demit bahagia
uuuhhh mantaaap kak, feedback ya. jangan lupa mampir
ISTRI MUDAKU MAFIA
2022-07-02
0
Aris Pujiono
bikin sdih
2022-03-17
0
DEBU KAKI
nanti lagi
2022-03-03
0