Chapter 2 - Black Heart

Mentari bersinar

terang, angin bertiup lembut melewati jendela kelas dan mengisi ruang hampa

yang kami sebut dengan kelas, burung – burung bernyanyi diatas ranting- ranting

pohon, begitu hari yang cerah nan indah sangat berbeda dengan hati dan

pikiranku yang sedang diterror kegelapan. Setiap ku mengedipkan mata aku selalu

teringat bayang – bayang makhluk semalam.

“dion...”

apakah itu mimpi?

Apakah itu ilusi? Apakah itu hanya halusinasi? Entahlah tak ada yang tau apa

arti dan makna dibalik hal itu, apakah itu sebuah ‘akhir’ atau sebuah

‘permulaan’.

“DION!”

“HAA?!! Oh

ternyata diana, ada apa diana?”

“ada apa?

Seharusnya itu pertanyaanku padamu, kamu baik – baik saja? Wajahmu terlihat

sangat pucat seperti itu, aku sebagai petugas kesehatan enggk bisa tinggal diam

dong.”

wanita berambut pirang

dengan pita diatasnya ini adalah Diana, dia duduk disebelahku, ia juga menjadi

petugas kesehatan di kelasku. Bisa dibilang ia adalah teman pertamaku dan ia

lah yang membantuku mengenalkan semua orang dikelas dan mengantarku berkeliling

sekolah sampai membuatku terbiasa berada disekolah ini walau aku baru saja 1

minggu disini. Dia adalah teman yang sangat baik dan pengertian, aku beruntung

bisa berteman dengannya.

Aku jadi teringat

pada saat pertama kali memasuki kelas ini, iya itu adalah hari dimana aku

memulai segalanya termasuk cinta ini. Pertama kali masuk kekelas ini

pandanganku tak pernah lepas dari gadis yang duduk dipojok belakang, gadis

berambut hitam panjang, tinggi, putih, dengan mata birunya sebiru langit itu

berhasil menumbuhkan rasa cinta ini dalam pandangan pertama. Gadis itu tidak

pernah berbicara atau berbaur dengan sekitar, ia hanya duduk membaca suatu buku

entah mengapa tak ada seorangpun yang mendekatinya mungkin karena ia terlihat

aneh atau ia memang tidak suka berbaur.

pertama kali aku

berbicara dengannya yaitu saat hari pertamaku dikelas ini, aku tertidur karena

terlalu lelah mengurus pindahanku ini, saat itu aku terbangun hari sudah

menjelang sore tak ada murid yang tersisa dan yang membuatku kaget ialah gadis

yang kusukai itu sedang duduk didepanku dan menatapku dengan lembut, sebelum

aku berbicara ia langsung berdiri dan beranjak pergi.

“Tunggu!”

teriakku dan ia pun berhenti

“apakah kau

sedang menemaniku selama aku tertidur ini?” tanpa jawaban apapun ia melanjutkan

langkah kakinya

“Tunggu!!....setidaknya

beritau namamu dulu! Namaku Dion!” ia menghentikan langkahnya

“Imelda.” Ia

langsung meninggalkan kelas

Itulah saat –

saat pertama kali aku berbicara dengan imelda,

Kulihat sekitar

kelas sudah tidak ada murid yang tersisa, hanya ada hanya tas milik Diana yang

berada disampingku yang berarti dia masih belum pulang. Beberapa saat kemudian

Diana datang dan mengajakku pulang bersama.

Kalau dipikir –

pikir lagi sudah 1 minggu berlalu tapi aku ataupun imelda tidak pernah

berbicara lagi.

“DION!!”

“HAA?! Kau

membuatku kaget, Diana.”

“Hey, apa kau

baik – baik saja?”

“tenang saja, aku

baik – baik saja kok.”

Diana menatapku

dengan serius,

“Okelah kalau

begitu....” gumam Diana

Diana menggenggam

tanganku lalu menarikku menuju UKS.

Ia langsung

melepaskan sepatu dan kaos kaki milikku serta memaksaku untuk berbaring di

ranjang.

“sudah ku bilang

aku tidak apa – apa, diana.”

“kamu kelihatan

lelah gitu, jangan bohong, tadi malam kamu kurang tidurkan?”

(bagaimana dia

bisa tau?)

“sudahlah, lebih

baik sekarang kamu tidur saja dulu sampai merasa lebih baik. Jangan khawatir

dengan kelas biar aku yang berbicara dengan guru nanti.” Ujar Diana sambil

menyelimutiku

“baiklah kalau

gitu aku terima kebaikanmu.”

“hehe, yaudah aku

bicara dengan bu guru dulu ya.” Diana pun tersenyum dan berdiri hendak

meninggalkan ruangan

“Diana!”

“hmmm?”

“Terima kasih!”

“sama – sama!”

Diana pun keluar

dan menutup pintu UKS, bersamaan dengan diriku yang mulai lelap tertidur.

Gelap

Tak ada cahaya

Tak ada suara

Semua begitu

hampa

Lagi – lagi aku

teringat wujud makhluk itu,

Sekujur tubuhku

bergetar ketakutan,

Kucoba berteriak,

Namun,

Suara tak keluar

dari mulutku,

Aku tak dapat

melihat apapun,

Sebuah tangan

dingin sedingin es memegang tanganku,

Tidak salah lagi

ini pasti dia,

Dia kembali lagi,

Hatiku berdetak

sangat kencang,

Ku pejamkan

mataku mencoba menenangkan diri,

Tiba – tiba

muncul sebuah cahaya kecil dan hangat,

Perlahan demi

perlahan mulai membesar dan mengusir kegelapan yang ada,

Perasaan hangat

mulai tercipta,

Saat kubuka

mataku makhluk itu sudah tidak ada,

Terdengar suara

gadis yang tak asing memanggil namaku,

“Dion, waktunya

kau bangun.”

Suara lembut

serta menenangkan hati ini ternyata milik Imelda,

Saat kubuka

mataku terlihat sebuah cahaya mentari yang mulai tenggelam,

(aku tertidur

sampai sore ya? Mungkin semuanya sudah pulang sekarang.)

Aku beranjak dari

tempat tidur dan kaget melihat Diana yang sedang menciumi kaos kakiku,

“D-Diana?”

Diana terlihat

begitu terkejut saat mendengar suaraku dan langsung menyembunyikan kaos kakiku

dibelakangnya,

“D-Dion? Kamu

sudah bangun ya? Bagaimana keadaanmu?”

“Maaf, sepertinya

aku harus pulang!”

“Tunggu, DION!

Maafkan aku!” Diana menahan tanganku

“maafkan aku,

kumohon jangan membenciku, aku tidak akan mengulanginya lagi, aku tidak bisa

membayangkan betapa hancurnya aku jika kau membenciku,lebih baik aku menghilang

dari pada dibenci olehmu.sebenarnya selama ini aku mencintaimu,dion! Kumohon

teruslah bersamaku!”

“Maaf aku sudah

memiliki orang yang kucinta dan itu bukan kau, terima kasih Diana kau adalah

teman terbaikku.”

Kupergi

meninggalkan UKS memakai sepatu tanpa kaos kaki. Kuberdiam sejenak didepan UKS

dan bersandar pada pintu, terdengar sebuah tangisan keras dari dalam UKS tentu

saja hal itu sangat menyakitkan bagiku karena ia sudah kuanggap sebagai

sahabatku, aku bisa saja memaafkan tindakannya tadi namun jika ia mencoba

mencuri tempat spesial di hatiku yang harusnya ditempati Imelda maka aku tidak

bisa tinggal diam, aku akan selalu menyambutmu sebagai sahabat namun aku tak

bisa memberiku lebih dari itu.

Ku ambil langkah

awal menjauh dari UKS dan menuju kelas untuk mengambil tas, dalam hati ku

ucapkan ‘selamat tinggal’ pada Diana disaat yang sama air mata mulai bercucuran

melewati pipiku aku pun langsung berlari menjauh dari sana dengan perasaan

sedih,kecewa dan marah, ku berlari sambil mengusap air mataku sampai aku tak

menyadari bahwa suara tangisan keras di UKS telah menghilang.

Saat aku kembali

ke kelas Imelda tiba – tiba muncul didepan pintu dan memberikan tas milikku,

“jangan menyesal,

ini bukanlah salahmu.” Bisik Imelda saat melewatiku

Tanpa sempat

membalas perkataan imelda ia sudah menghilang, sambil berfikir maksud dari

perkataan Imelda ku berjalan meninggalkan kawasan sekolah,

(Apa yang

dimaksud Imelda ya? Jangan – jangan ia tau saat aku menolak Diana tadi? tidak,

tidak, tidak, jarak dari kelas ke UKS lumayan jauh jadi tidak mungkin dia

mengetahuinya.)

(apa aku sudah

berlebihan ya kepada Diana? Semoga dia tidak dendam padaku, besok aku harus

minta maaf padanya, aku tidak mau ikatan kita putus begitu saja!)

Saat aku sampai

di gerbang sekolah tiba – tiba ada sebuah surat jatuh dari langit, sebuah surat

dengan logo hati berwarna hitam dengan namaku dibawahnya, membuatku cukup

penasaran dan membukanya.

Sebuah pesan

dengan tinta merah tertulis rapi diatas kertas hitam,

[untuk Dion

tercintaku, aku hanya ingin mengingatkanmu untuk lebih berhati – hati lagi

jangan mudah percaya dengan seseorang, apalagi dengan orang yang berani

menciummu secara diam – diam saat kau tertidur tadi. saat aku melihatnya dadaku

terasa sangat pedih dan sakit, aku tidak kuat melihat pemandangan seperti itu

maka dari itu sebaiknya kau lebih berhati – hati mulai hari ini sayangku, aku tidak ingin ada pengkhianatan lagi darimu.]

“surat apa ini?

Benarkah ini untukku? Tunggu, ada lanjutannya dibelakangnya.”

[Ngomong –

ngomong jangan khawatirkan wanita licik itu, aku sudah mengurusnya.]

“Mengurusnya? Apa

maksudnya? Jangan – jangan!”

“DIANA!”

Kuberbalik dan

berlari munuju UKS,

Semoga diana baik

– baik saja, maaf aku terlalu berlebihan padamu, aku ingin kita kembali menjadi

sahabat lagi, tertawa bersama, berkeliling bersama, bolos bersama, kumohon

jangan terjadi apapun padamu!

Saat melewati

ruang kelas sekilas kumelihat tas milik diana dan saat sesampainya di UKS

terlihat sepatunya masih disana, ku ambil nafas panjang dan membuka pintu itu

secara perlahan.

Sebuah ruang

kosong, tak ada siapapun, hanya ada kaos kaki milikku dan bekas tangisan Diana

yang belum mengering dilantai. Ia benar – benar sudah menghilang, saat aku syok

tak sengaja surat yang kupegang terjatuh diatas air mata Diana,

“HAH?!”

Aku pun kaget

saat melihat surat itu dibahasi oleh air mata, tiba – tiba saja genangan air

mata itu berubah menjadi merah. Dengan cepat ku lihat isi surat itu.

“Ternyata aku

salah, ini bukan tinta merah......melainkan darah.....mungkin darah milik Diana

yang dipakai menulis surat ini.....jangan – jangan....Diana....sudah..........”

Terpopuler

Comments

Author yang kece dong

Author yang kece dong

Aku mampir kakak 🤗

2022-07-11

0

~🌹eveliniq🌹~

~🌹eveliniq🌹~

hadir membawa support selalu

2022-03-23

1

Aris Pujiono

Aris Pujiono

seru sekali

2022-03-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!