Mentari bersinar
terang, angin bertiup lembut melewati jendela kelas dan mengisi ruang hampa
yang kami sebut dengan kelas, burung – burung bernyanyi diatas ranting- ranting
pohon, begitu hari yang cerah nan indah sangat berbeda dengan hati dan
pikiranku yang sedang diterror kegelapan. Setiap ku mengedipkan mata aku selalu
teringat bayang – bayang makhluk semalam.
“dion...”
apakah itu mimpi?
Apakah itu ilusi? Apakah itu hanya halusinasi? Entahlah tak ada yang tau apa
arti dan makna dibalik hal itu, apakah itu sebuah ‘akhir’ atau sebuah
‘permulaan’.
“DION!”
“HAA?!! Oh
ternyata diana, ada apa diana?”
“ada apa?
Seharusnya itu pertanyaanku padamu, kamu baik – baik saja? Wajahmu terlihat
sangat pucat seperti itu, aku sebagai petugas kesehatan enggk bisa tinggal diam
dong.”
wanita berambut pirang
dengan pita diatasnya ini adalah Diana, dia duduk disebelahku, ia juga menjadi
petugas kesehatan di kelasku. Bisa dibilang ia adalah teman pertamaku dan ia
lah yang membantuku mengenalkan semua orang dikelas dan mengantarku berkeliling
sekolah sampai membuatku terbiasa berada disekolah ini walau aku baru saja 1
minggu disini. Dia adalah teman yang sangat baik dan pengertian, aku beruntung
bisa berteman dengannya.
Aku jadi teringat
pada saat pertama kali memasuki kelas ini, iya itu adalah hari dimana aku
memulai segalanya termasuk cinta ini. Pertama kali masuk kekelas ini
pandanganku tak pernah lepas dari gadis yang duduk dipojok belakang, gadis
berambut hitam panjang, tinggi, putih, dengan mata birunya sebiru langit itu
berhasil menumbuhkan rasa cinta ini dalam pandangan pertama. Gadis itu tidak
pernah berbicara atau berbaur dengan sekitar, ia hanya duduk membaca suatu buku
entah mengapa tak ada seorangpun yang mendekatinya mungkin karena ia terlihat
aneh atau ia memang tidak suka berbaur.
pertama kali aku
berbicara dengannya yaitu saat hari pertamaku dikelas ini, aku tertidur karena
terlalu lelah mengurus pindahanku ini, saat itu aku terbangun hari sudah
menjelang sore tak ada murid yang tersisa dan yang membuatku kaget ialah gadis
yang kusukai itu sedang duduk didepanku dan menatapku dengan lembut, sebelum
aku berbicara ia langsung berdiri dan beranjak pergi.
“Tunggu!”
teriakku dan ia pun berhenti
“apakah kau
sedang menemaniku selama aku tertidur ini?” tanpa jawaban apapun ia melanjutkan
langkah kakinya
“Tunggu!!....setidaknya
beritau namamu dulu! Namaku Dion!” ia menghentikan langkahnya
“Imelda.” Ia
langsung meninggalkan kelas
Itulah saat –
saat pertama kali aku berbicara dengan imelda,
Kulihat sekitar
kelas sudah tidak ada murid yang tersisa, hanya ada hanya tas milik Diana yang
berada disampingku yang berarti dia masih belum pulang. Beberapa saat kemudian
Diana datang dan mengajakku pulang bersama.
Kalau dipikir –
pikir lagi sudah 1 minggu berlalu tapi aku ataupun imelda tidak pernah
berbicara lagi.
“DION!!”
“HAA?! Kau
membuatku kaget, Diana.”
“Hey, apa kau
baik – baik saja?”
“tenang saja, aku
baik – baik saja kok.”
Diana menatapku
dengan serius,
“Okelah kalau
begitu....” gumam Diana
Diana menggenggam
tanganku lalu menarikku menuju UKS.
Ia langsung
melepaskan sepatu dan kaos kaki milikku serta memaksaku untuk berbaring di
ranjang.
“sudah ku bilang
aku tidak apa – apa, diana.”
“kamu kelihatan
lelah gitu, jangan bohong, tadi malam kamu kurang tidurkan?”
(bagaimana dia
bisa tau?)
“sudahlah, lebih
baik sekarang kamu tidur saja dulu sampai merasa lebih baik. Jangan khawatir
dengan kelas biar aku yang berbicara dengan guru nanti.” Ujar Diana sambil
menyelimutiku
“baiklah kalau
gitu aku terima kebaikanmu.”
“hehe, yaudah aku
bicara dengan bu guru dulu ya.” Diana pun tersenyum dan berdiri hendak
meninggalkan ruangan
“Diana!”
“hmmm?”
“Terima kasih!”
“sama – sama!”
Diana pun keluar
dan menutup pintu UKS, bersamaan dengan diriku yang mulai lelap tertidur.
Gelap
Tak ada cahaya
Tak ada suara
Semua begitu
hampa
Lagi – lagi aku
teringat wujud makhluk itu,
Sekujur tubuhku
bergetar ketakutan,
Kucoba berteriak,
Namun,
Suara tak keluar
dari mulutku,
Aku tak dapat
melihat apapun,
Sebuah tangan
dingin sedingin es memegang tanganku,
Tidak salah lagi
ini pasti dia,
Dia kembali lagi,
Hatiku berdetak
sangat kencang,
Ku pejamkan
mataku mencoba menenangkan diri,
Tiba – tiba
muncul sebuah cahaya kecil dan hangat,
Perlahan demi
perlahan mulai membesar dan mengusir kegelapan yang ada,
Perasaan hangat
mulai tercipta,
Saat kubuka
mataku makhluk itu sudah tidak ada,
Terdengar suara
gadis yang tak asing memanggil namaku,
“Dion, waktunya
kau bangun.”
Suara lembut
serta menenangkan hati ini ternyata milik Imelda,
Saat kubuka
mataku terlihat sebuah cahaya mentari yang mulai tenggelam,
(aku tertidur
sampai sore ya? Mungkin semuanya sudah pulang sekarang.)
Aku beranjak dari
tempat tidur dan kaget melihat Diana yang sedang menciumi kaos kakiku,
“D-Diana?”
Diana terlihat
begitu terkejut saat mendengar suaraku dan langsung menyembunyikan kaos kakiku
dibelakangnya,
“D-Dion? Kamu
sudah bangun ya? Bagaimana keadaanmu?”
“Maaf, sepertinya
aku harus pulang!”
“Tunggu, DION!
Maafkan aku!” Diana menahan tanganku
“maafkan aku,
kumohon jangan membenciku, aku tidak akan mengulanginya lagi, aku tidak bisa
membayangkan betapa hancurnya aku jika kau membenciku,lebih baik aku menghilang
dari pada dibenci olehmu.sebenarnya selama ini aku mencintaimu,dion! Kumohon
teruslah bersamaku!”
“Maaf aku sudah
memiliki orang yang kucinta dan itu bukan kau, terima kasih Diana kau adalah
teman terbaikku.”
Kupergi
meninggalkan UKS memakai sepatu tanpa kaos kaki. Kuberdiam sejenak didepan UKS
dan bersandar pada pintu, terdengar sebuah tangisan keras dari dalam UKS tentu
saja hal itu sangat menyakitkan bagiku karena ia sudah kuanggap sebagai
sahabatku, aku bisa saja memaafkan tindakannya tadi namun jika ia mencoba
mencuri tempat spesial di hatiku yang harusnya ditempati Imelda maka aku tidak
bisa tinggal diam, aku akan selalu menyambutmu sebagai sahabat namun aku tak
bisa memberiku lebih dari itu.
Ku ambil langkah
awal menjauh dari UKS dan menuju kelas untuk mengambil tas, dalam hati ku
ucapkan ‘selamat tinggal’ pada Diana disaat yang sama air mata mulai bercucuran
melewati pipiku aku pun langsung berlari menjauh dari sana dengan perasaan
sedih,kecewa dan marah, ku berlari sambil mengusap air mataku sampai aku tak
menyadari bahwa suara tangisan keras di UKS telah menghilang.
Saat aku kembali
ke kelas Imelda tiba – tiba muncul didepan pintu dan memberikan tas milikku,
“jangan menyesal,
ini bukanlah salahmu.” Bisik Imelda saat melewatiku
Tanpa sempat
membalas perkataan imelda ia sudah menghilang, sambil berfikir maksud dari
perkataan Imelda ku berjalan meninggalkan kawasan sekolah,
(Apa yang
dimaksud Imelda ya? Jangan – jangan ia tau saat aku menolak Diana tadi? tidak,
tidak, tidak, jarak dari kelas ke UKS lumayan jauh jadi tidak mungkin dia
mengetahuinya.)
(apa aku sudah
berlebihan ya kepada Diana? Semoga dia tidak dendam padaku, besok aku harus
minta maaf padanya, aku tidak mau ikatan kita putus begitu saja!)
Saat aku sampai
di gerbang sekolah tiba – tiba ada sebuah surat jatuh dari langit, sebuah surat
dengan logo hati berwarna hitam dengan namaku dibawahnya, membuatku cukup
penasaran dan membukanya.
Sebuah pesan
dengan tinta merah tertulis rapi diatas kertas hitam,
[untuk Dion
tercintaku, aku hanya ingin mengingatkanmu untuk lebih berhati – hati lagi
jangan mudah percaya dengan seseorang, apalagi dengan orang yang berani
menciummu secara diam – diam saat kau tertidur tadi. saat aku melihatnya dadaku
terasa sangat pedih dan sakit, aku tidak kuat melihat pemandangan seperti itu
maka dari itu sebaiknya kau lebih berhati – hati mulai hari ini sayangku, aku tidak ingin ada pengkhianatan lagi darimu.]
“surat apa ini?
Benarkah ini untukku? Tunggu, ada lanjutannya dibelakangnya.”
[Ngomong –
ngomong jangan khawatirkan wanita licik itu, aku sudah mengurusnya.]
“Mengurusnya? Apa
maksudnya? Jangan – jangan!”
“DIANA!”
Kuberbalik dan
berlari munuju UKS,
Semoga diana baik
– baik saja, maaf aku terlalu berlebihan padamu, aku ingin kita kembali menjadi
sahabat lagi, tertawa bersama, berkeliling bersama, bolos bersama, kumohon
jangan terjadi apapun padamu!
Saat melewati
ruang kelas sekilas kumelihat tas milik diana dan saat sesampainya di UKS
terlihat sepatunya masih disana, ku ambil nafas panjang dan membuka pintu itu
secara perlahan.
Sebuah ruang
kosong, tak ada siapapun, hanya ada kaos kaki milikku dan bekas tangisan Diana
yang belum mengering dilantai. Ia benar – benar sudah menghilang, saat aku syok
tak sengaja surat yang kupegang terjatuh diatas air mata Diana,
“HAH?!”
Aku pun kaget
saat melihat surat itu dibahasi oleh air mata, tiba – tiba saja genangan air
mata itu berubah menjadi merah. Dengan cepat ku lihat isi surat itu.
“Ternyata aku
salah, ini bukan tinta merah......melainkan darah.....mungkin darah milik Diana
yang dipakai menulis surat ini.....jangan – jangan....Diana....sudah..........”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Author yang kece dong
Aku mampir kakak 🤗
2022-07-11
0
~🌹eveliniq🌹~
hadir membawa support selalu
2022-03-23
1
Aris Pujiono
seru sekali
2022-03-16
1